Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya

"Kalau begitu kamu turun saja!" Refaldy Ying tersenyum datar seperti bermaksud sesuatu.

Aku berbalik, membuka pintu setelah itu turun ke lantai bawah dan pergi ke halaman. Aku bertatapan dengan dia yang tinggi dan berkata, "Aku perlu uang, uang yang cukup untuk membangun sebuah sekolah. Apa kamu punya?"

"CEO Yi sangat kaya. Kamu tidak berani meminta padanya?" Refaldy Ying mengangkat alis dan tersenyum.

"Aku sekarang bertanya padamu, bukan padanya. Kalau kamu tidak ada, jawab saja tidak ada. Aku tidak mengancammu dengan pistol kok." selesai berkata, aku membalikkan badan.

Aku tidak akan tanpa harga diri meminta uang pada seseorang. Uang digunakan untuk melakukan kebaikan, bukan dimasukkan ke dalam kantongku juga. Pria bermarga Ying ini, katanya ingin membalas budi, tapi begitu mengungkit tentang uang, langsung berubah menjadi pelit.

Benar juga kata pepatah, uang dari orang kaya, sangat sulit diambil.

"Memangnya aku bilang tidak mau kasih?" suara Refaldy Ying terdengar di belakangku, membuat langkahku langsung berhenti. Aku tanpa bisa ditahan membalikkan badan, melihat pria aneh yang berdiri di hadapanku ini.

Tampangnya memang tegap, tapi tatapannya sedang mengejekku.

Aku mengerutkan dahi bingung dan berkata, "Jangan bohongi aku!"

"Kalau membohongi kamu, memangnya akan bagaimana?" Refaldy Ying tersenyum kecil.

"Orang yang membohongiku rata-rata menghilang dari dunia ini. Kalau kamu ingin menjadi yang selanjutnya, aku tidak keberatan." dia sembarangan bicara, aku juga ikut bercanda. Bicara dengan pria seperti ini, tidak usah menggunakan sikap yang serius.

"Kamu sangat lucu." Refaldy Ying memuji.

Lucu?

Aku mendengus ddingin. Tidak tahu aku mempunyai bakat melucu juga. Pria ini benar-benar bisa memujiku. Tidak benar, dia sedang sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Tadi jelas-jelas bilang punya uang, sekarang malah membicarakan yang lain.

"Aku sekarang sedang membicarakan uang denganmu, bukan yang lain. Apa kamu punya uang?" aku bertanya lagi dengan terus terang.

"Punya." Refaldy Ying menjawab dengan ringan, "Selama kamu mau, aku akan berikan."

Perkataan seperti ini kalau dikatakan sebelum aku menikah, aku pasti mengira dia punya perasaan padaku. Tapi sekarang, aku malah merasa dia sedang mengejekku.

Aku pernah menikah dua kali, pernah bercerai dua kali, juga merupakan wanita yang mempunyai dua orang anak perempuan. Secantik apapun aku, juga tidak dapat menarik hati pria lagi.

Jadi perkataannya sama sekali tidak berefek apapun padaku.

Saat ini, angin bertiup, dan membuat mataku tiba-tiba kelilipan, aku mengedipkan mata tanpa hentinya. Air mata keluar tanpa sadar. Saat aku mengucek sekuat tenaga, tanganku tiba-tiba dihentikan.

"Tidak boleh dikucek pakai tangan, hal itu bisa melukai mata."

Peringatan perhatiannya membuat aku seketika tersentak. Mataku ini pernah ditukar. Kalau tidak dihargai baik-baik, maka bisa saja menjadi buta.

Pria ini pandai mengamati, dan juga sangat teliti.

Aku memejamkan mata, ingin membiarkan benda aneh yang ada di mata ikut keluar bersama air mata, tapi sepertinya tidak bisa keluar. Aku membuka mata, tapi tetap merasa sangat tidak nyaman.

"Aku bantu kamu lihat." kata Refaldy Ying. Belum menunggu persetujuanku, dia sudah mengulurkan tangan untuk membuka mataku, lalu mendekat dan meniup sebentar.

Ditiup seperti ini olehnya, air mataku semakin banyak.

"Sedang apa?" suara Jonathan tiba-tiba terdengar di belakangku. Aku langsung membalikkan badan dan melihat dia yang berwajah masam.

"Mataku kemasukan sesuatu." jawabku.

Jonathan mendekat, lalu menarik tanganku dengan sekuat tenaga dan berkata, "Teteskan obat mata saja. Memangnya dipegang-pegang oleh orang lain sudah bisa baik?"

Pegang-pegang?

Aku menggelengkan kepala dengan tidak berdaya. Dia benar-benar pandai membuat deskripsi. Refaldy Ying hanya membantuku meniup mata saja, juga tidak melakukan perbuatan yang kelewatan. Kenapa merasa aneh.

"CEO Yi, kamu jangan salah paham, aku ..." Refaldy Ying baru saja mau menjelaskan, sudah diputuskan dulu oleh Jonathan.

"Tidak salah paham. Aku sangat mengerti orang seperti apa istriku.Orang yang jelek tidak dapat masuk dalam pilihannya." setelah Jonathan berkata dengan tajam, dia berbalik lalu menggandengku dan naik ke lantai atas.

Aku diggandeng begitu cepat olehnya, beberapa kali bahkan hampir jatuh. Tapi dia tetap menarikku paksa ke atas. Membuka pintu kamar, lalu melemparku ke dalam seperti melempar barang.

Kalau keseimbanganku tidak baik, mungkin aku sudah terjatuh.

"Kamu gila ya, bisa lembut sedikit tidak." mataku kemasukan sesuatu, sama saja dengan setengah buta. Tentu saja tidak leluasa dalam bergerak, dia malah bagus. Tiba-tiba turun ke bawah, marah-marah. Meskipun cemburu, tapi tidak perlu sampai seperti ini juga bukan.

"Aku tidak selembut Refaldy, juga tidak bisa bersikap lembut. Ada apa? Sekarang kamu baru merasa kalau menikah denganku dulu adalah sebuah kesalahan?" Jonathan menyindirku.

Aku tidak menjawab, hanya sibuk mencari obat tetes mata.

Jonathan melihat aku tidak mempedulikannya, langsung mendekat dengan marah. Dia menekan kepalaku dengan kencang, menundukkan kepala, lalu menatapku dengan ekspresi marah, "Christine, kamu sedang mencobai kesabaranku ya?"

"Aku malas meladenimu. Mataku tidak nyaman." aku menutup mataku dengan tangan. Rasanya ada sesuatu di mataku, yang menusuk mataku membuatnya tidak nyaman.

Mendengar itu, Jonathan melepaskan tanganku pelan-pelan. Dia baru menyadari bahkan kelopak mataku juga merah. Dia menarik kembali kemarahannya dan berkata, "Jangan asal kucek, aku suruh dokter ke sini sebentar."

Aku tidak berkata apa-apa, hanya melihat dia menelepon dokter itu dalam diam.

Aku tahu Jonathan sebenarnya perhatian padaku. Kalau tidak mana mungkin marah sebesar itu tadi. Aku melihat dia mencari barang di sekeliling, lalu kadang-kadang bertanya kepadaku.

Kemudian dokter datang, membantuku membersihkan. Meskipun benda aneh itu sudah dibersihkan, tapi mataku memerah, pandanganku juga agak kabur.

Aku duduk di atas kasur dalam diam. Setelah Jonathan mengantar dokter keluar kamar, Jonathan menutup pintu, lalu duduk di sebelahku dan bertanya, "Masih sakit tidak?"

Aku menggelengkan kepala, "Sudah jauh lebih baik."

"Istirahatlah baik-baik!" baru saja Jonathan berdiri, mau pergi, aku menghentikannya.

"Jonathan, bantulah anak-anak itu!"

Langkah Jonathan terhenti. Dia tidak menoleh, tidak juga menjawab pertanyaanku. Kira-kira dua atau tiga menit kemudian, dia melangkah pergi.

Perasaanku sangat berat. Aku tahu Jonathan adalah pebisnis. Tapi dia sudah mencari banyak uang. Dia sendiri juga tidak dapat menghabiskannya. Daripada memberikan kepada cinta pertamanya, lebih baik memberikan kepada anak-anak yang bersikap malang.

Aku menarik napas dalam lalu menyibak selimut. Baru saja turun dari ranjang, dan berjalan beberapa langkah, pintu tiba-tiba terbuka. Ibu mertua berjalan masuk membuat aku terkejut. Aku langsung menunduk dan menyapa, "Ibu ...."

"Kamu sudah cerai dengan Jonathan. Tidak perlu memanggil ibu lagi." ibu mertua berkata dengan dingin.

Beberapa hari ini, aku berinteraksi lumayan baik dengan ibu mertua. Dia bukanlah mertua yang cerewet. Sebenarnya kadang kala dia lumayan lucu. Aku tahu sekarang dia sedang marah. Aku bisa memaklumi.

"Aku tahu." aku menjawab dengan suara kecil.

"Christine, kamu tidak seharusnya tinggal di rumah. Karena rumah ada tamu, ada tamu yang sangat penting bagiku. Tadi kamu berdekatan dengan Refaldy di halaman seperti itu, aku merasa sangat tidak baik." ibu mertua mengatakan masalah tadi dengan terang-terangan.

Mendengar itu, aku langsung menjelaskan, "Tidak, mataku ..." belum selesai berkata, ibu mertua sudah memotong ucapanku.

"Aku tidak peduli kamu ada atau tidak. Kamu tetap tidak boleh menggoda Refaldy. Kamu harus mengerti, kamu sudah bercerai dua kali. Selain itu juga merupakan ibu dari Bella dan Bernice. Menjadi orang tua harus mempunyai tampang sebagai orang tua. Wanita yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab sepertimu, aku juga tidak berharap kamu mempunyai rasa tanggung jawab, aku hanya berharap wajahmu bisa lebih tipis sedikit, jangan menikah lagi untuk ketiga kalinya." perkataan ibu mertua yang tajam itu menusuk dalam ke dalam hatiku.

Apa percakapan normalku dengan Refaldy Yang tadi di halaman terlihat sangat dekat?

"Baiklah." aku dimarahi sampai tidak mempunyai sedikitpun kalimat untuk membela diri.

Aku tidak tahu malu, jadi sengaja pergi menggoda Refaldy Ying? Aku menertawakan diriku sendiri. Memangnya wajahku adalah wajah wanita yang suka menggoda pria?

"Begini saja, nanti setelah Jonathan pergi ke perusahaan, aku suruh supir antar kamu pergi!" ibu mertua benar-benar sangat baik hati. Bahkan kendaraan apa yang akan aku pakai untuk pergi, juga sudah dia atur.

Aku menganggukan kepala dengan patuh dan menjawab, "Baik."

Setelah ibu mertua pergi, aku menunggu Jonathan pergi. Ketika aku mendengar bunyi pintu utama terbuka, aku tahu kalau Jonathan sudah pergi ke perusahaan.

Aku masuk ke kamar mandi dan sedikit membereskan diri. Setelah itu aku turun ke lantai bawah. Ibu mertua sedang bermain dengan Bernice di ruang tamu. Begitu aku turun ke bawah, aku seperti penyakit saja, seketika membuat ruang tamu yang ramai menjadi tenang.

Ibu mertua menatapku dengan ujung matanya dan sengaja bertanya, "Kamu sudah mau pergi?"

Aku menganggukan kepala, lalu mendekat ke arah ibu mertua dan Bernice. Semenjak saat itu menggugurkan anak, saat aku dan Jonathan bertengkar, aku tidak pernah pulang ke sini.

Bernice dirawat dengan baik oleh ibu. Masih sama menjadi seorang anak yang imut, yang wajahnya putih, kenyal-kenyal, lucu sekali. Aku mencium satu kecupan di wajahnya dan berkata kecil, "Sayang, saat ibu ada waktu luang, ibu pasti akan pulang melihatmu!"

Selesai berkata, hatiku terasa sakit. Aku menatap ibu mertua dengan sedih, lalu berkata dengan suara ringan, "Ibu, aku pergi dulu."

Ibu mertua tidak menjawab, hanya menatapku dalam diam.

Aku memaksakan senyum dengan sedih. Di saat aku membalikkan badan, aku melihat ekspresi wajah Refaldy Ying yang tidak kumengerti.

Aku tidak terlalu memperhatikan, hanya langsung pergi saja.

Begitu keluar rumah Keluarga Yi, aku pun menutup mulut dan air mataku mengalir turun.

Supir mobil sudah menungguku. Begitu aku naik ke mobil dan baru saja menutup pintu, kaca mobilku sudah diketuk oleh Refaldy Ying.

Aku menurunkan kaca mobil, dengan mata merah dan berpura-pura tidak ada masalah bertanya, "Ada masalah apa?"

"Tidak mau uang lagi?" dia bertanya ringan.

Aku menggelengkan kepala, "Tidak mau lagi. Kalian orang kaya memberikan uang seperti memotong daging di tubuh kalian saja. Untuk apa berbuat begitu. Nanti kalau aku minta banyak dan membuatmu kehilangan nyawa, maka aku benar-benar sangat bersalah."

Setelah aku menyindirnya, aku menaikkan kaca mobil.

Supir mengendarai mobil keluar dari rumah Keluarga Yi. Aku tidak pulang ke rumah orang tua, melainkan langsung pergi ke hotel yang ditinggali kakak ipar.

Sesampainya di lobi hotel, aku menyuruh supir pergi dulu. Aku menelepon kakak ipar, dan dua kali berurutan ditolak. Hingga panggilan ketiga, kakak ipar baru terima.

Aku berkata, "Aku di lobi hotel kalian."

"Aku tidak ingin bertemu denganmu." kakak ipar berkata dengan jujur.

"Kita bertemu yuk, sekali saja." aku berkata dengan suara kecil. Aku ingin meminta maaf atas kesalahanku waktu itu. Kalau aku mendengar perkataan kakak ipar sejak awal, mungkin kehidupanku tidak akan seperti sekarang ini, tidak akan sekacau ini.

Kakak ipar terdiam lama di ujung sambungan dan menjawab "ok".

Aku menunggu selama setengah jam lebih di lobi, setelah itu dia baru muncul.

Ketika aku melihat dia muncul dengan kacamata hitam dan maskernya, aku bertanya bingung, "Kakak, kamu kenapa?"

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu