Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 117 Bernice Hilang (1)

“Cium aku!” Jonathan memonyongkan bibirnya, dengan sikap kocak menanti.

Aku kehabisan kata-kata melihatnya, “Bisakah tidak kekanak-kanakan seperti ini?”

“Tadi menolakku karena belum sikat gigi, sekarang sudah sikat gigi, cepat tunjukkan, ayo!” Jonathan mendesaknya, membuatku seketika semakin mengenalnya lebih dalam lagi.

Kalau di luar, dia tegas dan dingin, tapi di depanku, bisakah kukatakan dia adalah seorang pria yang tidak juga beranjak dewasa?

Melihat tingkahnya seperti itu, bisa diperkirakan rasanya dia tidak akan menyerah sebelum mencapai tujuannya, apa boleh buat, takutnya dia terus berulah, aku mendekatinya, berjinjit, dan dengan kaku dan asal-asalan mencium bibirnya.

Belum sempat bibirku menjauh, dia memelukku erat, dengan kuat mencium bibirku, nafasnya yang memburu terasa hangat mengenai wajahku.

Aku terdiam sekian lama, barulah kemudian dengan aktif mengimbanginya, lalu dia menggendongku, dan meletakkanku di atas ranjang, dari atas dia memandangiku, sambil tersenyum berkata: “Yang atas boleh bertengkar, tapi yang bawah harus akur ya?”

“Kelainan jiwa.” Aku ingin memukulnya dengan bantal, tapi dia langsung menangkap tanganku dan menguncinya ke belakang.

“Tak mengapa, asalkan kamu suka.” Selesai berkata demikian, dia merendahkan kepalanya dan menciumku, sambil menarik selimut menutupi tubuhku dan dia.

Masih sangat pagi, setelah selesai berhubungan intim turunlah kami ke bawah, kedua buah hati sudah bangun, ibu mertua duduk di ruang keluarga, melihat kami turun berdua bersamaan, dengan santai berkata: “Kebetulan sekali kalian sudah turun, ada yang aku mau bicarakan dengan kalian.”

“Masalah apa?” Jonathan dengan cueknya berjalan ke samping meja makan, mengambil susu dan meminumnya seteguk sambil melihat ke arah ibu mertua yang duduk di ruang keluarga dan bertanya.

“Bulan depan aku ingin pergi bertamasya, membawa serta Bella, tapi Bernice kalianlah yang harus mengurusnya.” Ibu mertua mau pergi bertamasya lagi, tentunya lagi-lagi pergi bersama teman-teman kelentengnya.

Aku mengerti, ibu mertuaku itu sengaja menunggu sampai liburan musim dinginnya Bella, maksudnya adalah membantu kami mengurus seorang anak, apa yang dilakukannya sudah cukup.

Di rumah ada bibi Chang, masih ada pula Jonathan, merawat seorang Bernice, itu lebih dari cukup.

Selesai sarapan, masing-masing kami berangkat ke kantor.

Hari yang sibuk berlalu begitu saja.

Tibalah liburan musim dingin, ibu mertua membawa Bella pergi bertamasya, keduanya mengenakan jaket berwarna hijau cerah, kelihatannya sangat menyolok, Bella sangat gembira karena ini adalah kali pertamanya pergi bertamasya.

Jujur saja, aku rasanya tidak rela membiarkan Bella pergi tamasya, dia masih terlalu kecil, umurnya baru empat tahun, tapi Jonathan bilang, ada baiknya juga memberi kesempatan bagi Bella untuk bepergian, apalagi ini hanya satu minggu lamanya, tidak akan apa-apa.

Apa yang dikatakannya benar, aku dan anak-anak Jonathan, bagaimana mungkin hanya menjadi bunga dalam rumah kaca.

Ibu mertua membawa Bella pergi, rumah yang semula ramai, sekarang tinggal ada Bernice dan bibi Chang, tapi aku sama sekali tidak menyangka baru saja ibu mertua pergi, anak lelaki bibi Chang kecelakaan, dia juga harus minta ijin tidak bisa bekerja.

Sementara itu menyuruhku mencari seorang yang bisa diandalkan untuk merawat Bernice, ini benar-benar hal yang tidak mungkin.

Apa boleh buat, Jonathan tiap hari begitu sibuknya, aku hanya bisa membawa Bernice ke studio, terkadang Henry dan Clarissa membantuku untuk menjaganya, beberapa hari lalu setelah aku mengikuti pameran busana musim dingin, ada beberapa pemesan serius yang mau datang untuk bernegosiasi.

Banyak konsep desain yang harus direvisi dulu mengikuti permintaan klien, lalu barulah membicarakan detil kontrak kerjasamanya sendiri, aku meminta bantuan Henry dan Clarissa untuk menjaga Bernice, urusan membuat susu berapa banyak pun sudah kudelegasikan kepada mereka.

Aku tidak menyangka, setelah aku selesai membicarakan bisnis dan pulang, Bernice hilang.

Aku terkejut melihat Henry dan Clarissa yang berada di depanku ini, mereka berdua menjaga seorang anak kecil, bisa-bisanya membiarkan Bernice sampai hilang.

“Sudah lapor polisi belum?” Aku dengan panik melihat ke sekeliling, tiba-tiba melihat CCTV, tanyaku: “Sudah buka CCTV belum, sebenarnya siapa yang telah masuk ke dalam studio?”

“Kak Christine, minggu lalu tegangan listrik tidak stabil, kabel CCTV konslet terbakar, sudah diperbaiki berkali-kali, tidak berhasil tertangkap kamera siapa yang membawa pergi Bernice.” Henry ketakutan melihat padaku.

Bernice, Bernice-ku hilang?

Siapa yang datang kemari dan membawa anakku pergi, begitu terang-terangan.

Dengan hati cemas dan panik aku berlari keluar dari studio, menyusuri jalan raya satu persatu mencari, melihat orang menggendong anak kecil, kulihat satu persatu.

Dengan sangat kalut airmata sudah mengalir keluar, aku sungguh terlalu tidak pantas, bagaimana bisa demi pekerjaan membiarkan Bernice luput dari pengawasanku, aku tidak bisa menyalahkan Henry dan Clarissa, karena mereka sudah berbaik hati membantuku, siapapun tidak menginginkan kejadian seperti ini.

Aku tidak berani menelepon Jonathan memberitahukan hal ini, aku berjalan lesu di tengah kerumunan orang banyak dan memperhatikan sekeliling, berkali-kali mengeryitkan alis, seperti orang bodoh memandangi langit, menangis dengan suara keras.

Aku tidak peduli terhadap tatapan orang-orang di sekitarku, setengah gila rasanya aku berlari kembali ke studio.

Aku terus menekankan pada diri sendiri untuk tidak menyalahkan Henry dan Clarissa, namun aku tidak tahan untuk melimpahkan semua kesalahan pada diri mereka.

Ketika aku kembali ke studio, kulihat pihak kepolisian sudah datang, menanyakan kronologis kejadiannya pada Henry dan Clarissa, aku maju mendekati, memegang tangan polisi, berkata sambil menangis: “Pak polisi, kamu harus membantuku untuk menemukan Bernice, dia adalah hidupku!”

Suaraku sangat berisik, seperti sebuah gergaji berulang kali menggesek pita suara.

Tangis pilu ini telah membuat tampangku tidak karuan, “Bernice-ku, kamu di mana?”

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu