Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 31 Kecelakaan Mobil
"Kamu tidak perlu membuktikan apa-apa, karena aku mencintai orang lain."
Aku berkata tanpa perasaan kepada Yoga, begitu kata-kata kebencianku terlontar, dia hanya tersenyum dingin.
"BIlang saja hatimu terbuat dari batu, aku begini juga pasti bisa meluluhkanmu!" Yoga tertawa dengan penuh rasa percaya diri, lalu tiba-tiba dia berkata dengan suara keras, "Sebenarnya hatimu terbuat dari apa?"
Aku terkejut mendengar suaranya, jantungku berdebar kencang, setelah menenangkan hati aku menjawab, "Hati baja, soal ini juga sudah kamu ketahui dari dulu."
Tidak peduli si gendut yang sudah berubah menjadi tampan, maupun si gendut yang memang benar-benar gendut sampai tidak bisa masuk pintu, satu-satunya kesalahannya adalah mencintai wanita tak berperasaan sepertiku.
Yoga adalah pria yang baik, tidak seharusnya dia menghabiskan waktu untuk wanita seperti aku, penolakanku yang kejam ini juga demi kebaikannya, aku yakin suatu hari nanti dia pasti akan mengerti.
Yoga berdiri, menendang kursi hingga terjatuh, amarah yang membara terlihat jelas di kedua matanya, dia menatap ke arahku dengan tajam, seakan dia berubah menjadi orang lain.
Aku tidak tahu dari mana datangnya emosi yang meluap-luap itu, aku hanya melihatnya menghentakan kaki kemudian berbalik dan pergi meninggalkanku.
Aku menatapnya aneh, tidak tahu apa yang salah dengannya. Wanita yang berada di kasur sebelahku melihatku dengan penuh tanya: "Ada apa dengan suamimu?"
Aku tertawa ringan, "Dia bukan suamiku, hanya teman sekolahku."
"Kalau begitu dia sangat peduli denganmu, pasti dia ada rasa kepadamu." Wanita itu berkata penuh kagum.
Aku diam-diam melihat ke arah pintu kamar, lalu membuka selimutku, merapikan pakaianku, kemudian berjalan perlahan menuju ke kamar mandi, mondar-mandir di dalam kamar, dengan begini gumpalan darah di dalam tubuhku bisa dikeluarkan hingga bersih.
Aku berjalan pelan keluar dari kamar, berjalan ke arah koridor, tidak tahu kenapa, aku berjakan menuju ke atap, sebenarnya dalam hati aku sangat paham, aku ingin menguji keberuntunganku, apa aku bisa melihat Jonathan di sana.
Saat angin dingin menghempas tubuhku, aku tak kuasa menahan bersin beberapa kali, aku menyapukan pandangan ke seluruh teras atap, kosong tidak ada seorang pun, aku pun menertawakan diriku sendiri, bagaimana aku bisa sebodoh ini mengira setiap kali bisa bertemu dengannya disini.
Setelah berdiri disana untuk beberapa waktu, aku berbalik, melihat seseorang yang berdiri tepat di belakangku tanpa bersuara.
"Kenapa kesini?" Dia bertanya kepadaku dari jarak sekitar 200 meter dengan suara tajam.
Aku menggigit bibirku yang kering, dan menyahutnya dengan berbalik bertanya: "Kenapa kamu datang ke sini lagi?"
Dia tidak menjawab, melangkah maju, kemudian menarikku ke dalam pelukannya, "Karena ada wanita bodoh yang sedang ada disini."
"Aku memang bodoh." Aku mengakuinya.
Tangannya yang besar bersandar di punggungku, tenggorokannya bergetar, dia bertanya: "Masih sakit?"
Aku menggelengkan kepala, "Tidak." Satu-satunya sakit yang masih ada adalah sakit hati, bayiku belum sempat melihat dunia ini, tiba-tiba datang, tiba-tiba pergi juga.
Aku yang tidak pantas menjadi seorang mama, aku belum siap untuk membesarkannya, jadi dia memilih untuk memberikan waktu lebih untukku. Aku mengatupkan kedua bibirku, menahan agar air mataku tidak mengalir lagi, tapi akhirnya aku menangis pilu.
"Kamu banyak mengeluarkan darah hari itu." Jonathan memelukku erat, aku bersandar sepenuhnya di dalam kehangatan pelukannya, aku tidak mengerti kenapa aku mau dipeluk olehnya, jelas-jelas aku ingin meninggalkannya, jelas-jelas aku ingin bersembunyi jauh-jauh darinya, tapi saat ini, aku tidak bisa melepaskan diri dari pelukan hangatnya.
"Bagaimana kamu bisa kenal dengan Yoga?" Jonathan melepaskanku, lalu menyeka wajahku yang tirus, menunduk dan bertanya lembut kepadaku.
"Aku dan dia, kami teman sekolah." Aku menjawab dengan lemas.
"Dia menyukaimu, apa kamu tidak menyadarinya?"
Aku mengangguk, "Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya, dia sudah menyatakan cinta berulang kali, sudah semenjak kami masih teman sekolah, dia terus menerus mengejarku."
"Kenapa tidak menerimanya?" Jonathan bertanya heran.
"Terlalu gendut." Aku menjawab dengan jujur, aku yang kurus bagaikan tiang listrik, dan dia yang gendut bagaikan bola, dari awal kami memang tidak cocok.
"Bagaimana dengan sekarang, Yoga sudah berubah, apa kamu menyesal sudah menolaknya?" Jonathan memandangku tak berkedip dengan wajah penuh harap.
Aku menggeleng, "Selama hidupku ini, hanya ada satu orang saja, dia adalah pria yang memilikiku malam itu."
Begitu aku selesai bicara, Jonathan mendaratakan ciuman di bibirku, dia melumat bibirku tanpa henti, kalau bukan karena kondisiku yang masih lemah, aku pasti juga akan membalasnya dengan tak kalah bergairah.
Dia melepaskan ciumannya, "Wanita bodoh, kamu pikir aku tidak tahu kenapa kamu meninggalkanku?"
Aku memandangnya penuh tanya.
"Kakakmu terlilit banyak hutang, darimana kamu dapat uang untuk melunasinya? Pasti ada yang memberikan uang kepadamu agar kamu mau meninggalkanku bukan?" Pengertian Jonathan akan dunia bisnis memang sangat tajam, "Waktu itu kamu berkata kamu mengenali nenekku, aku sudah mengerti, dia pasti sudah menemuimu sebelum aku mengenalkanmu kepadanya."
"Lalu kenapa kamu mengatakan kamu tidak mengenaliku di depannya?" Aku memukul dadanya dengan kesal.
"Untuk melindungimu." Dua kata ini spontan membuatku terbungkam.
Jonathan tertawa pelan, "Kamu ini bodoh, masalah yang bisa diselesaikan dengan uang itu sama sekali bukan masalah, kenapa kamu harus menghadapinya seorang diri, apa kamu tidak mempercayaiku Jonathan Chandra, atau kamu terlalu percaya diri?"
Aku menggelengkan kepala, beberapa hari ini hidupku terasa begitu sulit, setiap hari aku sangat merindukannya.
"Kakakku sangat suka berjudi, kalau dia tahu hubunganku denganmu, dia pasti akan meminta uang kepadamu setiap hari, lalu suatu hari nanti, kamu akan meninggalkanku karena keluargaku seperti itu." Aku berkata kepadanya, setelah berkata demikian aku merasa sangat lega.
"Jadi, kamu memilih untuk meninggalkanku?" Jonathan bertanya dan mengerutkan kening, tatapan matanya lembut, tidak ada nada marah di suaranya, aku melihat ke arahnya, dan mengangguk kecil.
"Pernikahanmu dengan Cynthia itu sungguhan?" Aku menatap ke arah Jonathan dan menunggu jawabannya, melihat bibirnya bergerak, aku sangat takut untuk mendengar jawaban pasti itu, aku segera menyahut, "Tidak perlu dijawab, aku mengerti."
"Kamu mengerti apa?" Jonathan bertanya sambil melihat ke arahku.
"Kamu akan menikah dengannya." Hatiku serasa jatuh ke tanah ketika aku mengucapkannya, sebuah senyum tipis justru terbentuk di wajah Jonathan, "Cemburu?"
Aku hanya diam, ekspresiku pasti sudah sangat jelas, yang tidak bisa melihatnya pasti orang itu buta.
Dia kembali menarikku ke dalam pelukannya, "Siapa yang mengatakan kalau aku pasti akan menikahi Cynthia?"
"Semua orang mengatakan seperti itu." Aku mengerucutkan bibir.
"Yang bisa menjadi istri seorang Jonathan hanya wanita yang aku sukai." Kata-kata Jonathan membuatku agak senang, jangan-jangan yang dia maksud itu aku?
Tiba-tiba dia berbisik dengan mesra di telingaku, "Dan harus bisa memuaskanku di ranjang."
Begitu mendengar kata-katanya, wajahku merona merah, aku mendorongnya, dan dengan malu menundukan kepala dan menggigit bibir, "Aku mau kembali ke kamar saja."
Saat berbalik untuk kembali, Jonathan melangkah maju, dan kembali memelukku, aku berteriak kecil karena terkejut, dan mengalungkan tanganku ke lehernya, dengan malu-malu menatapnya.
Jonathan mengantarkanku ke kamar, lalu menyuruhku untuk istirahat baik-baik setelah menyelimutiku. Sesaat sesudah dia pergi, wanita di sebelahku langsung menanggapku dan berkata: "Wow pria tampan yang lain lagi!
Aku menggigit bibir dengan malu dan bahagia.
Ponselku tiba-tiba berdering, aku mengangkatnya dengan gembira, mengira itu telepon dari Jonathan, tapi tidak kusangka yang muncul nomor telepon Yoga, aku mengerutkan dahi, tidak tahu apa aku harus mengangkatnya atau tidak.
Wanita di sebelahku kembali berkata: "Saat kamu keluar tadi, ponselmu terus menerus berdering."
Aku mencengkram ponselku kuat-kuat, mungkin Yoga memang benar-benar ada keperluan denganku, lagipula kami teman sekolah, aku tidak bisa terus menerus bersikap kasar kepadanya.
Aku menekan tombol untuk mengangkat telepon, dan bukannya mendengar suara Yoga, aku mendengar suara pria paruh baya lain yang terdengar sangat cemas.
"Apakah ini Nona Christine?
"Iya." Setelah aku menjawabnya, tanpa sadar hatiku terasa begitu gugup, seperti ada perasaan yang tidak enak.
"Saya papanya Yoga, Yoga kecelakaan, sekarang sedang di IGD. Sebelum kehilangan kesadaran, dia terus menerus memanggil namamu, jadi aku mencari nomormu di ponselnya."
Otakku terasa seperti membeku beberapa saat, bukankah Yoga baik-baik saja ketika pergi dari sini, bagaimana bisa?
"Di rumah sakit mana?" Aku bertanya dengan tenang dan penuh keprihatinan.
"Di IGD RSUD."
"Baiklah." Aku menutup telepon dan segera menyibakkan selimut, karena aku juga berada di RSUD, IGD berada di lantai satu instalasi rawat inap, aku berjalan cepat-cepat keluar dari kamar dan menuju ke elevator untuk segera turun ke lantai satu, kemudian langsung pergi menuju ke IGD.
Begitu aku sampai di sana, aku melihat pasangan setengah baya saling berpelukan erat. Pria itu mengenakan jas abu-abu, dan wanita itu mengenakan cheongsam satin putih pendek. Kostumnya antik. Keduanya tampak cemas menatap lampu operasi yang menyala di atas pintu ruangan.
Kedatanganku sepertinya mengagetkan mereka.
Yang pertama karena pakaian yang kukenakan juga merupakan baju pasien rumah sakit, kedua karena warna wajahku tidak begitu bagus, sama seperti layaknya orang lain yang keguguran, wajahku terlihat pucat.
Untung saja wajahku cantik dan mungil, jadi tidak begitu memalukan untuk dilihat.
"Si gendut.... Yoga bagaimana?" Aku bertanya dengan prihatin.
"Kamu ini.... Christine?" Mata papa Yoga bersinar, matanya mengandung sedikit ketidakpercayaan, aku yakin kalau tidak ada orang yang berkata buruk tentangku, penampilan dan cara bicaraku tidak akan meningggalkan kesan buruk.
Aku menganggukan kepala, "Iya, aku Christine, teman sekolah Yoga."
Begitu selesai bicara, wanita paruh baya itu langsung menghampiriku dan menggenggam tanganku yang sedingin es, lalu dia memberikan sedikit kehangatan kepadaku, matanya memandangku dengan lembut, "Yoga sering berkata kamu cantik dan rupawan, hari ini baru bertemu, ternyata memang kamu anak yang baik."
Aku tidak tahu dari mana dia bisa menilai aku anak yang baik, tapi orang tua Yoga sungguh baik terhadapku.
"Bagaimana Yoga bisa kecelakaan?" Aku bertanya, mereka hanya menggelengkan kepala.
"Tidak tahu, saat mengangkat telepon, mereka berkata terjadi sesuatu kepada Yoga, lalu kami segera datang kesini." Mata papa Yoga kembali melihat ke arah lampu operasi di atas pintu ruangan dengan cemas, "Selama tiga generasi Keluarga Sudirman hanya memiliki anak tunggal, kalau terjadi sesuatu kepada Yoga, garis keturunan keluarga Sudirman akan berakhir."
Melihat kedua orang tua Yoga berpelukan erat, aku perlahan menyingkir ke pinggir, operasi berjalan selama tiga jam lebih, kalimat pertama yang diucapkan dokter setelah keluar adalah "Operasinya sangat berhasil, nyawanya sudah terselamatkan."
Begitu mendengar kalimat itu, hatiku terasa sangat lega, aku benar-benar takut Yoga akan pergi begitu saja, karena kecelakaan Yoga kemungkinan disebabkan oleh kata-kata jahat yang kulontarkan kepadanya di rumah sakit tadi.
Kalau dia sampai meninggal, aku akan merasa bersalah selama hidupku.
Novel Terkait
Jalan Kembali Hidupku
Devan HardiDemanding Husband
MarshallPernikahan Kontrak
JennyMarriage Journey
Hyon SongCantik Terlihat Jelek
SherinDoctor Stranger
Kevin WongLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)