Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 37 Mempermainkan Pria

Aku berbalik perlahan, aku melihat ke arah Yoga dengan sedih, bibirku kaku, aku melirik ke arahnya dan bertanya dengan suara serak: "Yoga, apa kamu benar-benar mencintaiku?"

"Cinta." Jawaban singkat dan jelas Yoga terdengar, matanya memandang lurus ke arahku.

"Cinta?" Aku tersenyum dan kembali bertanya: "Sangat cinta?"

"Selalu cinta, demi kamu, aku mau berubah, demi kamu, aku akan melakukan apapun juga, Christine, apa sampai sekarang kamu masih meragukan cintaku kepadamu?" Yoga berkedip, seakan menyadari sesuatu.

Aku selalu mengira kalau Yoga sangat jujur dan tulus, aku tidak pernah berpikir kalau perasaan bisa mengubah perasaan orang sampai ke tahap itu.

Aku tahu aku lelah, bisa menerima orang yang jujur dan tulus seperti Yoga untuk menghabiskan sisa hidupku, tapi tidak pernah terpikir olehku kalau yang mendesakku sampai seperti ini juga Yoga, pria yang jelas-jelas mengatakan dia mencintaiku.

"Kamu benar-benar mencintaiku!" Aku tertawa saat mengucapkan dua kata yang terakhir, sesaat kemudian aku menunduk dan berteriak: "Kamu mencintaiku lalu kenapa kamu mengatur sebuah pernikahan tanpa hubungan untukku selama lima tahun?"

Yoga tertegun akan pertanyaanku, dia menatapku tanpa berkedip, lalu dengan cepat menguasai kembali perasaannya, lalu tertawa palsu, "Christine, kamu sedang bicara apa, aku tidak mengerti?"

"Kamu tidak mengerti?" Aku tertawa sinis, "Ardy sudah mengatakan kepadaku, dia menikah denganku, itu kamu yang mengatur, selama ini aku selalu mengira Ardy memiliki penyakit kronis, jadi tidak bisa menjalankan kewajiban suami istri, tapi tidak kusangka, ini semua rencanamu."

Yoga tampak panik, dia melangkah mendekat, dan berusaha untuk memegang tanganku, tapi aku menghempaskannya dengan dingin.

"Christine, masalahnya tidak seperti itu, aku sendiri juga menjadi korban." Yoga akhirnya mengaku, aku tidak ingin mendengarkan kata-katanya lagi, aku benar-benar seperti orang gila ingin mendorongnya keluar.

Yoga memegang kedua bahuku erat, kemudian berkata: "Salahkan aku, salahkan aku yang tidak percaya diri untuk mengejarmu, jadi aku menyuruh Ardy untuk mengejarmu, aku membuat kontrak dengan Ardy, dia tidak boleh menyentuhmu, lima tahun kemudian, aku akan memberikan 35% saham keluargaku."

"Kenapa kamu melakukan ini?" Aku berteriak dengan pilu, tenggorokanku mulai sakit, seluruh tubuhku gemetar melihatnya.

"Mencintaimu, aku tahu kamu tidak suka perawakan gemukku, aku meyakinkan diri untuk berubah, aku tidak tahu berapa lama waktu yang kubutuhkan, jadi aku membuat kesepakatan dengan Ardy selama 5 tahun. Christine, percayalah kepadaku, ini semua karena aku sangat mencintaimu, aku takut di saat aku sedang berusaha untuk berubah, kamu jatuh cinta dengan orang lain, menjadi milik orang lain, jadi aku menggunakan cara ini untuk memilikimu."

Takut aku jatuh cinta dengan orang lain, jadi memenjarakanku di dalam sebuah pernikahan, ini penjelasan paling tidak masuk akal yang pernah aku dengar di seluruh jagad raya, aku merasakan ketakutan Yoga, pemikirannya menjadi tidak terduga dan tidak masuk akal.

Selamanya aku tidak akan mampu memahami cara orang kaya melihat dunia.

Aku menggunakan kekuatan terakhir yang kumiliki, mendorong Yoga, kakiku gemetar, dan aku jatuh berlutut ke tanah, "Pergi, Yoga, aku Christine seumur hidup meskipun hanya ada anjing, babi dan kamu di dunia ini, aku tidak akan pernah memilih untuk menikah dengan manusia mengerikan sepertimu."

"Christine, kamu sudah mengenakan cincinku di jarimu, seumur hidup kamu adalah milikku." Yoga menggelengkan kepala, dia takut akan putusnya hubungan kami.

Begitu mendengarnya, aku perlahan mengangkat tanganku, ibu jari dan jari telunjuk sebelah kiriku menjepit cincin yang dihiasi dengan rubi merah di jari manis sebelah kananku dan melepaskannya lalu melemparkannya kepada Yoga.

"Aku kembalikan."

Yoga membungkuk lalu memungut cincin itu, dengan pilu dia menatap ke arahku, "Christine, tahukah kamu seperti ini kamu benar-benar sangat melukai hatiku?"

"Aku tidak tahu, dan tidak ingin tahu." Tenggorokanku terasa sangat sakit setelah aku berteriak histeris.

Aku mengumpulkan tenaga yang tersisa dan berusaha untuk bengkit berdiri, mungkin karena suaraku terlalu keras, Christopher yang ada di luar juga segera datang menengok.

"Ada apa, kalian sudah bertunangan, kenapa masih berkelahi, cinta sudah bersemi, kenapa masih bercekcok." Christopher berkata, berlagak seperti seorang pembawa damai.

"Keluar kamu." Aku menunjuk ke arah Christopher, melihat dia yang sangat santai, aku pun naik pitam.

"Christine, calon adik ipar sudah susah-susah datang ke sini, kenapa kamu bersikap seperti itu......" Sebelum Christopher selesai berbicara, aku tidak mampu memanggil siapa pun, dan tidak mampu berkata apapun, aku pergi.

Yoga mengenggam pergelangan tanganku, aku melihat dengan dingin ke arah tangannya yang menggenggam tanganku, dan menegur dengan keras: "Lepaskan tanganku."

"Kamu mau bagaimana agar bisa memaafkanku?" Yoga menundukan kepala dan memohon kepadaku.

"Baiklah, biarkan waktu bergulir, aku akan memaafkanmu." Aku mengatakan demikian karena aku sudah tidak terpikir cara yang lain lagi, Yoga perlahan melepaskan tangannya.

Dia tahu amarahku sedang memuncak, jadi tidak ingin memperkeruh suasana, dia pun mengalah, dia berkata dengan lembut: "Christine, kamu istirahat saja disini, besok kita bicara lagi ya?"

"Batalkan pertunangannya!" Melihatnya berusaha mengelak, aku berkata dengan lantang untuk membatalkan pertunangan dan membuat semua orang di situ terperanjat.

"Kamu sudah gila!" Christopher melangkah ke depan dan mendorongku, "Tunangan akan segera dilangsungkan, semua rorang di seluruh kota F sudah mengetahui kabar bahagia ini, kamu ingin membatalkannya seeenaknya, otakmu bermasalah ya!"

"Aku dalam keadaan sangat sangat sadar." Aku menatap lurus ke arah Yoga, "Aku tidak mampu memaafkan hal-hal yang sudah kamu lakukan kepadaku itu, aku tidak pernah menyangka orang yang membawa kepedihan di dalam hidupku itu kamu."

Kalau bukan karena keegoisan Yoga, aku tidak akan menikah dengan Ardy, tidak akan terbelit dalam hubungan dengan Jonathan, dan tidak akan disakiti oleh Cynthia.

Kalau bukan karena pernikahan, mungkin aku sekarang sudah menjadi model terkenal, atau bahkan menjadi putri yang berjalan di karpet merah, tidak seperti sekarang, seperti seekor ulat yang memprihatinkan dan tidak berdaya.

Yoga yang merencanakan semua ini, dan dia dengan mudahnya ingin menggunakan alasan mencintaiku untuk memaafkannya, tidak mungkin, aku tidak akan pernah bisa memaafkannya.

"Bicara apa, kenapa aku tidak paham?" Christopher memandangku dengan penuh tanya.

"Aku tidak akan membatalkan pertunangan, aku akan terus menunggumu di upacara pertunangan kita." Yoga berkata dengan tegas, kemudian pergi sebelum dia kembali menyulut amarahku.

Christopher mengantarnya keluar baik-baik, lalu segera kembali ke dalam ruangan, meihatku terduduk di atas kasur, dia bertanya: "Sebenarnya apa yang terjadi, tadi baik-baik saja, kenapa tiba-tiba ingin membatalkan pertunangan?"

Aku tidak menjawab, pelipisku terasa seperti ditarik-tarik, seluruh tubuhu panas dingin, aku bersandar ke kepala kasur dengan lemas, dan menutup kedua mataku, sepertinya aku harus menginap semalam di rumah Christopher.

"Christine...." Christopher yang tidak melihat aku menjawab kembali memanggil.

Aku membuka mataku perlahan, menatap ke arahnya dan berkata: "Christopher, boleh biarkan aku istirahat sebentar? Kepalaku sakit sekali."

"Kepalamu sakit, kepalaku lebih sakit, apa kamu tidak tahu kalau keluarga Sudirman itu merupakan salah satu keluarga terkaya di kota F, bisa menikah dengannya merupakan keberuntunganmu, lalu apa yang baru saja kamu lakukan, kamu membuat Bos Sudirman marah kemudian pergi." Christopher menceramahiku.

Aku tahu apa yang diperhitungkan olehnya dalam hati, dia ingin menjadikan Yoga menjadi Ardy yang kedua, aku tertawa pahit, aku melakukan banyak sekali hal untuk Christopher, tapi sifatnya ini, selamanya tidak akan pernah berubah.

"Keluar kamu, aku ingin tidur sebentar." Aku berkata dengan lesu, dan melihat Christopher bersikeras untuk tidak pergi, aku meledak, menyibakkan selimut dan kemudian meninggalkan ruangan itu.

Christopher bukan Yoga, dia tidak akan memohonku untuk tetap tinggal, saat aku membuka pintu, kakak ipar berdiri di depannya, dan berkata dengan lembut: "Aku baru saja memasak bubur, masih panas, mau makan dulu?"

Aku menghentikan langkahku, aku menatap ke arah kakak ipar dengan wajah datar, "Aku tidak ingin makan, baju ini kupinjam dulu, dua hari lagi akan kukembalikan."

Kakak ipar hanya menganggukan kepala.

Aku tidak tahu darimana aku dapat semua energiku, sampai aku bisa meninggalkan rumah Christopher, begitu keluar, aku baru menyadari kalau ponsel dan seluruh uangku tertinggal di rumah Christopher.

Keangkuhanku tidak mengijinkanku untuk kembali ke atas, aku berjalan di tengah hujan di bawah naungan sebuah payung hitam.

Aku tidak tahu berapa lama aku berjalan, aku hanya merasakan pandanganku mulai gelap, dan kakiku kehilangan kekuatan, kemudian aku tersungkur di air hujan.

Saat aku sadar, aku terbaring di rumah sakit, tanganku di genggam oleh sebuah tangan yang besar dengan erat, aku menengok dan melirik, Yoga, sepertinya dia tidak pergi, melihatku turun dia mengikutiku, saat aku terjatuh, dia yang pertama kali menemukanku.

Aku melihat ke arahnya dalam diam, menarik tanganku dari genggamannya, membuatnya terbangun.

"Kamu sudah sadar?" Yoga mengusap matanya dan tersenyum, seakan seperti tidak ada yang terjadi, dia bertanya dengan penuh perhatian kepadaku.

Aku diam saja, aku tidak ingin berbicara dengannya, meskipun dia yang membawaku ke rumah sakit lalu kenapa?

"Kamu demam, 39.2 derajat, aku akan memanggil suster untuk mengukur temperaturmu lagi." Yoga berkata kemudian bangkit berdiri untuk memanggil suster, setelah diukur, temperaturku masih agak tinggi.

Yoga meletakkan telapak tangannya ke atas dahiku dengan lembut, kemudian berkata pelan: "Masih agak demam ya."

Aku melihat dengan dingin ke arahnya: "Aku tidak ingin melihatmu."

Dia menarik tangannya kembali, kemudian tersenyum dengan canggung, "Christine, aku mohon, kita bertunangan dulu ya, orangtuaku sudah mempersiapkan upacara pertunangan ini dengan sangat serius, semua orang di kota F sudah tahu tentang berita gembira ini, sekarang kamu berkata tidak ingin bertunangan, aku...."

"Lalu kenapa?" Aku memotong kata-kata Yoga, dia ingin menggunakan papa mamanya agar aku mau melanjutkan pertunangan ini? Aku tidak mampu meyakinkan diri untuk berpura-pura tidak melihat, lalu bagaimana aku mampu melanjutkan hidupku.

Hatiku begitu kecil, lebih kecil dari sebuah mata jarum, aku benar-benar sudah muak dengan semua masalah yang terjadi di kehidupanku dalam beberapa tahun terakhir ini.

Aku Christine tidak lebih buruk dibandingkan orang lain, kenapa aku harus menerima cobaan yang lebih parah dibandingkan orang lain.

Kaya?

Aku tersenyum mencemooh, apa semua orang di seluruh dunia berpikir kalau aku ini tipe wanita yang hanya makan dan menunggu mati?

"Yoga Sudirman...." Ini pertama kalinya aku memanggil nama lengkapnya, Si Gendut sudah mati di dalam hatiku, sosok Si Gendut yang baik hati dan polos itu sekarang sudah berubah menjadi orang bisnis yang licik di depanku, di dalam hatinya semua diperhitungkan.

Aku benar-benar tidak bisa memahami laki-laki.

"Lepaskan! Aku tidak pernah mencintaimu, seumur hidupku tidak akan pernah, di kehidupan selanjutnya juga tidak akan pernah." Setelah aku mengatakannya dengan tidak berperasaan, bahu Yoga terlihat merosot.

Dia berjalan mundur dengan tawa pahit: "Kenapa kamu suka membesar-besarkan masalah kecil?"

Aku terdiam, masalah kecil yang dibesarkan, aku sudah dimanfaatkan oleh Ardy selama tiga tahun, suami istri tapi tidak seperti suami istri, aku memberikan segalanya dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan aku hanya dikhianati.

Aku memejamkan mata perlahan, aku tidak ingin mempedulikan Yoga.

Setelah lewat beberapa saat, aku mendengar pintu kamar rumah sakit ditutup dengan keras, baru aku membuka mataku, dan berusaha untuk duduk, kemudian mencabut jarum infus di punggung tanganku, dan dengan terhuyung turun dari kasur.

Aku ingin pulang, demam pun tidak perlu sampai dirawat inap di rumah sakit.

Aku berjalan keluar dari rumah sakit, kemudian memanggil sebuah taksi, sesampainya di rumah aku meminta mama untuk membayar taksi itu, kemudian aku masuk ke kamarku yang kecil mungil itu.

Sesampainya di rumah, demamku kembali menjadi parah, mama memberikan obat penurun panas kepadaku, setelah beberapa kali meminum obat, keesokkan sorenya, baru demamku membaik.

Christopher mengantarkan ponselku kembali, kemudian aku membuka dan melihat pesan dari Jonathan.

Aku melihatnya sekilas, dia bertanya kepadaku kenapa aku mempermainkan pria?

Aku tertawa dengan lemah, aku mempermainkan pria? Aku Christine bagaimana bisa mempermainkan pria, tidak dipermainkan oleh pria saja sudah sangat bagus.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu