Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
Lorong di luar ada cahaya, kenapa hanya di barisan laptop sini yang tidak ada listrik?
Dokumen aku belum disimpan, sia-sia kerjaan aku satu sorean ini, sungguh menyebalkan, sial sekali. Hari pertama kerja sudah ketemu masalah seperti ini, suasana hatiku pun memburuk.
Tiba-tiba aku melihat Jonathan menyunggingkan senyum di balik kaca ruangan kantor.
Melihat sang penyelamat, aku segera berkata : “Jonathan, bantu aku lihat sebentar, aliran listrik di aku sini bermasalah.”
“Aku yang mematikannya.” Jawaban Jonathan membuat aku yang awalnya memang panik menjadi semakin ambruk, kalau masalah listrik atau lainnya, masih bisa aku terima, tapi alasan karena perbuatan disengaja seperti ini, aku tidak bisa menerima.
“Kamu yang mematikannya?” Aku menggertakkan gigi menatapnya dengan marah.
“Baru hari pertama kerja, aku tidak tega kalau kamu kecapekan.” Jonathan tertawa kecil, tidak mengerti kenapa dia menyelamatkan aku dari lembur, tapi aku malah tidak berterima kasih kepadanya.
“Kamu pulang dulu.” Aku menahan emosi dan tidak ingin mengomel, tidak ada seorang pun yang bisa memaksa aku menjadi wanita kasar, kataku dalam hati, aku adalah wanita elegan, wanita elegan yang berbudi pekerti sama sekali tidak boleh bertindak kasar.
“Ikut aku pulang.” Kata Jonathan sambil menarik aku yang hendak membalikkan badan kembali ke tempat duduk.
Aku berpaling, emosi yang barusan kutahan langsung melonjak naik, langsung aku membentak : “Pulang apa, kamu tahu sekali kamu mematikan listrik tadi, hasil kerjaan aku satu sorean ini sudah hilang.”
“Marah?” Tanya Jonathan, hendak menguji aku.
“Coba kamu beritahu aku, kenapa aku tidak boleh marah, apakah menurut kamu aku seharusnya tidak emosi, lalu mengerjakannya dari awal sekali lagi?” Nada bicaraku sudah membaik banyak, tidak seketus tadi algi.
Jonathan melangkah maju melihat berkas tersebut, air mukanya pun berubah dan bertanya : “Siapa yang suruh kamu merapikannya?”
“Teman kantor.” Jawabku.
“Ini semua berkas lama, ada orang yang khusus untuk mengarsipnya, satu sorean ini kamu mengerjakan hal tidak berguna ini?” Jonathan menatapku dengan bercanda.
Aku agak pusing, kutatap dia dengan tidak mengerti, maksud kamu, teman kantor ini sedang mempermainkan aku?”
“Lihat kamu, baru saja masuk kerja sudah mendapat musuh, hubungan antar manusia kamu sungguh parah.” Jonathan menyunggingkan bibir tertawa, meskipun dia hanya bercanda, tapi aku sungguh kesal sekali.
Memang benar, Julie ini selalu anti dengan aku sejak aku duduk di meja ini, sore ketika Manajer Bai tidak di tempat, malah menyuruh aku mengerjakan sesuatu yang sia-sia, masih bilang orang baru harus lembur selama satu tahun, dasar sialan.
Aku terdiam, mendadak otakku berputar cepat, kutatap Jonathan dan bertanya : “Kamu bilang berkas-berkas ini ada orang yang bertugas mengarsipnya, kalau begitu, besok kamu berikan arsip berkas ini ke aku.”
“Otak kamu ini cepat sekali.” Dari tatapan Jonathan tampak kagum, “Sekarang sudah boleh pulang dengan tenang bukan?”
“Iya.” Jawabku, “Kamu pergi dulu.”
“Kenapa lagi?” Jonathan tidak mengerti.
“Jangan lupa, PT.Weiss itu tidak mengizinkan pacaran di sesama kantor, kalau aku turun bersama kamu dan dilihat seseorang, mungkin besok aku sudah tidak perlu datang lagi.” Aku menatap Jonathan dengan serius, “Kamu pulang dulu, aku akan segera sampai.”
“Kesannya seperti hubungan gelap, padahal hanya kerja saja.” Baru saja Jonathan mengeluh, aku mendorongnya untuk lekas pergi dari kantor divisi pengoperasian, juga memperingati dia jangan datang lagi, kemudian aku akan berberes sebentar dan segera pulang.
Baru saja Jonathan pergi dan aku membalikkan badan kembali ke tempat duduk, terdengar ada yang memanggil “Christine”.
Aku menoleh dengan sebal dan mengomel : “Bukankah sudah beritahu kamu, aku......” Saat melihat jelas orang yang berdiri di hadapanku, aku tercengang.
“Manajer Bai?”
“Ini aku, kamu kira siapa?” Setelah mengambil tas jinjingnya di ruang kantornya sendiri, ia keluar dan melihat aku, “Kenapa masih belum pulang?”
“Masih ada kerjaan, setelah ini selesai akan segera pulang.” Jawabku dengan canggung, tadi mengira manajer Bai itu Jonathan, jadi sikapku tidak baik sekali.
“Biar aku antar, sudah begitu malam, tidak aman seorang wanita pulang sendiri.” Manajer menatap aku dengan datar.
Aku berdiri tegak di tempat asal, mengingat perkataan Greyson tadi siang untuk jaga jarak dengan manajer Bai, karena dia adalah pria milik Julie, kalau dekat dengannya berarti bermusuhan dengan Julie.
Aku segera menggeleng, dan menjawab dengan sungkan : “Aku datang menyetir sendiri, jadi nanti juga akan pulang sendiri.”
“Kamu menyetir?” Manajer menatap aku seolah menemukan daratan baru, “Lumayan kaya.”
Aku menundukkan kepala mengutuk diri sendiri, benar, menyetir mobil yang Jonathan beri ke kantor, tidak seharusnya aku memamerkannya, aku mengangkat kepala menatap Manajer Bai dengan canggung : “Mobil bekas, murah sekali, orang rumah takut aku lembur, lalu tidak aman pulang sendiri, jadi ada beli mobil.”
“Begitu?” Manajer Bai tersenyum kecil, “Ayo, jalan bersama.”
Ini benar-benar menyulitkan aku, kalau aku menolak, bukankah untuk seterusnya tidak perlu di dalam divisi ini lagi? Mau tidak mau, aku hanya bisa menebalkan muka dan mengikutinya dari belakang.
Setelah masuk lift, manajer Bai menoleh ke samping dan bertanya : “Sudah menikah?”
Aku menjawab : “Sudah cerai.”
Yang dijawab bukan apa yang ditanyakan, ini membuat suasana menjadi canggung.
“Manajer Bai sudah menikah?” Dalam lift yang sempit, ruangan yang terbatas membuat keheningan menjadi kecanggungan, jadi hanya bisa sembarang bertanya, aku bahkan tidak tahu untuk apa menanyakan ini, sekali bertanya, kesannya aku punya tujuan tertentu.
“Sudah, punya satu anak perempun berumur 9 tahun.” Manajer Bai jujur juga ternyata, pintu lift terbuka, dengan gentlenya dia membiarkan aku keluar dulu, lalu menyusul di belakang.
Saat memasuki tempat parkir, tiba-tiba terdengar suara mobil, ternyata Jonathan menunggu aku di tempat parkir, sekali dia membuka pintu mobil, manajer Bai tercengang.
Dia mengira Jonathan memanggilnya, segera ia berlari kecil ke sana, menganggukkan kepala dengan sungkan dan bertanya : “CEO Yi, ada apa?”
“Tidak apa-apa, hanya mencoba klakson mobil baru.” Jawab Jonathan dengan canggung serta ekspresi yang berubah.
“Bunyi klaksonnya keras, lumayan bagus.” Kejagoan menjilatnya Manajer Bai membuat aku kehabisan kata-kata, aku menutup wajahku ingin ketawa.
“Manajer, kamu pelan-pelan obrolkan tentang klakson dengan CEO Yi, aku pulang dulu.” Aku segera pergi dari situ, lalu meluncurkan mobil keluar dari tempat parkir dan pulang.
Berselang lima menit dari aku, Jonathan juga sampai di rumah, sekali naik ke lantai atas, dia langsung menutup pintu kamar, menarik aku, dan memojokkan aku di dinding, sambil berkata : “Tadi kamu tertawa begitu senang?”
“Urusan besar soal klakson sudah terselesaikan?” Aku tidak bisa menahan untuk tertawa lagi, “Manajer kita sungguh pandai menjilat, seharusnya kamu menaikkan jabatannya, lain kali boleh membicarakan......”
Belum selesai aku berbicara, dia menundukkan kepala mencium, menyumbat bibir aku. Dengan ciuman yang menggebu, dia membuat aku agak sesak nafas.
Setelah bibir tipisnya pergi, aku merapatkan bibir menatapnya dan berkata : “Kenapa mencium aku?”
“Mencium wanita sendiri juga harus meminta izin dulu?” Jonathan mengangkat alis.
“Tentu saja harus minta izin, juga harus disetujui.” Aku sendiri dibuat tertawa oleh perkataanku, Jonathan melepaskan tangan yang merangkul aku, serta menarik dasinya, lalu berkata : “Seharian ini aku memikirkan apa yang sedang kamu lakukan di bawah, beberapa kali aku ingin menelepon.”
Dia berbicara dengan sebal sembari duduk di sofa, “Siang tadi aku secara khusus turun untuk melihat kamu, sedangkan kamu malah dengan enaknya sedang makan sambil tertawa dengan teman kantor pria.”
Aku diam menatapnya, Jonathan yang selalu tenang tidak pernah seperti ini di depan aku, aku tidak mengerti kenapa dia tidak mau membiarkan aku bekerja, ini baru satu hari saja sudah begitu.
Mungkin karena masih belum terbiasa, harusnya aku terus bekerja sampai dia terbiasa, dengan begitu dia tidak akan ingin tetap menghidupi aku saja.
Aku mendekat dan duduk di atas paha Jonathan, dengan kedua tangan melingkar di lehernya aku berkata : “Tidak seharusnya kamu mengkhawatirkan aku, justru aku yang sudah bekerja jadi semakin khawatir dengan kamu.”
Pandangan mata para wanita di kantor kepada Jonathan yang sedemikian rupa, hanya melihat batang hidung saja sudah luar biasa gaduh, ini kalau ketahuan aku adalah wanitanya Jonathan dan digebrak habis-habisan itu wajar sekali.
“Aku hanya berharap wanita aku bisa di rumah saja, menyalakan lampu untuk aku, sungguh tidak berharap kamu mengerjakan hal-hal rumit di perusahaan.” Jonathan memeluk pinggangku dengan hati tidak tega, serta menyembunyikan kepala aku di pelukannya.
Aku mengangguk, bagaimana mungkin tidak mengerti, tapi aku tahu Jonathan hanya tidak terbiasa saja, tunggu nanti dia sudah terbiasa, suasana hati seperti sekarang pun tidak akan ada lagi.
“Aku tahu.” Jawabku perlahan, “Capek? Aku siapkan air panas untuk kamu berendam, dengan begitu akan lebih lega?
Jonathan mengangguk dan melepaskan pelukannya, aku bangkit berdiri dari atas pahanya, memasuki kamar mandi untuk membuka air panas, lalu mumpung dia mandi, aku masuk ke kamar anak-anak untuk melihat mereka.
Sepanjang hari ini, selain bekerja, yang paling aku rindukan adalah mereka berdua. Dengan lembut aku mengecup kening Bella dan Bernice, lalu keluar dari kamar dan tutup pintu perlahan.
Saat kembali ke kamar untuk mengambilkan piyama tidur Jonathan, ponselku berdering, dari nomor asing, aku menatap nomor itu dengan curiga dan menekan tombol menerima panggilan.
“Christine, ini aku, Justin.”
Aku terkejut kenapa Justin menelepon aku, sebelumnya ketika aku tertusuk pisau demi menolongnya di hotel Imperial, aku kira setelah itu akan mulai menjalani hidup masing-masing.
“Ada apa?” Tanyaku dengan sungkan.
“Kejadian sebelumnya, terima kasih, apa kamu punya waktu, aku ingin mentraktir kamu makan.” Suara Justin sangat datar dan lembut, nyanyian dia memang enak didengar, tapi suara bicaranya lebih mempesona lagi.
“Aku kerja, tidak punya waktu, kalau ada urusan apa, kamu langsung saja!” Aku baru kerja satu hari, tidak mungkin aku meminta ijin di hari kedua demi menemuinya, kalau Jonathan tahu aku menemui Justin lagi, pasti akan dihukum lagi olehnya.
“Kalau begitu, akhir pekan pasti punya waktu bukan!”
Mendengar itu, aku langsung mengerti, tujuan Justin pasti bukan hanya ingin mentraktir aku makan, kalau tidak, dia tidak akan meminta persetujuanku berkali-kali.
“Justin, sebenarnya ada urusan apa, aku tidak ingin pertemuan kita membuat para wartawan membuat berita gosip lagi, terhadap reputasi kita sendiri juga tidak baik.” Ini adalah perkataan yang sejujur-jujurnya, sebelumnya kalau bukan karena dibantu Jonathan, reputasi Justin sekarang sudah buruk bagaikan kotoran.
“Kalau begitu tidak apa-apa.” Justin menutup panggilan dengan tergesa-gesa.
Aku bingung sekali, ada urusan apa yang tidak bisa dibicarakan lewat telepon, dan harus ketemu langsung? Lagipula aku tidak akrab sekali dengannya, hanya teman sekolah lama.
Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka, Jonathan keluar dengan berbalut handuk, aku segera menyodorkan piyama ke dia dan berkata : “Pakailah, jangan sampai masuk angin.”
“Siapa yang menelepon?” Jonathan menatap aku.
Novel Terkait
The Sixth Sense
AlexanderAfter Met You
AmardaThe Great Guy
Vivi HuangMy Lady Boss
GeorgeThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensHalf a Heart
Romansa UniverseSee You Next Time
Cherry Blossom1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)