Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban

Aku menatap wajah anak dengan perasaan yang sangat kacau dan takut dengan tatapan matanya. Aku tidak pernah terpikirkan bisa menjadi seorang wanita jahat di pikiran anak hingga dia perlu memintaku untuk mengembalikan ayahnya.

Aku menggigit gigiku dengan kuat, tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan anak.

Aku belum pernah terlibat dalam pernikahan orang lain. Bagaimana aku bisa mengembalikan ayahnya ke anakku?

Aku tidak menjawab pertanyaan anak, aku berbalik badan untuk masuk ke lobi, aku melihat Lucy menangis di belakang. Dia keluar dan memeluk anaknya dengan erat.

Ibu dan anak menangis bersama, hatiku sedih melihat mereka.

Dalam perjalanan kembali ke rumah sakit, Lucy memberitahuku dia menyesal setiap kali memukuli anaknya, tetapi setiap kali Yoga mengabaikan dia dan anaknya, dia selalu melampiaskannya ke anaknya.

Dia bilang dia tidak bisa mengendalikannya dan dia sudah hampir gila. Dia telah menunggu selama bertahun-tahun, sampai sekarang belum resmi diterima di Keluarga Yin, dia bagaikan debu, ini membuat suasana hatinya semakin emosi.

Aku diam, semua ini karena ketidakseimbangan yang disebabkan oleh cinta satu pihak yang mendalam dan kurangnya cinta di pihak lainnya sehingga menyebabkan tidak stabil.

Mobil perlahan-lahan melaju ke parkiran. Setiba di tempat, aku membuka sabuk pengaman dan baru saja mau keluar, Lucy menarikku seketika.

Aku melihatnya dengan bingung, dan melihat dia tersenyum canggung, matanya berkedip dengan kabut air, dan berkata, “Nona Mo, hari ini aku mengundangmu ke keluarga Yin, jangan kasi tahu siapa-siapa.”

"Jaga anakmu." Aku melepaskan tangannya, membuka pintu mobil dan keluar.

Ketika aku kembali ke kamar rumah sakit, Jonathan bertanya: “Kamu pergi kemana, telepon dimatikan, Ibu bilang bahwa kamu pagi-pagi sudah berangkat ke rumah sakit, kok sekarang baru sampai.”

"Mobilnya rusak," jawabku.

Jonathan jelas tidak mempercayainya, karena mobilku dipakai belum lama, bagaimana bisa rusak begitu saja, tetapi dia juga tidak bertanya.

Aku berjalan perlahan ke tepi tempat tidur melihat Bella, perasaanku bercampur aduk, sangat sedih.

"Apakah dokter bilang kapan Bella kita akan bangun?” Aku tidak menangis, mataku panas, dan aku benar-benar takut Bella tidak akan bangun.

Aku menatap ke atas, berusaha agar air mata masuk kembali, tetapi tetap mengalir keluar.

Keheningan Jonathan membuatku berat hati.

"Christine, aku akan pergi ke kantor untuk menangani beberapa hal yang mendesak dan datang ke sini di malam hari.” Jonathan mendekatku, melihat aku diam, dia anggap aku setuju ketika menyetujuinya lalu pergi.

Aku duduk di ujung tempat tidur, memegang tangan Bella, dan terus menjaganya sampai aku mati.

Meskipun Bella bisa bangun atau tidak masih belum tahu, aku akan tetap menemaninya seperti ini seumur hidupku.

Bella aku sangat imut ketika dia diam, wajah bulat kecil, bulu mata panjang, dan mulut kecil seperti buah cherry.

Aku tenggelam dalam dunia sedihku dan tidak bisa sadar kembali untuk waktu yang lama.

Pintu kamar rumah sakit tiba-tiba terbuka, aku melihat sekeliling dan melihat Refaldy berdiri di pintu, dia memakai syal putih, wajahnya lesu.

Dia menutup pintu dan bertanya dengan khawatir, “Bagaimana kabar anak?”

Aku menggelengkan kepalaku tanpa daya, “Aku tidak tahu.”

"Christine, jangan sedih, pasti akan membaik.” Refaldy menenangkannya. Semakin dia berkata, semakin aku ingin menangis. Selama tiga hari anak masi belum membuka matanya dan hasilnya akan lebih buruk jika dia tidur lagi.

"Bagaimana kamu bisa datang kesini?" Aku bingung melihat dia berpakaian casual lalu bertanya.

"Aku baru saja turun dari pesawat dan baru saja pergi ke luar negeri untuk mengambil satu set foto majalah depan." Refaldy menjawab, lalu menatap wajah Bella dan berkata, “Bell, tahu siapa aku, Paman Ying datang untuk menemuimu. “

Aku dengan kecewa menutup mataku perlahan.

Refaldy lanjut berkata: “Bel, Paman Ying baru saja balik dari luar negeri. Rambutnya berantakan karena ketiup angin sepanjang jalan. Kamu coba bangun, lihatlah apakah mirip sarang burung?”

Telingaku sekarang ada suara Refaldy yang sedang menggoda Bella, meskipun Bella tidak bisa bangun, tapi dia tidak bosan untuk menggodanya.

Refaldy tiba-tiba mendorong aku dan berkata, "Christine, mulut Bella baru saja bergerak.”

Kata-kata Refaldy langsung memberiku harapan, aku melihat dan benar mulut Bella bergerak, bukan ilusi, tetapi benar-benar bergerak.

Aku mendorong Refaldy dan berkata, "ayo, kamu ngomong lebih banyak, yang lucu-lucu, cepatlah."

Refaldy bersemangat, tetapi begitu emosinya tinggi, bahkan lupa ingin berkata apa.

Sungguh tidak percaya ketika mata Bella sedikit terbuka sedikit, tetapi bisa dilihat dengan perlahan matanya terbuka.

Aku tidak bergerak, takutnya jika aku ngomong, Bella akan menutup matanya lagi.

Sekarang Bella seperti keramik yang indah. sedikit gerakan, sentuhan mungkin saja bisa tersentuh tempat-tempat yang sensitif. Aku gemetaran, air mata kegembiraan jatuh seperti mutiara.

Aku melangkah ke depan, menelan dengan gugup, meremas bibirku, dan memanggil pelan: “Bella, ibu ada di sini, kelihatan tidak?”

Bella menatapku, matanya sedikit kabur, mulutnya bergerak, dan setelah waktu yang lama, dia baru berkata, “Bu ...”

Ketika kata-kata itu terucap, air mataku mengalir, Tuhan mendengar panggilan aku, dan dia mengembalikan Bella. Aku mendekati Bella dan berkata, "Panggil Ibu lagi."

"Bu..."Bella memanggil lagi, seluruh hatiku bergetar.

Aku melihat Refaldy dari samping dan bertanya, "sudah dengar? Bella baru saja memanggilku,, dia sudah bangun, tidak hanya bangun, pikirannya jernih, dia tidak bodoh, dia mengenaliku.”

"Aku tahu." Refaldy senang untukku.

"Aku telepon Jonathan dan Ibu dan Bibi Chang, dan..." Aku gagap berbicara, lalu mencari ponselku dengan waktu yang lama baru ketemu. Aku buru-buru menyalakan telepon dan segera memanggil semua orang untuk memberi tahu mereka anak sudah bangun.

Aku pergi memanggil dokter untuk memeriksanya. Dokter memberitahuku walaupun anak sudah bangun, masih perlu mengamatinya, karena otak manusia adalah struktur yang sangat aneh. Ini keajaiban bahwa anak bisa bangun.

Aku akhirnya percaya ada keajaiban di dunia ini. Tuhan tidak membuatku sampai tidak ada jalan.

Aku juga harus berterima kasih kepada seseorang, Refaldy, yang tiba-tiba menjadi dewa keberuntunganku. Aku melihatnya dengan penuh syukur dan berkata, “Refaldy, terima kasih.”

"Terima kasih atas apa, sepertinya aku tidak melakukan apa-apa." Refaldy sedikit bingung.

"Terima kasih karena tidak melakukan apa-apa.” Aku tersenyum, air mata berlinang, itu karena aku terlalu senang hingga meneteskan air mata.

Bella berteriak haus ketika dia bangun. Setelah aku memberinya air, Bella menatap Refaldy dan berkata, “Paman Ying, pakaianmu sangat cakep.”

Refaldy menilai dirinya dari atas ke bawah untuk waktu yang lama, tersenyum dengan tampan, dan bertanya, "Apakah ketampanan paman yang membangunkanmu?"

"Bu..." Bella memanggilku.

Aku melihat Bella dan bertanya, "ada apa?"

"Bella kelak dewasa nanti ingin menikah dengan Paman Ying." Kata-kata Bella mengejutkanku. Anak kecil ini, apakah mengerti arti menikah?

Refaldy ketakutan. Dia menatap wajah Belle dengan serius dan berkata, "Bell, umur Paman Ying bisa menjadi ayahmu."

"Kamu telah berpikir jauh." Tiba-tiba terdengar suara, aku dan Refaldy berbalik, melihat Jonathan masuk, ternyata dokter itu tidak menutup pintu setelah pemeriksaan. Refaldy baru saja mengatakan itu dan Jonathan tepat di belakang mendengarkannya.

Dia melangkah dan menatap Refaldy dengan dingin: "Putriku tidak pernah membutuhkan ayah tambahan." , Jonathan segera mendekat tepi tempat tidur dan suaranya menjadi sangat lembut. Dia berkata, "Bell, akulah ayahmu."

Ternyata cemburu dengan Refaldy!

Refaldy mengangkat bahu, menatapku dengan tidak tertarik dan berkata, "Kalian sekeluarga berkumpul, aku tamu yang tak diundang ini mungkin harus pergi."

Kesombongan Jonathan aku justru tahu. Aku membawa Refaldy keluar dari rumah sakit dan mengucapkan terima kasih lagi.

Refaldy menatapku dan berkata, "Aku tidak melakukan apa-apa, hanya kebetulan saja, tapi aku senang kau tersenyum lagi."

Aku menatap Refaldy dengan tatapan yang bingung. Sekian lama baru berkata: "Banyak hal terjadi selama kamu tidak ada, tidak hanya masalah Bella, tetapi juga masalahku sendiri."

"Aku tahu, kamu menikam Yoga." Refaldy bisa mengetahuinya. Jonathan menekan untuk mencegah media menyebarnya. Bagaimana dia bisa tahu.

"Dari siapa kamu dengar?" Aku penasaran.

"Masalahmu adalah masalah besar bagiku. Jika bukan karena pekerjaan, aku akan kembali secepat mungkin." Refaldy menatapku sambil tersenyum, kasih di matanya membuatku tidak sanggup menerimanya.

Aku menyamping menghindar matanya, "Aku harus ke atas untuk menemani Bella." Aku bahkan belum mengucapkan selamat tinggal, kembali ke atas secepat mungkin.

Jonathan melihatku dan Refaldy dari atas. Begitu aku memasuki kamar, dia bertanya, "Apa yang kau katakan pada Refaldy?"

"Bukan apa-apa." Aku menjawab, sebenarnya tidak ada masalah, percakapan sederhana menjadi serius di matanya.

Ketika aku mendekati tepi tempat tidur, aku melihat Bella menutup matanya lagi. Aku terkejut dan bertanya, "Ada apa dengan Bella?”

"Tidur." Jonathan menjawab, "Ibu sudah di jalan."

Aku menepuk dadaku dengan ringan, sangat khawatir, aku benar-benar takut aku hanya bermimpi, bahkan sampai sekarang aku merasa semuanya tidak nyata.

Dalam beberapa hari terakhir, aku tidak bisa tidur setiap hari dan ketakutan setiap hari, aku tiba-tiba naik dan memeluk Jonathan dengan erat dan berkata: "Jonathan, terima kasih."

Jonathan pasti kaget aku memeluknya tiba-tiba, setengah hari baru mengangkat mulutnya dan tersenyum, "Bodoh, bagaimana mengapa ada wanita bodoh sepertimu di dunia ini?"

Jika bukan Jonathan di sisiku, aku pasti sudah lemah pada awalnya. Terima kasih Tuhan, berterima kasih padanya karena tidak begitu kejam. Aku akan melakukan apa yang aku janjikan, kedepannya aku akan makan vegetarian, berbuat baik, demi anakku.

Tiba-tiba aku teringat sebelum kecelakaan itu, Jonathan menyuruhku membawa Angel untuk pergi ke tempat bermain.

Hal yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, membuatku lupa dengannya.

Jonathan menatapku dan berkata, "Aku mengatur orang lain membawanya ke tempat bermain dan dia terbang kembali ke Italia kemarin."

Aku menghela nafas lega. Sejak kecelakaan Bella, pikiranku menjadi berat setiap hari, memikirkan kematian, memikirkan berbagai situasi, dan melakukan beberapa hal bodoh.

Sekarang pikiran aku sadar, Memikirkan kembali saat emosiku tidak terkendali, mengapa Cynthia mengirim sms itu dengan sengaja menekanku? Dia pasti menduga aku akan pergi mencari Yoga. Wanita seperti ini terlihat tidak berbahaya di depan, tetapi kenyataannya dia licik dengan siapapun.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu