Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu

Aku sudah mengganti nomor telepon, aku mengerti, ingin benar-benar pergi jauh meninggalkan, harus membereskan dengan bersih, tapi hatiku selalu tidak bisa melepaskannya.

Christopher menelepon aku, berkata Jonathan CEO PT. Weiss mencari dia dan menanyakan dimana keberadaanku, dia bertanya ada hubungan apa aku dengan Jonathan, aku tidak menjawab Christopher.

Tapi Christopher malah mengkhianati dan memberikan nomor telepon baruku ke Jonathan, tapi aku tahu kakakku sendiri tidak bisa diandalkan, untung saja dia tidak tahu aku dengan Jonathan ada hubungan apa, kalau tidak apa yang sudah aku korbankan selama ini sama sekali tidak ada artinya.

Ketika aku menerima telepon dari Jonathan, jam 12 tengah malam, di ponselku tertera jelas nomor Jonathan yang sangat familiar, awalnya aku tidak mengangkat telepon itu, Jonathan terus menelepon.

Aku menerima telepon Jonathan, mendengar suaranya yang familiar.

"Dimana?"

Aku terdiam, dengan pelan aku mendekatkan ponsel ke telingaku.

"Christine, kamu kembali ya!" Jonathan sepertinya minum bir, suaranya sedikit gemetar menggigil.

Aku menutupi mulutku, tidak bisa berkata apa-apa, menggertakkan gigi, awalnya tidak ingin mengeluarkan suara, akhirnya tidak tahan untuk bertanya: "Kamu minum bir?"

"Kamu dimana, aku jemput kamu." Setelah Jonathan mendengar aku berbicara, dengan agak mabuk, berteriak di telepon, "Christine, aku memperlakukanmu dengan baik, kenapa kamu harus menyakitiku seperti ini?"

"Jonathan, lepaskanlah! Aku tidak pantas untuk kamu perlakukan seperti ini." Ketika mengucapkan kalimat ini, air mataku berjatuhan seperti manik-manik, aku merapatkan kedua bibirku, dengan keras menggigit, sangat sakit, hanya sakit ini yang bisa membuat sakit di dalam hati menjadi mati rasa.

"Layak tidak layak itu tergantung aku yang menentukan, kamu dimana?" Jonathan sekali lagi berteriak.

"Jaga diri baik-baik." Aku dengan kejam, langsung menutup telepon, aku mematikan teleponku, dengan diam duduk di atas kasur, melihat bintang-bintang kecil di bawah langit hitam di luar jendela, dengan diam meneteskan air mata.

Christine, sakit hati akan sembuh, hanya perlu menunggu waktu.

Aku tidak tahu kapan aku tertidur, mungkin karena lelah menangis, saat bangun ternyata sudah jam 9 lebih, setelah aku menggosok gigi dan cuci muka, sambil mengaduk bubur, sambil melihat berita di internet dari telepon, tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu, aku tahu pasti Sarah.

Aku meletakkan ponselku, berjalan, langsung membuka pintu, ternyata Sarah membawa 2 anaknya kemari, mungkin takut pindah kemari aku kesepian, jadi dia membawa anaknya kemari untuk meramaikan suasana.

Begitu anaknya masuk ke rumah, langsung berlari kesana kemari, Sarah berdiri di pintu, menatap aku, menaikkan ujung bibirnya dan tersenyum berkata: "Christine, coba tebak, siapa yang datang kemari menjengukmu?"

"Siapa yang akan kemari menjengukku?" Aku tidak ingin menebak, aku pindah ke tempat yang sangat terpencil, mana mungkin ada orang ingin menjenguk aku?

"Kamu tebak dulu, kemarin ada yang berkata mau bertemu." Alis Sarah mengerut, sangat misterius. Melihat aku yang tidak mau menebak, saat bersiap membalikkan badan, dia langsung menarik aku.

"Sarah, aku benar-benar tidak ingin bermain tebak-tebakan denganmu, begini saja, kamu langsung beritahu aku, siapa yang datang, oke? Aku tidak ingin menebak.

Sarah dengan misterius memandang keluar, berkata berulang-ulang: "Parkir mobil saja lama sekali, benar-benar bodoh. "

"Sarah, sebenarnya siapa?" Aku benar-benar tidak ingat siapa yang ingin aku temui, terpaku sejenak, tiba-tiba aku teringat dengan si gendut, aku terkejut, "Jangan katakan, si gendut mau datang?"

Sarah melihat aku yang menebak dengan benar, menjawab, "Benar. "

"Sepertinya si gendut tidak bisa masuk, pintuku begitu sempit, perlu minta seseorang untuk memperluas sedikit, baru dia bisa masuk. "Ucapanku baru selesai, dari kejauhan terdengar suara yang merdu.

"Siapa yang sedang menggosipkanku?" Suaranya terdengar sampai telingaku, seorang laki-laki yang tampan, dengan perawakan yang cukup tinggi berdiri di samping Sarah, tersenyum kepadaku.

Aku terpaku, melihat pria ini dari atas ke bawah, sangat tampan dan berwibawa, kulitnya putih bersih, sangat menawan, dengan pakaian jasnya yang rapi membuat orang ini terlihat sangat bersemangat dan pintar.

Aku dengan tidak mengerti melihat dia dan bertanya: "Siapa dia?"

Sarah melihat laki-laki itu, tertawa, "Lihat, benar yang aku katakan, pasti ekspresi Christine akan seperti ini, pasti tidak akan mengenalimu."

Aku dengan kaget melihat sekali lagi laki-laki dengan tinggi 180 meter itu, kedua bibirku sama sekali tidak bergerak, aku menunjuk, "Kamu…… Kamu si gendut?"

Yoga mengangkat bibirnya dan dengan penuh percaya diri tertawa, "Aku Yoga, Christine, sudah lama tidak ketemu. "

Kalau tidak mendengar Yoga mengakui sendiri, kalau bertemu di jalan aku pasti tidak mengenali dia, perubahannya sangat banyak, seperti operasi plastik saja, dulu tubuhnya yang begitu lebar, wajahnya yang dipenuhi banyak lemak ternyata sudah berubah, berubah menjadi laki-laki tampan, pantas saja Sarah terus menerus membicarakan dia.

"Ayo masuk!" Aku sudah terpaku sekian lama, menyampingkan tubuh, meminta mereka masuk.

Setelah Yoga kurus, temperamennya juga berubah, aku ingat 3 tahun lalu saat menghadiri pesta pernikahanku, masih dia yang gendut itu, apa yang membuat dia dalam 3 tahun ini bisa menjadi kurus dan berkharisma?

Melihat gendut baru duduk, aku berkata: "Gendut, beritahu aku, apa yang membuat kamu memutuskan untuk diet?"

Yoga merapatkan bibirnya, sorot matanya menunjukkan sinar yang berkilau, dia melihat aku dan menjawab, "Karena kamu. "

Karena aku? Aku dibuat tercengang dan bingung oleh kata-katanya, dengan canggung tertawa, "Jangan bercanda. "

"Aku tidak bercanda." Yoga dengan raut wajah yang serius melihat aku, "Sarah mengatakan kamu sudah bercerai, sekarang kamu sendiri, aku juga sendiri, kita bisa bersama. "

Aku menatap Sarah, masih sama seperti saat kuliah dulu, mulut besar, kemarin hanya bercanda, tidak disangka langsung benar-benar mencari si gendut, apa aku sudah seperti barang yang susah dijual?

Sarah berharap aku segera mendapat pasangan yang baru.

"Gendut, kamu dengarkan aku, meskipun aku sudah bercerai, tapi aku sudah punya pacar." Di hatiku, bayangan Jonathan tidak mungkin dalam waktu singkat bisa hilang begitu saja, mana mungkin dalam waktu satu atau dua hari hubungan kami berakhir.

"Tidak mungkin." Begitu Sarah mendengar ucapanku, langsung menolak, "Christine, kalau kamu punya pacar, telepon pacar kamu di depan si gendut minta dia kemari, aku tidak percaya. "

Aku menyipitkan mata, ingin sekali rasanya mengambil lem untuk menutup mulut Sarah.

Yoga terlihat sedikit terluka, mengerutkan alis, dengan perasaan hancur melihat aku, "Christine, di hatimu, apa benar selamanya tidak akan ada keberadaanku?"

Dengan sekuat tenaga aku mengatupkan bibir, bagaimana aku menjawabnya, seorang laki-laki demi aku berubah sampai seperti ini, sekarang dengan kejam aku memberitahu dia, selamanya tidak mungkin.

Kalau dengan temperamen sebelumnya, mungkin aku langsung menginjak harga dirinya, tapi melewati begitu banyak masalah, aku juga sudah makin dewasa, mengerti ada beberapa kata kalau diucapkan bisa menyakiti orang.

"Gendut, kamu punya uang, punya rumah, punya mobil, sekarang sudah banyak perubahan, aku percaya pasti banyak wanita yang menunggumu untuk memilih mereka." Aku berkata dengan halus.

Sarah menghampiri, dengan sekuat tenaga menarik pergelangan tanganku, bibirnya mendekati telingaku, memelenkan suara memarahi aku: "Salah minum obat ya, bagus Yoga sampai sekarang masih memikirkanmu."

Aku tidak mempedulikan Sarah, melihat Yoga, tersenyum, "Begini, aku bantu kamu cari perempuan, kalau ada, aku kenalkan ke kamu. "

"Tidak apa-apa, mungkin hari ini aku terlalu tiba-tiba, pelan-pelan saja." Yoga dengan canggung tertawa, seperti tidak tahu mau berkata apa lagi, matanya melihat ke sekeliling, berkata: "Ardy si brengsek itu tidak menyakiti kamu kan! "

"Ah?" Dengan tidak mengerti aku melihat gendut, apa maksud kalimatnya barusan?

"Kenapa kamu bercerai dengan Ardy, apa karena dia menyiksa kamu?" Raut wajah Yoga tidak berubah saat menjelaskan, begitu aku mendengar, aku menggelengkan kepala.

Ardy terhadapku, tidak termasuk baik, tidak termasuk buruk, menganggap aku sebagai hewan peliharaan, sayangnya demi bisnis, dia menjual aku.

Terakhir karena ribut dengan hebat, akhirnya pisah, aku mengangkat bibirku tersenyum sinis.

"Dia tidak menyiksa aku, tapi di luar dia punya kekasih lain, jadi kami pisah baik-baik." Aku berkata dengan nada ringan, menutupi hubunganku dengan Jonathan.

Aku tidak ingin mengungkit tentang hubunganku dengan Jonathan, karena tidak ada yang bisa dikatakan.

"Dia benar-benar tidak bisa bersyukur, ada wanita yang baik sepertimu di sampingnya, tidak disangka dia masih mencari wanita lain, kalau aku jadi dia, aku akan memeluk kamu seumur hidup, memanjakanmu, menyayangimu sepenuh hati dan kudekap dalam hati." Yoga tidak hanya berubah menjadi tampan, bahkan sampai berani berkata dengan begitu berterus terang.

Mungkin dia merasa dengan aku bercerai, sedikit banyak dia memiliki kesempatan, maka dari itu bisa terus terang seperti ini.

Saat kita sedang berbincang, tiba-tiba terdengar suara teriakan kesakitan, kami semua melihat ke arah suara tersebut, melihat anak Sarah yang besar saat bermain terkena bubur yang aku masak.

Tangannya menjadi merah, Yoga tidak mengatakan apa-apa, langsung memeluk dia, melihat lukanya parah, langsung keluar kamar, aku dan Sarah membawa anaknya yang kecil mengikuti di belakang.

Kami membawa anak Sarah ke rumah sakit, memberi obat, meneteskan sedikit, anak Sarah menangis sangat lama baru berhenti. Sarah menyahlahkan diri sekali, sangat ketakutan.

Kemudian suami Sarah datang, di dalam kamar rumah sakit, di depan banyak orang, langsung menampar Sarah, memarahi dia, menjaga anak saja tidak bisa, lebih baik mati saja.

Melihat Sarah hidup menderita seperti itu, aku akhirnya mengerti penyesalan seumur hidup adalah menikah muda, hidup bersama dengan laki-laki ini, bagaimana Sarah bisa bertahan, mungkin karena anak, tapi aku benar-benar tidak mengerti cara pikirnya.

Aku ingin membantu dia berbicara, tapi Sarah menolak, dia berkata, setiap keluarga pasti punya kesusahan sendiri, sudah memiliki 2 anak, bisa bertahan ya bertahan.

Hatiku sangat sakit melihat Sarah bertahan dalam pernikahan yang seperti ini, kalau bukan karena aku dipaksa untuk meninggalkan kota F, selamanya aku tidak tahu Sarah melewati kehidupan seperti apa.

Media sosialnya dipenuhi dengan foto kedua anaknya, yang diperlihatkan foto-foto yang menunjukkan kalau dia bahagia.

Siapa yang menyangka dibalik kebahagiaan ini ternyata ada sisi gelap yang menyedihkan.

Saat Yoga mengantar aku pulang, tiba-tiba memegang tanganku, aku terpaku melihat dia.

"Christine, beri aku kesempatan untuk menjagamu, boleh tidak?" Yoga dengan serius melihat aku, tatapannya begitu tulus, tangannya yang hangat memegang erat tanganku.

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu