Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 49 Bunuh diri

Melihat kamar yang tidak ada orang, aku dengan tidak bertenaga bersandar di atas sofa, dengan lelah mengangkat kepala melihat vas bunga, tekanan yang ada di dalam hati membuat aku tidak bertenaga.

Jonathan demi aku, membuat neneknya marah, menolak makan hanya untuk menolak pernikahanku dengan dia.

Aku benar-benar merasa tekananku sangat besar, tidak bisa bernafas dengan lega.

Dan aku sekarang belum mengatakan ke ibuku, aku menikah lagi, pasangannya adalah Jonathan, aku tahu kalau aku memberitahu ibuku, dia akan seperti orang gila menarik rambutku, kemudian akan berusaha memukul aku sampai mati.

Ponselku sepertinya selamanya tidak bisa diam, kecuali saat aku menjadi istri Ardy selama tiga tahun.

Sebuah nomor asing muncul di layar telepon, nomor ini meskipun tidak aku simpan, tapi aku ingat wanita itu yang bernama Lucy, sebelumnya dia menggunakan nomor ini untuk meneleponku.

Aku tidak ingin mencampuri kehidupan wanita tersebut, aku membiarkan ponselku terus berdering, aku tidak mengangkat, aku tidak menyangka wanita ini seperti ingin terus menggangguku, terus menerus meneleponku, aku benar-benar tidak bisa tahan, menekan tombol menerima panggilan, menahan semua ketidaksenangan, menjawab "Halo".

"Nona Christine?"

"Iya, ada masalah apa?" Aku bertanya dengan nada datar.

"Nona Christine, maaf, aku sudah membohongimu, sebenarnya aku dan Yoga tidak ada hubungan apapun, aku berhubungan dengan orang lain, sampai melahirkan anak, tapi aku justru menyalahkan oga, aku terlalu hina, aku benar-benar minta maaf." Lucy mengganti ucapannya, aku tidak tahu harus percaya kalimat mana yang dia ucapkan.

Tapi ada satu hal yang dia pasti salah, meskipun dia mengatakan dia begitu hina, aku juga tidak mungkin akan bersama dengan Yoga.

"Mengerti." Sikapku yang dingin membuat wanita yang di seberang telepon itu tidak tenang.

"Nona Christine, kamu terima Yoga, dia laki-laki yang baik, laki-laki yang layak untuk kamu sayangi." Suara Lucy sedikit tergesa-gesa, seperti takut aku akan menolak.

"Aku tahu. Aku mau menerima siapa, tidak perlu kamu yang bicara!" Nadaku yang tidak baik terdengar sedang marah terhadap Lucy, aku sudah mengalami banyak sekali masalah yang begitu merepotkan, malah ditambah masalahnya lagi.

"Maaf sudah mengganggu." Setelah Lucy selesai berbicara, aku menutup telepon.

Tidak ada masalah, cari-cari masalah.

Aku duduk dengan tidak tenang beberapa saat, berdiri, keluar, memanggil taksi pergi ke PT. Weiss, aku menelepon Jonathan, berkata kepadanya kalau aku sudah di lantai bawah kantor, dia meminta aku naik ke atas.

Aku pertama kali datang ke perusahaannya, aku baru tahu ternyata sekretaris Jonathan seorang wanita cantik yang berdarah campuran, tinggi langsing cantik, setelah aku masuk, melihat Jonathan yang sedang menundukkan kepala mengurus data, aku melihat dia dalam diam dari belakang pintu.

Menunggu dia selesai mengurus pekerjaannya, dia baru mengangkat kepala melihat aku, bertanya: "Ada apa, kesini untuk dihukum berdiri, berdiri di belakang pintu seperti selingkuhan saja? "

Aku menggelengkan kepala, "Ibumu menelepon aku, berkata nenek tidak mau makan, meminta kamu minta maaf sama nenek, bagaimanapun juga nenek paling sayang sama kamu. "

Pena Jonathan yang begitu bagus terhenti di atas kertas, ragu sebentar, dengan datar berkata: "Sudah tahu. "

"Sudah tahu ini, apa maksudnya, kamu sebenarnya mau pulang atau tidak?" Aku dengan tidak mengerti melangkah ke depan, melihat dia.

Dia duduk dan memutar kursinya kemari, "Aku tahu cara pikir nenek, aku akan mengatasinya, kamu karena masalah ini, khusus datang kemari?"

Aku melangkah, mendekati dia, duduk di pahanya, dengan gaya yang menggoda, membelai wajahnya yang tampan, berkata: "Sekretarismu sangat cantik."

"Lalu?" Dia menundukkan kepalanya melihat aku.

"Aku tidak tenang, wanita yang begitu cantik tiap hari di depanmu, kalau suatu saat tiba-tiba kamu tergoda?" Ini suatu kebenaran, bukankah semua laki-laki suka wanita yang cantik, sekretaris yang cantik, bahkan aku yang melihat saja bisa terpesona, apalagi seorang laki-laki yang normal.

"Memang kenapa?" Bibir tipis Jonathan menempel di telingaku, suara ringan nafasnya terdengar di telingaku, sedikit gatal.

Aku menutup telingaku, ingin berdiri, Jonathan malah memeluk aku, "Mau kemana?"

Aku memalingkan wajahku, wajahku menjadi merah, aku sendiri kenapa juga duduk di atas kakinya, cari repot saja.

"Aku mau pulang, malam kamu mau makan apa, aku masak untukmu." Aku sedikit memberontak, tapi malah dipeluk lebih erat oleh Jonathan, takutnya kursi ini tidak bisa menahan beban dua orang, aku berhenti memberontak.

"Cuci bersih kamu langsung bisa dimasukkan ke kuali." Jonathan mengucapkan kalimat yang ambigu, aku malu sampai ingin menggali lubang untuk mengubur diri sendiri.

Kata manisnya sekarang tidak seperti dibuat-buat.

Tapi kekuatan hatinya untuk menerima semua ini tetap harus lebih kuat lagi, dan aku sama sekali tidak ragu atas kata-kata yang aku ucapkan barusan.

Di saat Jonathan tidak memperhatikan, aku langsung berdiri, merapikan bajuku yang kusut, dengan wajah merah berkata: "Kamu pulang jenguk nenekmu, aku sebentar lagi juga akan pulang ke rumah mamaku, masalah aku menikah denganmu, aku harus memberitahunya. "

"Baik." Jonathan menjawab dengan singkat, "Mau aku temani?"

"Tidak perlu, lain kali saja!" Aku menjawab dengan datar, "Kamu kerja saja dulu, aku pergi dulu."

Langkah kakiku baru sampai di pintu, tanganku aku letakkan di pegangan pintu, baru aku mau membuka, sebuah tangan yang besar menghalangi tanganku, membalikkan tubuhku, Jonathan mendorong aku sampai ke belakang pintu.

Tubuhku sedikit demi sedikit mendekat ke pintu, mengeluarkan suara pelan.

Wajahku menjadi tegang, dengan bingung bertanya: "Mau apa kamu?"

"Sudah sampai sini, bagaimana aku bisa dengan mudah membiarkan dia pergi." Terlihat senyum jahat di wajah Jonathan, dia menundukkan kepala dengan cepat mendaratkan bibirnya di bibirku.

Aku tidak berani memberontak, takut menimbulkan suara, dan membuat yang diluar salah paham, jadi aku membiarkan dia untuk melakukan sesuka hatinya.

Lidahnya dengan mudah membuka gigiku, aku menyambutnya, sampai dia perlahan melepaskan bibirku, aku baru bisa bernafas dengan lega, baru berkata: "Nanti malam tunggu aku ya."

Aku merapatkan bibirku, mengedipkan mata, menjawab: "Baik."

Begitu kata-kataku terucap, Jonathan membuka pintu, menggandeng tanganku keluar, berjalan sampai ke samping sekretaris, melihat dia, berkata: " Ary, istriku bilang kamu sangat cantik, dia tidak tenang."

Sekretaris terpaku sejenak, dengan wajahnya yang memerah menundukkan kepala, tersenyum senang, "Sungguh?"

Aku dengan canggung menarik tangannya, sangat keterlaluan, perkataan tadi kata-kata antara istri dan suami, supaya dia tidak mendekati sekretaris yang begitu cantik ini, tapi tidak disangka dia memegang tanganku, mengatakan langsung kepada sekretaris itu.

"Jangan buat istriku cemburu, kalau tidak aku akan memecatmu." Jonathan tiba-tiba mengancam sekretaris itu, dan menatap dia.

Aku melihat tatapan Ary, terkejut, melihat ke arahku, mengerutkan dahi.

Apakah aku yang salah paham, sebenarnya sekretaris wanita yang cantik ini sama sekali tidak tertarik dengan Jonathan, tapi dia sepertinya tertarik denganku.

Sekujur tubuhku bergetar, seketika menarik tangan yang dipegang oleh Jonathan, dengan cepat dan tergesa-gesa berkata: "Aku pulang dulu, tidak perlu diantar."

Aku dengan kecepatan paling cepat meninggalkan PT. Weiss, Jonathan bertanya-tanya, bahkan sekretaris itu pun juga ikut gelisah, terkejut setengah mati.

Aku pulang ke rumah mamaku, saat membuka pintu, aku mendengar suara tangisan.

Aku melepas sepatu, berjalan masuk ke kamar papa mama, melihat kakak ipar duduk di tepi kasur sambil menangis, kalau tidak melihat papa duduk disana, aku mengira..

Keberadaanku membuat kakak ipar bingung dan tercengang, dia dengan cepat menyeka air matanya, lalu berdiri, bertanya: "Kamu sudah pulang?"

Aku menggangguk, melihat bekas air mata di sudut matanya yang belum diseka kering, bertanya: "Kakak menyakiti kamu lagi?"

Kakak ipar menggelengkan kepala, "Tidak, kami sangat baik."

"Baguslah kalau baik-baik saja." Aku menjawab dengan datar, melihat ibu, berkata: "Aku pulang mau bertemu dengan papa, sekalian melihat mama juga.

"Bagus kalau punya niat seperti itu." Mama menjawab.

Kakak ipar membalikkan badan melihat mama dan dengan lembut berkata: "Ma, kalau begitu aku pulang dulu."

"Disini dulu saja setelah selesai makan baru pergi." Ibu membujuk agar dia tetap tinggal, kakak ipar seperti takut melihat aku, atau, dia sedang menutupi sesuatu, lalu melihat aku pulang, ingin segera pergi.

Aku tahu pasti Christopher membuat dia marah. Sekarang dia sedang mengandung, Christopher juga tidak bisa mengalah. Kakak ipar terlalu lemah, kalau aku jadi dia, pasti langsung bercerai dengan Christopher.

Setelah mama mengantar kakak ipar, kembali, melihat aku, bertanya: "Malam ini makan di rumah?"

Aku menggangguk, "Iya."

"Mau makan apa?" Mama melihat aku terus bertanya, membalikkan badan bersiap untuk membuka kulkas, aku memanggil, berkata: "Ma, aku... aku sudah menikah."

Langkah mama menjadi terhenti oleh perkataanku, mama membalikkan badan, melihat aku, bertanya: "Dengan Yoga?"

Aku menggelengkan kepala, berkata: "Jonathan."

Begitu kata-kataku terucap, raut wajah mama langsung berubah, dengan kecewa melihat aku, dan menjawab dengan dingin: "Ini maksudnya apa, datang untuk memberitahu aku dan papamu?"

Mama marah, aku tahu, aku bisa membaca dari ekspresi wajahnya, dia tidak lanjut berjalan ke arah kulkas, langsung duduk di kursi meja makan, diam tidak berkata-kata.

Aku melangkah perlahan, berdiri di depan mama, dengan suara ringan berkata: "Ma, orang yang aku sukai itu Jonathan, bukan Yoga."

"Apa kamu tidak memikirkan kata-kata Cynthia, keluarga kita tidak bisa mengganggu keluarganya, mengerti?" Semua perasaan khawatir mama, itu kekhawatiranku sebelumnya, tapi sekarang aku tidak takut, aku punya pen perekam suara, kalau Cynthia berani macam-macam dengan keluargaku, aku akan membocorkan keburukannya.

Ikan mati jaring juga koyak, lihat siapa lebih kejam.

"Ma, mama jangan menjodohkan aku dengan Yoga lagi." Aku dengan tenang berkata, tidak ingin memberitahu mama tentang kelakukan buruk Yoga, bagi mama, Yoga merupakan laki-laki yang paling baik di dunia ini, punya uang, tampan dan berkharisma.

"Karena kamu sudah memilih, mama juga tidak bisa berbicara apa-apa lagi." Ekspresi mama masih marah, aku mengerti aku sangat keras kepala, dulu saat akan menikah dengan Ardy, mama sangat menolak, tapi aku masih memilih untuk menikah.

Selama pernikahan itu, meskipun setiap hari Ardy mengurung aku, tetapi dia tetap bertanggung jawab kepada keluargaku sebagai menantu. Aku bercerai, mama juga bingung.

Kadang aku merasa aku terlalu bodoh, membuat hidupku sendiri berantakan.

"Ma, lain kali aku bawa Jonathan untuk bertemu denganmu, ya?" Aku bertanya, aku melihat mama tidak berbicara, bangkit berdiri, berjalan masuk ke dapur.

Aku tahu mama akan sulit menerima ini, tapi sekarang aku sudah menikah, mau bagaimana?

Aku kembali ke kamar berbincang dengan papa, baru berbincang tidak lama, Sarah telepon, begitu aku angkat, bukan Sarah yang menelepon, melainkan suaminya yang menelepon.

Sarah bunuh diri, tidak terselematkan, sudah pergi.

Ponselku jatuh ke tanah diikuti dengan air mata yang menetes.

Tidak mungkin, Sarah baru menelepon aku, bagaimana bisa pergi begitu saja, orang yang tertawa paling keras di sekolah, wanita yang mengatakan akan menjalani hidup bagaikan bidadari, setelah melahirkan dua anak laki-laki, bagaimana dengan mudah bisa bunuh diri?

Aku dengan perasaan yang kacau berdiri, seluruh tubuhku tidak bertenaga, aku berjalan sempoyongan, jatuh ke lantai, teringat saat terakhir Sarah menelepon aku sudah merasakan keanehan, tapi aku tidak peka, aku menyalahkan diriku sendiri, kalau saja aku lebih peka, mungkin tidak akan ada tragedi seperti ini.

Akhir-akhir ini sudah terlalu banyak hal, aku sama sekali tidak terpikir Sarah akan bunuh diri.

Air mata mengalir jatuh, aku mulai menangis dengan penuh penyesalan.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu