Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)

"Justin," jawabku tanpa ragu sedikitpun.

"Kuberi kau kesempatan sekali lagi," tanya Jonathan lagi, sambil memaksakan senyuman kaku.

Aku menelan ludah, lalu menjawab, "Kamu memberiku 100 kesempatan lagi pun, jawabanku tetap adalah Justin..." Belum selesai mengatakannya, mulutku tertutup olehnya.

Tanpa sadar aku mendorong Jonathan, sekuat tenaga mengelap bibirku, dan berkata, "Lain kali tidak boleh menciumku saat aku baru bicara sampai setengah."

"Apa kamu salah makan obat?" Kata Jonathan tidak mengerti.

"Benar, aku salah makan obat, aku selalu salah makan obat, apapun itu aku selalu kau bohongi seperti orang bodoh," kataku membeberkan kesalahan Jonathan, "Hari ini kamu dan Vivian pergi ke mana, saat menopangnya kamu perhatian sekali ya, padaku sepertinya kamu tidak pernah sepeduli itu!"

"Kamu melihatnya?" Tanya Jonathan datar, ekspresinya tak berubah.

Sikapnya yang seenaknya inilah, yang semakin membuatku marah, apakah ia kira ia menopang wanita itu sebentar saja akan membuatku marah?

Yang membuatku marah adalah karena ia selamanya tidak mengerti bagaimana sebenarnya Vivian itu, atau ia tahu bagaimana Vivian sebenarnya, hanya saja karena hatinya tak bisa melepaskannya, sehingga ia tidak memperhitungkannya.

Jonathan ini adalah orang yang sangat tahu cara bersikap, masalah Sean saja ia tutupi sampai tidak bocor sedikitpun, termasuk rencana membuatku dan dia berhubungan malam itu, aku percaya semua itu hayalah kebetulan, pria yang cerdas begini, mana mungkin dibohongi oleh tipuan kecil Vivian itu.

Semakin mengenal Jonathan, aku semakin merasa ia tidak bisa dimengerti.

"Apakah kamu mencintaiku?" Tanyaku tiba-tiba, membuat Jonathan sedikit terkejut, kemudian ia tersenyum tipis, saat tangan besarnya baru saja akan menyentuh ujung hidungku, aku menghindarinya.

Aku memandangnya dengan serius, ingin mendapatkan jawaban dari pandangan matanya yang dalam, namun aku tak dapat mengetahuinya.

"Kamu mau aku menjawabmu berapa kali?" Ucapnya, Jonathan maju, tanpa mempedulikan apapun ia menarikku ke dalam pelukannya, "Wanita bodoh, setiap hari memikirkan yang aneh-aneh, aku hanya menjadi teman Vivian saja."

Aku menggeliat beberapa kali, setelah aku tak dapat melepaskan diri, aku pun menyerah.

"Di antara pria dan wanita selamanya tidak ada persahabatan yang murni, Vivian memiliki fantasi terhadapmu, aku tidak bisa berpura-pura tidak melihat apapun," kataku mengatakan sejujurnya, dengan kesal menggerutu dalam pelukan Jonathan.

"Bodoh, kamu sengaja membuat banner itu untuk membuatku marah?" Kata Jonathan tertawa pasrah, ia telah menebak pemikiranku.

Aku terdiam, aku membenamkan kepalaku ke dalam pelukan Jonathan, pemikiranku selamanya tak pernah bisa lepas dari matanya yang tajam itu, benar-benar tidak adil.

Mengapa setiap kali kita bertengkar, selalu selesai dengan begini mudahnya.

Awalnya aku mengira aku akan bertengkar dengannya dengan sangat heboh, namun semuanya hanya selesai dengan tenang seperti ini, aku tahu, aku tidak ingin aku dan Jonathan saling melukai.

Namun aku tidak ingin melepaskan Vivian begitu saja, foto di tanganku itu, kurasa sudah waktunya untuk kukeluarkan.

Maka hari kedua, aku menelepon Vivian untuk mengajaknya bertemu di lobby hotel yang ia tinggali. Saat melihatku, ia berpura-pura terkejut, dengan wajah yang dipenuhi senyuman ia tersenyum lembut padaku.

"Nona Mo mengajaku bertemu, benar-benar membuatku terkejut dan senang," kata Vivian tertawa dengan basa-basi.

Aku memasang wajah datar, lalu berkata dingin, "Nona Ling, kamu sebenarnya ingin aku bagaimana, baru kamu bisa berhenti menempel pada Jonathan?"

"Aku tidak menempel, aku merasa perkataanmu aneh, tidak bisa mengurus suami sendiri, malah mencariku untuk menghukumku, benar-benar lucu," katanya, dengan angkuh ia memutar bola matanya.

Aku menggulung bibirku, dengan pasrah tersenyum, aku pun memberikan map kulit itu pada Vivian dan berkata, "Lihatlah foto di dalamnya, penampilan hebatmu benar-benar membuatku terperangah kagum."

Vivian menatapku dengan curiga, dengan berhati-hati ia mengambil map itu, kemudian membukanya, seketika wajahnya berubah, ia memelototiku dengan kesal, dengan geram ia berkata, "Tak kusangka loh, Nona Mo ternyata bisa melakukan hal semacam ini."

"Terhadap orang yang luar biasa, harus menggunakan cara yang luar biasa. Jika Nona Ling bertindak benar, untuk apa takut terhadap gosip?" Ujarku sambil memandangnya dengan tenang dan tersenyum tipis.

"Kamu mau apa?" Tanya Vivian memelototiku bagaikan tidak takut.

Tanpa mengubah ekspresiku aku memandangnya dan berkata, "Kamu adalah orang yang pintar, tahu aku mau melakukan apa? Seorang wanita menggunakan cara seperti ini, hanya karena ingin melindungi keluarganya, ke depannya kurangi sok memelas di hadapan Jonathan, dan fokuslah dalam memperlakukan beberapa priamu yang lain!"

Selesai mengatakannya, aku berdiri, aku memandang dingin Vivian yang terduduk di sofa itu dan berkata, "Bawalah jantungmu yang malah itu pergi agak jauh, kalau aku melihatmu menempel pada Jonathan lagi, kurasa beberapa kekasih cadanganmu itu akan segera tahu wanita macam apa kamu itu, mungkin saat itu nanti kamu bahkan tidak akan bisa menemukan pria cadangan yang tua, apa kau paham?"

Saat aku berbalik untuk pergi, Vivian berteriak di belakangku, "Hei yang namanya Mo, apa kamu kira kamu sangat hebat? Aku beritahu ya, kau akan mendapat ganjarannya."

Aku menoleh, meliriknya dengan ujung mataku, dan berkata, "Kalau melindungi keluarga bisa mendapatkan ganjaran, kuharap petir akan menyambar dengan lebih keras,"

"Bukankah kau hanya agak beruntung saja, mengambil bekasku, pada akhirnya, Jonathan juga adalah aku yang memutuskannya, apa yang bisa kamu banggakan," kata Vivian menyindir dingin, sampai saat ini pun, ia masih keras kepala.

Aku juga sudah bisa menerima sikapnya ini.

"Terima kasih kamu tidak menginginkan Jonathan, salah, jasa besarmu ini tidak bisa aku hanya berterima kasih padamu seorang, atau kalau tidak, tuliskan semua nama 8 generasi leluhurmu, saat aku sembahyang nanti, akan kuucapkan terima kasih bersama-sama," kataku, tanpa menunggu jawaban Vivian, aku meninggalkan hotel itu.

Tetapi begitu keluar pintu, entah mengapa aku merasakan selalu ada orang yang mengikutiku, begitu aku menoleh, aku menemukan bahwa hanya ada aku seorang.

Apakah karena akhir-akhir ini aku terlalu banyak tekanan, sehingga berimajinasi?

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu