Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 49 Bunuh diri
Melihat kamar yang tidak ada orang, aku dengan tidak bertenaga bersandar di atas sofa, dengan lelah mengangkat kepala melihat vas bunga, tekanan yang ada di dalam hati membuat aku tidak bertenaga.
Jonathan demi aku, membuat neneknya marah, menolak makan hanya untuk menolak pernikahanku dengan dia.
Aku benar-benar merasa tekananku sangat besar, tidak bisa bernafas dengan lega.
Dan aku sekarang belum mengatakan ke ibuku, aku menikah lagi, pasangannya adalah Jonathan, aku tahu kalau aku memberitahu ibuku, dia akan seperti orang gila menarik rambutku, kemudian akan berusaha memukul aku sampai mati.
Ponselku sepertinya selamanya tidak bisa diam, kecuali saat aku menjadi istri Ardy selama tiga tahun.
Sebuah nomor asing muncul di layar telepon, nomor ini meskipun tidak aku simpan, tapi aku ingat wanita itu yang bernama Lucy, sebelumnya dia menggunakan nomor ini untuk meneleponku.
Aku tidak ingin mencampuri kehidupan wanita tersebut, aku membiarkan ponselku terus berdering, aku tidak mengangkat, aku tidak menyangka wanita ini seperti ingin terus menggangguku, terus menerus meneleponku, aku benar-benar tidak bisa tahan, menekan tombol menerima panggilan, menahan semua ketidaksenangan, menjawab "Halo".
"Nona Christine?"
"Iya, ada masalah apa?" Aku bertanya dengan nada datar.
"Nona Christine, maaf, aku sudah membohongimu, sebenarnya aku dan Yoga tidak ada hubungan apapun, aku berhubungan dengan orang lain, sampai melahirkan anak, tapi aku justru menyalahkan oga, aku terlalu hina, aku benar-benar minta maaf." Lucy mengganti ucapannya, aku tidak tahu harus percaya kalimat mana yang dia ucapkan.
Tapi ada satu hal yang dia pasti salah, meskipun dia mengatakan dia begitu hina, aku juga tidak mungkin akan bersama dengan Yoga.
"Mengerti." Sikapku yang dingin membuat wanita yang di seberang telepon itu tidak tenang.
"Nona Christine, kamu terima Yoga, dia laki-laki yang baik, laki-laki yang layak untuk kamu sayangi." Suara Lucy sedikit tergesa-gesa, seperti takut aku akan menolak.
"Aku tahu. Aku mau menerima siapa, tidak perlu kamu yang bicara!" Nadaku yang tidak baik terdengar sedang marah terhadap Lucy, aku sudah mengalami banyak sekali masalah yang begitu merepotkan, malah ditambah masalahnya lagi.
"Maaf sudah mengganggu." Setelah Lucy selesai berbicara, aku menutup telepon.
Tidak ada masalah, cari-cari masalah.
Aku duduk dengan tidak tenang beberapa saat, berdiri, keluar, memanggil taksi pergi ke PT. Weiss, aku menelepon Jonathan, berkata kepadanya kalau aku sudah di lantai bawah kantor, dia meminta aku naik ke atas.
Aku pertama kali datang ke perusahaannya, aku baru tahu ternyata sekretaris Jonathan seorang wanita cantik yang berdarah campuran, tinggi langsing cantik, setelah aku masuk, melihat Jonathan yang sedang menundukkan kepala mengurus data, aku melihat dia dalam diam dari belakang pintu.
Menunggu dia selesai mengurus pekerjaannya, dia baru mengangkat kepala melihat aku, bertanya: "Ada apa, kesini untuk dihukum berdiri, berdiri di belakang pintu seperti selingkuhan saja? "
Aku menggelengkan kepala, "Ibumu menelepon aku, berkata nenek tidak mau makan, meminta kamu minta maaf sama nenek, bagaimanapun juga nenek paling sayang sama kamu. "
Pena Jonathan yang begitu bagus terhenti di atas kertas, ragu sebentar, dengan datar berkata: "Sudah tahu. "
"Sudah tahu ini, apa maksudnya, kamu sebenarnya mau pulang atau tidak?" Aku dengan tidak mengerti melangkah ke depan, melihat dia.
Dia duduk dan memutar kursinya kemari, "Aku tahu cara pikir nenek, aku akan mengatasinya, kamu karena masalah ini, khusus datang kemari?"
Aku melangkah, mendekati dia, duduk di pahanya, dengan gaya yang menggoda, membelai wajahnya yang tampan, berkata: "Sekretarismu sangat cantik."
"Lalu?" Dia menundukkan kepalanya melihat aku.
"Aku tidak tenang, wanita yang begitu cantik tiap hari di depanmu, kalau suatu saat tiba-tiba kamu tergoda?" Ini suatu kebenaran, bukankah semua laki-laki suka wanita yang cantik, sekretaris yang cantik, bahkan aku yang melihat saja bisa terpesona, apalagi seorang laki-laki yang normal.
"Memang kenapa?" Bibir tipis Jonathan menempel di telingaku, suara ringan nafasnya terdengar di telingaku, sedikit gatal.
Aku menutup telingaku, ingin berdiri, Jonathan malah memeluk aku, "Mau kemana?"
Aku memalingkan wajahku, wajahku menjadi merah, aku sendiri kenapa juga duduk di atas kakinya, cari repot saja.
"Aku mau pulang, malam kamu mau makan apa, aku masak untukmu." Aku sedikit memberontak, tapi malah dipeluk lebih erat oleh Jonathan, takutnya kursi ini tidak bisa menahan beban dua orang, aku berhenti memberontak.
"Cuci bersih kamu langsung bisa dimasukkan ke kuali." Jonathan mengucapkan kalimat yang ambigu, aku malu sampai ingin menggali lubang untuk mengubur diri sendiri.
Kata manisnya sekarang tidak seperti dibuat-buat.
Tapi kekuatan hatinya untuk menerima semua ini tetap harus lebih kuat lagi, dan aku sama sekali tidak ragu atas kata-kata yang aku ucapkan barusan.
Di saat Jonathan tidak memperhatikan, aku langsung berdiri, merapikan bajuku yang kusut, dengan wajah merah berkata: "Kamu pulang jenguk nenekmu, aku sebentar lagi juga akan pulang ke rumah mamaku, masalah aku menikah denganmu, aku harus memberitahunya. "
"Baik." Jonathan menjawab dengan singkat, "Mau aku temani?"
"Tidak perlu, lain kali saja!" Aku menjawab dengan datar, "Kamu kerja saja dulu, aku pergi dulu."
Langkah kakiku baru sampai di pintu, tanganku aku letakkan di pegangan pintu, baru aku mau membuka, sebuah tangan yang besar menghalangi tanganku, membalikkan tubuhku, Jonathan mendorong aku sampai ke belakang pintu.
Tubuhku sedikit demi sedikit mendekat ke pintu, mengeluarkan suara pelan.
Wajahku menjadi tegang, dengan bingung bertanya: "Mau apa kamu?"
"Sudah sampai sini, bagaimana aku bisa dengan mudah membiarkan dia pergi." Terlihat senyum jahat di wajah Jonathan, dia menundukkan kepala dengan cepat mendaratkan bibirnya di bibirku.
Aku tidak berani memberontak, takut menimbulkan suara, dan membuat yang diluar salah paham, jadi aku membiarkan dia untuk melakukan sesuka hatinya.
Lidahnya dengan mudah membuka gigiku, aku menyambutnya, sampai dia perlahan melepaskan bibirku, aku baru bisa bernafas dengan lega, baru berkata: "Nanti malam tunggu aku ya."
Aku merapatkan bibirku, mengedipkan mata, menjawab: "Baik."
Begitu kata-kataku terucap, Jonathan membuka pintu, menggandeng tanganku keluar, berjalan sampai ke samping sekretaris, melihat dia, berkata: " Ary, istriku bilang kamu sangat cantik, dia tidak tenang."
Sekretaris terpaku sejenak, dengan wajahnya yang memerah menundukkan kepala, tersenyum senang, "Sungguh?"
Aku dengan canggung menarik tangannya, sangat keterlaluan, perkataan tadi kata-kata antara istri dan suami, supaya dia tidak mendekati sekretaris yang begitu cantik ini, tapi tidak disangka dia memegang tanganku, mengatakan langsung kepada sekretaris itu.
"Jangan buat istriku cemburu, kalau tidak aku akan memecatmu." Jonathan tiba-tiba mengancam sekretaris itu, dan menatap dia.
Aku melihat tatapan Ary, terkejut, melihat ke arahku, mengerutkan dahi.
Apakah aku yang salah paham, sebenarnya sekretaris wanita yang cantik ini sama sekali tidak tertarik dengan Jonathan, tapi dia sepertinya tertarik denganku.
Sekujur tubuhku bergetar, seketika menarik tangan yang dipegang oleh Jonathan, dengan cepat dan tergesa-gesa berkata: "Aku pulang dulu, tidak perlu diantar."
Aku dengan kecepatan paling cepat meninggalkan PT. Weiss, Jonathan bertanya-tanya, bahkan sekretaris itu pun juga ikut gelisah, terkejut setengah mati.
Aku pulang ke rumah mamaku, saat membuka pintu, aku mendengar suara tangisan.
Aku melepas sepatu, berjalan masuk ke kamar papa mama, melihat kakak ipar duduk di tepi kasur sambil menangis, kalau tidak melihat papa duduk disana, aku mengira..
Keberadaanku membuat kakak ipar bingung dan tercengang, dia dengan cepat menyeka air matanya, lalu berdiri, bertanya: "Kamu sudah pulang?"
Aku menggangguk, melihat bekas air mata di sudut matanya yang belum diseka kering, bertanya: "Kakak menyakiti kamu lagi?"
Kakak ipar menggelengkan kepala, "Tidak, kami sangat baik."
"Baguslah kalau baik-baik saja." Aku menjawab dengan datar, melihat ibu, berkata: "Aku pulang mau bertemu dengan papa, sekalian melihat mama juga.
"Bagus kalau punya niat seperti itu." Mama menjawab.
Kakak ipar membalikkan badan melihat mama dan dengan lembut berkata: "Ma, kalau begitu aku pulang dulu."
"Disini dulu saja setelah selesai makan baru pergi." Ibu membujuk agar dia tetap tinggal, kakak ipar seperti takut melihat aku, atau, dia sedang menutupi sesuatu, lalu melihat aku pulang, ingin segera pergi.
Aku tahu pasti Christopher membuat dia marah. Sekarang dia sedang mengandung, Christopher juga tidak bisa mengalah. Kakak ipar terlalu lemah, kalau aku jadi dia, pasti langsung bercerai dengan Christopher.
Setelah mama mengantar kakak ipar, kembali, melihat aku, bertanya: "Malam ini makan di rumah?"
Aku menggangguk, "Iya."
"Mau makan apa?" Mama melihat aku terus bertanya, membalikkan badan bersiap untuk membuka kulkas, aku memanggil, berkata: "Ma, aku... aku sudah menikah."
Langkah mama menjadi terhenti oleh perkataanku, mama membalikkan badan, melihat aku, bertanya: "Dengan Yoga?"
Aku menggelengkan kepala, berkata: "Jonathan."
Begitu kata-kataku terucap, raut wajah mama langsung berubah, dengan kecewa melihat aku, dan menjawab dengan dingin: "Ini maksudnya apa, datang untuk memberitahu aku dan papamu?"
Mama marah, aku tahu, aku bisa membaca dari ekspresi wajahnya, dia tidak lanjut berjalan ke arah kulkas, langsung duduk di kursi meja makan, diam tidak berkata-kata.
Aku melangkah perlahan, berdiri di depan mama, dengan suara ringan berkata: "Ma, orang yang aku sukai itu Jonathan, bukan Yoga."
"Apa kamu tidak memikirkan kata-kata Cynthia, keluarga kita tidak bisa mengganggu keluarganya, mengerti?" Semua perasaan khawatir mama, itu kekhawatiranku sebelumnya, tapi sekarang aku tidak takut, aku punya pen perekam suara, kalau Cynthia berani macam-macam dengan keluargaku, aku akan membocorkan keburukannya.
Ikan mati jaring juga koyak, lihat siapa lebih kejam.
"Ma, mama jangan menjodohkan aku dengan Yoga lagi." Aku dengan tenang berkata, tidak ingin memberitahu mama tentang kelakukan buruk Yoga, bagi mama, Yoga merupakan laki-laki yang paling baik di dunia ini, punya uang, tampan dan berkharisma.
"Karena kamu sudah memilih, mama juga tidak bisa berbicara apa-apa lagi." Ekspresi mama masih marah, aku mengerti aku sangat keras kepala, dulu saat akan menikah dengan Ardy, mama sangat menolak, tapi aku masih memilih untuk menikah.
Selama pernikahan itu, meskipun setiap hari Ardy mengurung aku, tetapi dia tetap bertanggung jawab kepada keluargaku sebagai menantu. Aku bercerai, mama juga bingung.
Kadang aku merasa aku terlalu bodoh, membuat hidupku sendiri berantakan.
"Ma, lain kali aku bawa Jonathan untuk bertemu denganmu, ya?" Aku bertanya, aku melihat mama tidak berbicara, bangkit berdiri, berjalan masuk ke dapur.
Aku tahu mama akan sulit menerima ini, tapi sekarang aku sudah menikah, mau bagaimana?
Aku kembali ke kamar berbincang dengan papa, baru berbincang tidak lama, Sarah telepon, begitu aku angkat, bukan Sarah yang menelepon, melainkan suaminya yang menelepon.
Sarah bunuh diri, tidak terselematkan, sudah pergi.
Ponselku jatuh ke tanah diikuti dengan air mata yang menetes.
Tidak mungkin, Sarah baru menelepon aku, bagaimana bisa pergi begitu saja, orang yang tertawa paling keras di sekolah, wanita yang mengatakan akan menjalani hidup bagaikan bidadari, setelah melahirkan dua anak laki-laki, bagaimana dengan mudah bisa bunuh diri?
Aku dengan perasaan yang kacau berdiri, seluruh tubuhku tidak bertenaga, aku berjalan sempoyongan, jatuh ke lantai, teringat saat terakhir Sarah menelepon aku sudah merasakan keanehan, tapi aku tidak peka, aku menyalahkan diriku sendiri, kalau saja aku lebih peka, mungkin tidak akan ada tragedi seperti ini.
Akhir-akhir ini sudah terlalu banyak hal, aku sama sekali tidak terpikir Sarah akan bunuh diri.
Air mata mengalir jatuh, aku mulai menangis dengan penuh penyesalan.
Novel Terkait
Hei Gadis jangan Lari
SandrakoLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaAkibat Pernikahan Dini
Cintia1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaMy Enchanting Guy
Bryan WuWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)