Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
"Kalau begitu kamu turun saja!" Refaldy Ying tersenyum datar seperti bermaksud sesuatu.
Aku berbalik, membuka pintu setelah itu turun ke lantai bawah dan pergi ke halaman. Aku bertatapan dengan dia yang tinggi dan berkata, "Aku perlu uang, uang yang cukup untuk membangun sebuah sekolah. Apa kamu punya?"
"CEO Yi sangat kaya. Kamu tidak berani meminta padanya?" Refaldy Ying mengangkat alis dan tersenyum.
"Aku sekarang bertanya padamu, bukan padanya. Kalau kamu tidak ada, jawab saja tidak ada. Aku tidak mengancammu dengan pistol kok." selesai berkata, aku membalikkan badan.
Aku tidak akan tanpa harga diri meminta uang pada seseorang. Uang digunakan untuk melakukan kebaikan, bukan dimasukkan ke dalam kantongku juga. Pria bermarga Ying ini, katanya ingin membalas budi, tapi begitu mengungkit tentang uang, langsung berubah menjadi pelit.
Benar juga kata pepatah, uang dari orang kaya, sangat sulit diambil.
"Memangnya aku bilang tidak mau kasih?" suara Refaldy Ying terdengar di belakangku, membuat langkahku langsung berhenti. Aku tanpa bisa ditahan membalikkan badan, melihat pria aneh yang berdiri di hadapanku ini.
Tampangnya memang tegap, tapi tatapannya sedang mengejekku.
Aku mengerutkan dahi bingung dan berkata, "Jangan bohongi aku!"
"Kalau membohongi kamu, memangnya akan bagaimana?" Refaldy Ying tersenyum kecil.
"Orang yang membohongiku rata-rata menghilang dari dunia ini. Kalau kamu ingin menjadi yang selanjutnya, aku tidak keberatan." dia sembarangan bicara, aku juga ikut bercanda. Bicara dengan pria seperti ini, tidak usah menggunakan sikap yang serius.
"Kamu sangat lucu." Refaldy Ying memuji.
Lucu?
Aku mendengus ddingin. Tidak tahu aku mempunyai bakat melucu juga. Pria ini benar-benar bisa memujiku. Tidak benar, dia sedang sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Tadi jelas-jelas bilang punya uang, sekarang malah membicarakan yang lain.
"Aku sekarang sedang membicarakan uang denganmu, bukan yang lain. Apa kamu punya uang?" aku bertanya lagi dengan terus terang.
"Punya." Refaldy Ying menjawab dengan ringan, "Selama kamu mau, aku akan berikan."
Perkataan seperti ini kalau dikatakan sebelum aku menikah, aku pasti mengira dia punya perasaan padaku. Tapi sekarang, aku malah merasa dia sedang mengejekku.
Aku pernah menikah dua kali, pernah bercerai dua kali, juga merupakan wanita yang mempunyai dua orang anak perempuan. Secantik apapun aku, juga tidak dapat menarik hati pria lagi.
Jadi perkataannya sama sekali tidak berefek apapun padaku.
Saat ini, angin bertiup, dan membuat mataku tiba-tiba kelilipan, aku mengedipkan mata tanpa hentinya. Air mata keluar tanpa sadar. Saat aku mengucek sekuat tenaga, tanganku tiba-tiba dihentikan.
"Tidak boleh dikucek pakai tangan, hal itu bisa melukai mata."
Peringatan perhatiannya membuat aku seketika tersentak. Mataku ini pernah ditukar. Kalau tidak dihargai baik-baik, maka bisa saja menjadi buta.
Pria ini pandai mengamati, dan juga sangat teliti.
Aku memejamkan mata, ingin membiarkan benda aneh yang ada di mata ikut keluar bersama air mata, tapi sepertinya tidak bisa keluar. Aku membuka mata, tapi tetap merasa sangat tidak nyaman.
"Aku bantu kamu lihat." kata Refaldy Ying. Belum menunggu persetujuanku, dia sudah mengulurkan tangan untuk membuka mataku, lalu mendekat dan meniup sebentar.
Ditiup seperti ini olehnya, air mataku semakin banyak.
"Sedang apa?" suara Jonathan tiba-tiba terdengar di belakangku. Aku langsung membalikkan badan dan melihat dia yang berwajah masam.
"Mataku kemasukan sesuatu." jawabku.
Jonathan mendekat, lalu menarik tanganku dengan sekuat tenaga dan berkata, "Teteskan obat mata saja. Memangnya dipegang-pegang oleh orang lain sudah bisa baik?"
Pegang-pegang?
Aku menggelengkan kepala dengan tidak berdaya. Dia benar-benar pandai membuat deskripsi. Refaldy Ying hanya membantuku meniup mata saja, juga tidak melakukan perbuatan yang kelewatan. Kenapa merasa aneh.
"CEO Yi, kamu jangan salah paham, aku ..." Refaldy Ying baru saja mau menjelaskan, sudah diputuskan dulu oleh Jonathan.
"Tidak salah paham. Aku sangat mengerti orang seperti apa istriku.Orang yang jelek tidak dapat masuk dalam pilihannya." setelah Jonathan berkata dengan tajam, dia berbalik lalu menggandengku dan naik ke lantai atas.
Aku diggandeng begitu cepat olehnya, beberapa kali bahkan hampir jatuh. Tapi dia tetap menarikku paksa ke atas. Membuka pintu kamar, lalu melemparku ke dalam seperti melempar barang.
Kalau keseimbanganku tidak baik, mungkin aku sudah terjatuh.
"Kamu gila ya, bisa lembut sedikit tidak." mataku kemasukan sesuatu, sama saja dengan setengah buta. Tentu saja tidak leluasa dalam bergerak, dia malah bagus. Tiba-tiba turun ke bawah, marah-marah. Meskipun cemburu, tapi tidak perlu sampai seperti ini juga bukan.
"Aku tidak selembut Refaldy, juga tidak bisa bersikap lembut. Ada apa? Sekarang kamu baru merasa kalau menikah denganku dulu adalah sebuah kesalahan?" Jonathan menyindirku.
Aku tidak menjawab, hanya sibuk mencari obat tetes mata.
Jonathan melihat aku tidak mempedulikannya, langsung mendekat dengan marah. Dia menekan kepalaku dengan kencang, menundukkan kepala, lalu menatapku dengan ekspresi marah, "Christine, kamu sedang mencobai kesabaranku ya?"
"Aku malas meladenimu. Mataku tidak nyaman." aku menutup mataku dengan tangan. Rasanya ada sesuatu di mataku, yang menusuk mataku membuatnya tidak nyaman.
Mendengar itu, Jonathan melepaskan tanganku pelan-pelan. Dia baru menyadari bahkan kelopak mataku juga merah. Dia menarik kembali kemarahannya dan berkata, "Jangan asal kucek, aku suruh dokter ke sini sebentar."
Aku tidak berkata apa-apa, hanya melihat dia menelepon dokter itu dalam diam.
Aku tahu Jonathan sebenarnya perhatian padaku. Kalau tidak mana mungkin marah sebesar itu tadi. Aku melihat dia mencari barang di sekeliling, lalu kadang-kadang bertanya kepadaku.
Kemudian dokter datang, membantuku membersihkan. Meskipun benda aneh itu sudah dibersihkan, tapi mataku memerah, pandanganku juga agak kabur.
Aku duduk di atas kasur dalam diam. Setelah Jonathan mengantar dokter keluar kamar, Jonathan menutup pintu, lalu duduk di sebelahku dan bertanya, "Masih sakit tidak?"
Aku menggelengkan kepala, "Sudah jauh lebih baik."
"Istirahatlah baik-baik!" baru saja Jonathan berdiri, mau pergi, aku menghentikannya.
"Jonathan, bantulah anak-anak itu!"
Langkah Jonathan terhenti. Dia tidak menoleh, tidak juga menjawab pertanyaanku. Kira-kira dua atau tiga menit kemudian, dia melangkah pergi.
Perasaanku sangat berat. Aku tahu Jonathan adalah pebisnis. Tapi dia sudah mencari banyak uang. Dia sendiri juga tidak dapat menghabiskannya. Daripada memberikan kepada cinta pertamanya, lebih baik memberikan kepada anak-anak yang bersikap malang.
Aku menarik napas dalam lalu menyibak selimut. Baru saja turun dari ranjang, dan berjalan beberapa langkah, pintu tiba-tiba terbuka. Ibu mertua berjalan masuk membuat aku terkejut. Aku langsung menunduk dan menyapa, "Ibu ...."
"Kamu sudah cerai dengan Jonathan. Tidak perlu memanggil ibu lagi." ibu mertua berkata dengan dingin.
Beberapa hari ini, aku berinteraksi lumayan baik dengan ibu mertua. Dia bukanlah mertua yang cerewet. Sebenarnya kadang kala dia lumayan lucu. Aku tahu sekarang dia sedang marah. Aku bisa memaklumi.
"Aku tahu." aku menjawab dengan suara kecil.
"Christine, kamu tidak seharusnya tinggal di rumah. Karena rumah ada tamu, ada tamu yang sangat penting bagiku. Tadi kamu berdekatan dengan Refaldy di halaman seperti itu, aku merasa sangat tidak baik." ibu mertua mengatakan masalah tadi dengan terang-terangan.
Mendengar itu, aku langsung menjelaskan, "Tidak, mataku ..." belum selesai berkata, ibu mertua sudah memotong ucapanku.
"Aku tidak peduli kamu ada atau tidak. Kamu tetap tidak boleh menggoda Refaldy. Kamu harus mengerti, kamu sudah bercerai dua kali. Selain itu juga merupakan ibu dari Bella dan Bernice. Menjadi orang tua harus mempunyai tampang sebagai orang tua. Wanita yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab sepertimu, aku juga tidak berharap kamu mempunyai rasa tanggung jawab, aku hanya berharap wajahmu bisa lebih tipis sedikit, jangan menikah lagi untuk ketiga kalinya." perkataan ibu mertua yang tajam itu menusuk dalam ke dalam hatiku.
Apa percakapan normalku dengan Refaldy Yang tadi di halaman terlihat sangat dekat?
"Baiklah." aku dimarahi sampai tidak mempunyai sedikitpun kalimat untuk membela diri.
Aku tidak tahu malu, jadi sengaja pergi menggoda Refaldy Ying? Aku menertawakan diriku sendiri. Memangnya wajahku adalah wajah wanita yang suka menggoda pria?
"Begini saja, nanti setelah Jonathan pergi ke perusahaan, aku suruh supir antar kamu pergi!" ibu mertua benar-benar sangat baik hati. Bahkan kendaraan apa yang akan aku pakai untuk pergi, juga sudah dia atur.
Aku menganggukan kepala dengan patuh dan menjawab, "Baik."
Setelah ibu mertua pergi, aku menunggu Jonathan pergi. Ketika aku mendengar bunyi pintu utama terbuka, aku tahu kalau Jonathan sudah pergi ke perusahaan.
Aku masuk ke kamar mandi dan sedikit membereskan diri. Setelah itu aku turun ke lantai bawah. Ibu mertua sedang bermain dengan Bernice di ruang tamu. Begitu aku turun ke bawah, aku seperti penyakit saja, seketika membuat ruang tamu yang ramai menjadi tenang.
Ibu mertua menatapku dengan ujung matanya dan sengaja bertanya, "Kamu sudah mau pergi?"
Aku menganggukan kepala, lalu mendekat ke arah ibu mertua dan Bernice. Semenjak saat itu menggugurkan anak, saat aku dan Jonathan bertengkar, aku tidak pernah pulang ke sini.
Bernice dirawat dengan baik oleh ibu. Masih sama menjadi seorang anak yang imut, yang wajahnya putih, kenyal-kenyal, lucu sekali. Aku mencium satu kecupan di wajahnya dan berkata kecil, "Sayang, saat ibu ada waktu luang, ibu pasti akan pulang melihatmu!"
Selesai berkata, hatiku terasa sakit. Aku menatap ibu mertua dengan sedih, lalu berkata dengan suara ringan, "Ibu, aku pergi dulu."
Ibu mertua tidak menjawab, hanya menatapku dalam diam.
Aku memaksakan senyum dengan sedih. Di saat aku membalikkan badan, aku melihat ekspresi wajah Refaldy Ying yang tidak kumengerti.
Aku tidak terlalu memperhatikan, hanya langsung pergi saja.
Begitu keluar rumah Keluarga Yi, aku pun menutup mulut dan air mataku mengalir turun.
Supir mobil sudah menungguku. Begitu aku naik ke mobil dan baru saja menutup pintu, kaca mobilku sudah diketuk oleh Refaldy Ying.
Aku menurunkan kaca mobil, dengan mata merah dan berpura-pura tidak ada masalah bertanya, "Ada masalah apa?"
"Tidak mau uang lagi?" dia bertanya ringan.
Aku menggelengkan kepala, "Tidak mau lagi. Kalian orang kaya memberikan uang seperti memotong daging di tubuh kalian saja. Untuk apa berbuat begitu. Nanti kalau aku minta banyak dan membuatmu kehilangan nyawa, maka aku benar-benar sangat bersalah."
Setelah aku menyindirnya, aku menaikkan kaca mobil.
Supir mengendarai mobil keluar dari rumah Keluarga Yi. Aku tidak pulang ke rumah orang tua, melainkan langsung pergi ke hotel yang ditinggali kakak ipar.
Sesampainya di lobi hotel, aku menyuruh supir pergi dulu. Aku menelepon kakak ipar, dan dua kali berurutan ditolak. Hingga panggilan ketiga, kakak ipar baru terima.
Aku berkata, "Aku di lobi hotel kalian."
"Aku tidak ingin bertemu denganmu." kakak ipar berkata dengan jujur.
"Kita bertemu yuk, sekali saja." aku berkata dengan suara kecil. Aku ingin meminta maaf atas kesalahanku waktu itu. Kalau aku mendengar perkataan kakak ipar sejak awal, mungkin kehidupanku tidak akan seperti sekarang ini, tidak akan sekacau ini.
Kakak ipar terdiam lama di ujung sambungan dan menjawab "ok".
Aku menunggu selama setengah jam lebih di lobi, setelah itu dia baru muncul.
Ketika aku melihat dia muncul dengan kacamata hitam dan maskernya, aku bertanya bingung, "Kakak, kamu kenapa?"
Novel Terkait
Cinta Yang Tak Biasa
WennieRahasia Istriku
MahardikaAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoHei Gadis jangan Lari
SandrakoSee You Next Time
Cherry BlossomLove In Sunset
ElinaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)