Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
"Christine, terima kasih." Kakak ipar berkata dengan terharu.
Saat ini pintu bangsal kamar rumah sakit terbuka, seorang perawat yang datang untuk memeriksa suhu tubuh kakak ipar melihat ke arahku dan berkata: "Apakah anda keluarga Andrea Yu?"
Aku mengangguk, "Iya."
"Kalau begitu silahkan anda ikut saya ke meja perawat untuk tanda tangan, ada beberapa prosedur yang harus diurus." Setelah perawat itu berkata demikian dan selesai memeriksa suhu tubuh dia pun pergi.
Aku mengikutinya dari belakang, setelah sampai di meja perawat dan menandatangani surat aku pun pergi, dan berjalan di koridor unit rawat inap, aku mendengar seorang perempuan yang menangis tersedu-sedu keras, setelah itu terdengar suara seorang pria yang memaki dengan keras, tak lama kemudian, sebuah pintu bangsal terbuka, dan seorang pria berperawakan galak berjalan keluar.
Di belakang nya seorang wanita dengan rambut acak-acakan mengikuti keluar dan berseru: "Sayang, jangan pergi, aku mohon kepadamu, tunggulah badanku membaik, aku akan melahirkan seorang anak laki-laki untukmu, aku berjanji." Wanita itu menarik pria itu tanpa mempedulikan martabatnya dan memohon serta menangis dengan pilu.
Tapi pria itu, dengan keras mendorong wanita itu dan menghardiknya: "Apa kamu punya muka, sudah berkata akan bercerai, kamu masih bergantung seperti ini, aku beritahu kamu, jika kamu terus menarik-narik dan mencegahku pergi, jangan salahkan aku jika aku tak segan-segan memukulmu di hadapan banyak orang."
"Sayang, aku tahu kamu punya wanita lain di luar, jadi....." Sebelum perkataan wanita itu selesai, sebuah suara tamparan menggema keras, membuat wanita itu terhuyung-huyung jatuh.
Karena suara keramaian yang begitu keras, membuat orang banyak yang berada di unit rawat jalan keluar untuk melihatnya dan memperbincangkannya.
Melihat kejadian itu, aku pun juga melangkah maju, aku memandang wanita itu dengan penuh emosional, sedikit martabat pun tidak ada pada dirinya.
Pada akhirnya pria itu masih juga menendang wanita itu.
Baju yang dikenakan oleh wanita itu jelas-jelas menandakan bahwa wanita itu adalah seorang pasien, dan pria itu dengan begitu tanpa perasaannya dan tenaga yang begitu besar memperlakukan wanita yang masih hidup itu dengan kasar.
Pria itu tidak mempedulikan tatapan dari semua penjuru koridor kepadanya, dan saat dia bersiap untuk pergi aku menghalanginya.
"Mau apa, mau ikut campur?" Pria itu menggertakku dengan keras.
Tanganku mengepal erat, tanpa menunggu pria itu kembali mengatakan sesuatu, aku pun mendaratkan sebuah pukulan ke wajahnya, dengan sedikit kemampuan kungfu, hidungnya pun berdara, dan tanganku terasa begitu sakit hingga terus gemetar.
Aku sebelumnya tidak pernah begitu kehilangan kendali, ini karena pria itu sungguh keterlaluan.
Pria itu menekan hidungnya yang sakit dan gemetar, saat dia berusaha untuk membalasku, orang-orang di sekitarku akhirnya tidak sanggup lagi untuk hanya diam melihat saja, dan mengusir pria itu.
Ada orang yang melaporkannya ke polisi, aku pun juga di bawa ke kantor polisi, pria itu ingin mengatakan bahwa aku dengan sengaja menghajarnya, dan juga ingin melakukan klarifikasi, aku tidak menyetujuinya, dan mengakui segalanya dengan kemauanku sendiri.
Jonathan datang membawa seorang pengacara untuk mengeluarkanku. Setelah naik ke dalam mobil, aku terdiam sepanjang perjalanan, di kepalaku masih teringat akan sosok wanita yang memohon dengan penih kepedihan itu, suara tangis wanita itu dan juga sosoknya yang berlutut di lantai tanpa mempedulikan kehormatannya, dan diinjak hingga sedemikian rupa oleh pria, itu sungguh sangat miris.
Mengapa aku begitu ikut campur, itu karena aku seakan melihat bayangan diriku sendiri di sosok wanita itu.
"Ada apa?" Tangan Jonathan menggenggam tanganku, pandanganku yang kuarahkan ke luar jendela kini berbalik melirik menatap Jonathan, dan dengan hati berat aku menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa."
"Kamu mematahkan tulang hidung seseorang, masih berkata tidak apa-apa?" Jonathan tertawa, tapi aku tidak tertawa sama sekali.
"Pria itu kejam." Aku menunduk dan melihat tangan kananku, punggung tanganku masih terasa sakit sampai sekarang karena mendaratkan pukulan itu kepada pria tersebut, aku rasa karena aku sangat membenci bedebah seperti pria itu,, maka aku baru bisa melakukan hal semacam itu.
"Kamu melakukannya pasti karena suatu alasan, apa yang terjadi hari ini?" Jonathan tidak mengerti, dia melihat alisku yang berkerut, dan ketidaksenanganku, pastilah dia tahu ada sesuatu yang kusimpan dalam hati.
Aku membalas tatapannya, dan mengakuinya: "Iya, hari ini aku kehilangan kendali, itu karena....." Aku terdiaam sesaat.
"Karena apa?" Jonathan mengejar jawabanku.
Aku menghembuskan nafas panjang dan menjawab: "Karena aku melihat masa depanku di sosok istri laki-laki itu, mungkin di suatu hari nanti, aku juga akan memohon kepadamu dengan sangat prihatin agar tidak meninggalkanku."
Begitu Jonathan mendengarnya, dia pun serentak tertawa, tangannya segera bergerak dan mencolek ujung hidungku sambil berkata: "Kamu membayangkan masa depanmu dengan sangat buruk."
Aku menatap Jonathan dengan wajah serius, "Kamu kira hal yang tidak mungkin terjadi tidak akan mungkin bisa terjadi. Saat wanita itu menikah dengan pria itu, pastilah juga bahagia, dia juga pasti tidak pernah membayangkan akan ada satu hari di mana dia disia-siakan oleh pria itu."
"Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?" Jonathan sudah bisa menebaknya, dia selalu bisa sensitif terhadap semua detail yang terjadi.
"Aku ingin bekerja." Aku tidak berhenti di situ saja, "Bella sudah besar, Bernice juga sudah mulai belajar berjalan, aku rasa aku seharusnya keluar untuk bekerja."
"Wanita seorang Jonathan Yi....." Sebelum Jonathan menyelesaikan kalimatnya aku memotongnya.
"Jangan katakan kamu merawatku, kamu sudah cukup merawatku."Aku menatap Jonathan dengan datar, dan melanjutkan, "Jonathan, terima kasih kamu melindungiku, mencintaiku, menyayangiku, juga menyayangi anak-anak kita, tapi kehidupan seperti ini, aku melewatinya dengan penuh tekanan, mungkin kamu selamanya belum pernah merasakan membuka dan menutup mata selalu menatap ke kegelapan, hari demi hari berjalan melalui ketakutan itu, setiap hari aku selalu berpikir macam-macam, tapi aku tidak berani memberitahumu."
Jonathan terdiam.
Mataku memerah, "Semenjak ayah dan ibuku pergi, satu per satu temanku pun pergi, mengkhianati dan mengkhianati, dunia ku hanya berputar padamu dan juga anak-anak, kehidupan seperti ini tidak memuaskan, kurang sosialita."
"Bicara begitu banyak, kamu ingin kembali mengerjakan studiomu." Wajah Jonathan menjadi muram, suaranya menjadi begitu rendah.
"Pekerjaan studio sangatlah sibuk, jika terlalu sibuk kamu akan meninggalkanku. Keliaranku sudah tidak terlalu besar, aku hanya ingin sebuah pekerjaan yang stabil, mempunyai pemasukan yang stabil itu saja cukup, lagipula kamu yang membiayai rumah, aku akan bertanggung jawab atas pengeluaran dan pemasukan pribadiku, permintaanku tidak tinggi." Aku tersenyum tipis, dan berkedip, menatap manja kepada Jonathan.
Dia tidak mengatakan apa pun, hanya menatapku dengan tajam, seakan ingin melihat menembusku.
Dia mungkin tidak memahamiku, sejak pertama kalinya kami berkenalan, dia sudah mencegahku untuk bekerja, aku terlalu sibuk membuka studio, dia juga tidak setuju, jika aku bekerja dia tidak akan menyetujuinya.
Aku menarik sebuah kesimpulan, jika aku tidakbergerak di bawah pengawasannya, dia akan merasa khawatir.
Jonathan terdiam untuk waktu yang cukup lama, lalu akhirnya dia menghela nafas panjang dan berkata: "Kamu mau bagaimana?"
"Kerja kantoran." Sebuah jawaban sederhana yang jelas, aku tidak merintis udaha, tidak bertaruh, bekerja stabil adalah kerja kantor, dengan pemasukan yang tergolong kecil, memiliki lingkaran teman tersendiri.
"Kerja kantoran?" Jonathan mencibir, "Jika orang lain tahu Jonathan Yi membiarkan istrinya bekerja di kantor, kamu kira bagaiamana orang lain menilaiku?"
"Istri Jonathan Yi?" Aku mengernyitkan dahi, "Teman tidur saja, jangan lupa, kita sudah bercerai, hanya di saat-saat tertentu saja, saling memberi kehangatan saja."
"Saling memberi kehangatan?" Jonathan tertawa parau mendengar tiga kata ini, "Kamu menjelaskan hubungan kita sekarang ini dengan sangat jelas, sederhana dan bermakna."
"Bagus." Aku tidak berani berkata hal macam-macam lagi, hatiku merasa begitu bersalah.
"Sepertinya kamu sudah merencanakannya untuk waktu yang lama, hari ini masalah memukul orang itu palsu, tapi ingin kerja kantoran itu sungguh." Jonathan sepertinya sudah mengerti, aku hari ini berulah dengan genggaman tanganku karena ingin pergi bekerja, tidak ingin berdiam di rumah keluarga Yi bak burung dalam sangkar emas.
Aku mengangguk kemudian menggeleng, "Memukul orang itu spontan, karena emosi jadi melampiaskannya keluar, dan itu beruba sebuah pukulan. Tapi masalah tentang bekerja itu sudah lama aku rencanakan."
"Apa rencanamu?" Ekspresi Jonathan tampak serius, sepertinya dia menyetujuiku.
Aku rasa dia takut aku akan melakukan hal-hal yang lebih parah dari ini, jadi akhirnya menyetujuiku untuk pergi bekerja.
Tentu saja aku mempunyai rencana, karena studio terlalu sibuk maka itu tidak mungkin, lepas dari pengawasan Jonathan itu juga tidak mungkin, kalau begitu bekerja saja di PT Weiss, bergerak di bawah pengawasannya, itu saja.
"Aku ingin bekerja di perusahaanmu." Aku langsung menjawab.
"Di perusahaanku?" Wajah Jonathan berkerut, "Menjadi sekretarisku?"
Aku menggelengkan kepala, "Bukan."
"Kamu juga tidak cocok jadi sekretaris, di PT Weiss ada satu posisi untukmu yang cocok." Sebuah senyum nakal merekah di bibir Jonathan.
"Posisi apa?" Aku sangat terkejut, ternyata dari awal Jonathan sudah memikirkannya.
"Posisi istri CEO PT Weiss, kamu paling cocok dengannya." Mendengar perkataan Jonathan, aku hampir saja memuntahkan darahku ke dalam mobil, berputar-putar pun, akhirnya kembali ke titik awal.
Aku telah memberitahu Jonathan, berusaha meyakinkannya, dengan kata-kata yang begitu cemerlang, dan kulit bibirku kering, bahkan liur ku pun kering, dia tetap saja tidak mengizinkanku untuk bekerja.
"Jonathan, apakah ada orang yang pernah berkata, bahhwa kamu sangat licik?" Aku hampir saja melambaikan bendera putih, pria selicik ini, mengapa aku begitu memujanya, dan juga rela masih berada di sisinya.
"Mungkin ada, tapi tidak berani mengatakannya." Yang dikatakan Jonathan itu benar, siapa yang berani berkata di hadapan Jonathan bahwa dia licik, mungkin hanya aku seorang!
Aku menyerah, bicara kesana kesini juga tidak dia tidak akan mengizinkanku untuk bekerja, lalu mengapa aku terus membujuknya, hanya tinggal menunggu saat memprihatinkan seperti wanita tadi!
Aku memalingkan wajah dan melihat keluar jendela, satu per satu pemandangan terlewatkan dengan cepat.
Mungkin karena aku tidak berkata apa-apa, Jonathan yang juga sudah berdiam lama akhirnya berkata: "Baiklah, datanglah ke kantor, jadilah wakil CEO."
Aku menengok ke arahnya dengan agak terkejut. Wakil CEO? Hehe, terdengar bagus, juga hanya menyuruhku untuk duduk saja, dari rumah pindah ke kantor, merubah kuah tapi tidak merubah obat, berkata wakil CEO, maksudnya adalah asisten pribadi.
Aku menggelengkan kepala, dan kembali melihat ke luar jendela.
"Christine Mo, jangan terus begitu." Jonathan agak kehilangan kesabaran.
Aku berbalik menghadapnya dan berkata: "Aku hanya ingin masuk ke PT Weiss ke bagaian desain pakaian, aku sudah belajar selama tiga tahun, tidak ingin belajar dengan sia-sia."
Jonathan berpikir sejenak, tanpa berbicara apa-apa, setelah sekian lama akhirnya dia memberiku jawaban yang pasti, "Baiklah, besok aku akan menyuruh seseorang mengaturnya."
"Terima kasih." Aku tersenyum senang, dan kemudian melanjutkan: "Oh iya, aku ingin masuk sebagai orang biasa, jangan sampai orang tahu identitasku yang canggung seperti sekarang."
"Apa itu identitas canggung?" Jonathan agak marah.
"Lihat kamu, aku melakukan apa pun demi kamu, jika aku sebagai istri Jonathan Yi masuk ke dalam sebuah department, semua orang setiap harinya hanya akan berusaha untuk memujiku, mana ada yang memberikan pekerjaan untukku." Yang kukatakan itu semuanya adalh kenyataan, istri Jonathan Yi, istri bos, siapa yang mau menyuruh, siapa yang berani memberikan pekerjaan kepadaku, bisa-bisa aku hanya duduk saja dari pagi hingga malam.
"Kamu ingin bagaimana?" Jonathan melihatku dengan tidak senang.
Novel Terkait
Step by Step
LeksTen Years
VivianCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoThe Winner Of Your Heart
ShintaSee You Next Time
Cherry BlossomWaiting For Love
SnowBack To You
CC LennyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)