Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 67 Masih Istrinya
Di bawah tatapan tajam Jonathan, aku pun berjalan lurus di depan garis pandangnya.
Aku menundukkan kepala dengan malu, dari kecil, karena tubuhku yang tinggi, setiap kali sekolah memilih murid untuk menari, aku selalu mendapat barisan belakang, satu-satunya pekerjaanku adalah menjadi model, berjalan di atas panggung, dan memutar sedikit pinggulku saja, dan sekarang, aku harus menari untuknya.
Ini secara tidak langsung adalah bentuk balas dendamnya kepadaku, tapi aku bisa apa, berkelahi dengannya, lalu berusaha untuk merebut ponselnya?
Melihat tubuhnya yang besar kekar, lalu melihat tubuhku yang kurus mungil, aku pasti tidak akan menang melawannya!
Lebih baik aku memikirkan baik-baik bagaimana menari, baru bisa membuatnya senang!
"Ayo menari, masih memikirkan apa?" Wajah Jonathan jatuh, dan dia menatapku dengan penuh ketertarikan.
"Aku baru mengingat-ingat musik awalnya, tidak ada musik aku juga tidak bisa sembarangan menari!" Aku berbalik ke belakang, dengan jelas merasakan pandangannya kepadaku, dia bersandar di bingkai pintu kamar mandi, dan melihatku dengan penuh antusias.
Aku merapatkan bibirku dan berkata: "Setelah aku menari, kamu harus mengirimkan foto Bella kepadaku." Begitu selesai berbicara, aku menengadahkan tangan ke atas menghadap ke langit, seluruh tubuhku mulai bergerak dengan kaku, aku benar-benar tidak memiliki jiwa penari, kalau tidak dari awal aku sudah menjadi penari.
Aku menurunkan tangan, menggoyangkan pinggul, berputar dua kali, bisa dikatakan aku sudah menyelesaikan sebuah tarian, lalu menundukan kepala dengan malu, merasa aku sudah mempermalukan dirku sendiri, dan aku berkata dengan lesu: "Tidak bisa lagi."
Jonathan menatap ke arahku, melangkah maju, dan mengulurkan tangan kanannya, merengkuh pinggangku, tangan kirinya menggenggam tangan kananku, kemudian menunduk dan berkata: "Dansa standard nasional bisa kan?"
"Aku menjawab datar, "Sedikit."
Apa maksudnya menanyakan hal ini, apakah dia mau mengajariku? Tidak mungkin, membosankan sampai ke tahap ini.
Sebelum aku sadar apa yang terjadi, dia sudah mulai mengajakku menari, aku dengan langkah tersendat mengikutinya menari, belum sampai dia memutarku dua kali, dia langsung mendorongku ke sisi ranjang, dia melepaskan tangan kanannya, dan seluruh tubuhku pun terhempas ke atas kasur, dan dia pun segera naik ke atas kasur.
Tarian itu palsu, tapi naik kasur ini itu nyata.
Aku menatap ke mata Jonathan yang begitu dalam dan menyiapkan seluruh darah dalam tubuku, diam-diam aku menelan ludah dan berkata: "Kalau naik kasur tidak bisa menari."
"Siapa bilang menari di atas kasur?" Dengan suaranya yang agak berat dia berkata sambil menatap ke arahku. Tangannya yang besar perlahan meraba sisi wajahku, menyingkirkan rambutku, dan perlahan turun ke daguku, dengan lembut mencubitnya dan bertanya: "Tiga tahun ini, apakah ada orang lain yang menyentuhmu?"
"Tid...." Saat aku akan menjawab, aku pun terdiam, mengapa aku harus menurut dan menjawab pertanyaannya, lalu aku pun bertanya pula kepadanya: "Bagaimana denganmu, tiga tahun ini, apakah kamu menyentuh wanita lain?"
Aku merasa bodoh sudah menanyakan hal yang tidak perlu ditanyakan, semua pria itu irasional, menyuruhnya untuk menungguku selama tiga tahun, itu sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
"Siapa yang memberimu keberanian untuk menanyakan hal seperti ini kepadaku?" Wajah tampannya terlihat gelap, suaranya terdengar tidak senang.
Aku menatapnya erat-erat, ingin melihat dengan jelas semua ekspresi di wajahnya, semua tatapannya, bahkan semua pori-porinya, kemudian menyimpannya dalam hati.
Mata gelapnya menatapku tajam, tersirat sorotan yang aneh di bola matanya, lalu tiba-tiba dia menyimpan kembali ekspresinya, dia mendorong tubuhnya ke atas.
Melihatnya akan pergi, aku pun tersentak, kedua tanganku segera menarik lehernya, dan aku menciumnya.
Aku melakukannya, bukan semata-mata untuk memuaskannya, lebih karena aku merindukannya, mencintainya.
Jonathan melotot tak percaya, melihatku yang berinisiatif lebih dahulu, ketidaksenangan di matanya perlahan mejadi lembut, kemudian kebahagiaan terpancar darinya. Dia membalasku, dan berinisiatif sendiri.
Bibir dan lidah saling bergelut, nafas tersengal-sengal, aku tidak tahu apa yang kupikirkan, aku hanya ingin menggila untuk sekali ini saja.
Kami menjadi satu, di waktu yang singkat di dalam ruangan lama yang sama, kami mengupas kembali ingatan kami yang dulu lembar demi lembar.
Setelah pergumulan kami, aku menatap sosok Jonathan yang tertidur di sisiku, bulu matanya sangat panjang dan lentik, aku dengan usil menggerakkan telunjukku untuk menyentuhnya, awalnya kukira dia tidak tahu, tapi dalam hitungan detik dia sudah memegang tanganku.
Aku seperti anak kecil yang bersalah, segera menurunkan telunjukku.
"Apakah belum cukup, masih mau sekali lagi?" Pertanyaan spontan Jonathan itu serentak membuatku merona merah padam.
Aku menggelengkan kepala, dan menjelaskan: "Ada debu di bulu matamu, aku hanya membantu...."
"Banyak sekali alasan." Jonathan memotong perkataanku, dan dalam satu gerakan tubuh, kembali menekanku.
Aku menatapnya dengan ragu, kedua tanganku menahan dadanya, dan berkata: "Istirahat dulu, tubuh masih lelah."
Setelah mendengarku, Jonathan hanya menggeleng tanpa suara, dan menjauh dari tubuhku, kemudian turun dari kasur, dan masuk ke kamar mandi.
Aku mendengar suara air mengalir di kamar mandi, dan seketika aku merasa lega, aku mengira dia masih mau melakukannya lagi.
Dan saat itu pula, pandangan mataku menyapu dan jatuh di ponselnya yang diletakkannya di atas meja, dengan segera aku membalut tubuhku dengan selimut dan mengambil ponsel itu lalu membukanya, tapi harus memasukkan kata sandi.
Untuk membuka ponsel itu harus membutuhkan sidik jarinya, kalau tidak aku tidak bisa melihat foto Bella. Dia sengaja menaruh ponsel ini di tempat yang terlihat olehku, karena kalau bukan dia yang membukanya, aku sama sekali tidak bisa.
Aku mengenakan kembali pakaian, dan duduk di sisi kasur untuk menunggu Jonathan.
Terdengar suara pintu terbuka, dan dia berjalan keluar dari kamar mandi, hanya dengan mengenakan handuk, dia berdiri di hadapanku, dan melirik ke arah ponselnya, bibirnya bergetar, "Barusan kamu memegang ponselku?"
Aku membalas pandangannya, dan menjawab: "Iya, aku memegang ponselmu, aku mau fotonya."
"Bukankah kamu bilang malam ini tidak dihitung?" Jonathan berkata dengan suara lembut, aku tidak sanggup menahan untuk tenang lagi, bangkit berdiri menghampirinya.
"Katakan sekali lagi?" Aku melotot dengan marah.
"Katakan seratus lagi pun juga tetap kata-kata ini, tidak dihitung." Begitu selesai bicara, dia melewatiku, mengabaikan ekspresi dan gerakan tubuhku.
Tidak dihitung?
Tiga tahun berlalu dan dia berubah menjadi sangat jahat?
"Jonathan....." Aku berbalik dengan kesal, begitu kulihat, handuk yang melilitnya terjatuh, seketika aku mengalihkan pandanganku dan kembali melihat ke depan.
"Ada apa?" Dia bertanya dengan bosan.
"Ada apa, soal foto, kalau kamu tidak mengirimnya hari ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi." Aku harus mendapatkan foto Bella, aku tidak bisa menahan lagi keinginan untuk melihatnya.
Jonathan ini, sudah meniduriku, mempermalukanku, dan sekarang dia mau meninggalkanku begitu saja.
Kalau dia berani tidak mengirimnya, aku akan membuat perhitungan dengannya.
"Baiklah, aku temani kamu sampai pagi." Jonathan mengenakan pakaian, dan duduk di kepala kasur.
Aku melirikkan mata, mengintip ke arahnya, melihatnya sudah mengenakan baju, aku akhirnya berbalik dan menatapnya sambil berkata: "Kirimkan foto Bella kepadaku."
"Mohon kepadaku." Kedua matanya menatap tajam ke arahku.
"Aku mohon." Aku menarik kembali amarahku yang membara barusan, dan memohon kepadanya dengan suara kecil.
Jonathan menatapku dalam diam, mungkin dia memikirkan aku sebagai mama yang melahirkan Bella, dia mengambil ponselnya, dan menggerakkan jemarinya.
Tak lama kemudian, ponselku berdering, aku segera melangkah maju, dan menatap layar ponselku, melihat Jonathan mengirimkan sebuah gambar, aku pun tak sabar untuk membukanya.
Sebuah foto anak perempuan kecil yang tertawa lebar saat bermain di lapangan muncul di layarku. Dia sedang tertawa manja dan imut, jariku meraba layar, ingin sekali menyentuh wajah mungilnya.
"Ini Bella?" Aku bertanya tak percaya, bocah yang merah ketika baru saja lahir itu, kini menjadi putih bersih, sangat cantik.
Dia tampak stereoskopis, sangat mirip dengan Jonathan.
Aku mengatupkan bibir rapat-rapat,air mataku mengalir di pipi, anak perempuanku, aku sangat sangat ingin menciumnya, membelainnya, menggandeng tangan mungilnya dan berlari bersama dengannya.
Jonathan bangkit berdiri tanpa suara, mendekatiku dan berkata dengan dingin: "Lihatlah kekosongan di mata anak itu, itu adalah mata seorang anak yang tidak mendapatkan cinta kasih sayang seorang ibu selama tiga tahun."
Kata-kata Jonathan menusuk ke dasar lubuk hatiku, aku menatap ke arahnya dengan kepedihan yang amat sangat, kalau bukan karena dia mencurigaiku mendorong nenek, kalau bukan mamanya membawa kabur Bella, kalau bukan karena dia mengucapkan dua kata yang tak berperasaan itu, apakah aku akan kabur ke luar negeri?
"Jonathan, bukankah kamu merasa semua kesalahan ada pada diriku seorang, bukankah kamu merasa menjadi seorang papa sekaligus mama itu sesuatu yang sangat berat?" Aku bertanya tajam.
"Iya, karena kamu tidak berperasaan." Jawab Jonathan, nafasnya menerpa wajahku.
"Iya, aku tidak berperasaan, aku pernah bercerai, menjadi seorang model, seorang wanita yang keluarganya tidak bisa dipertimbangkan, wanita seperti ini memang sangat buruk, kamu pasti sangat berbahagia karena sekarang ini aku sudah bukan lagi istri seorang Jonathan." Aku mencibir dengan penuh kebencian.
"Siapa bilang kamu bukan istriku?" Jonathan mengerutkan alis dan bertanya.
Aku menatapnya terkejut, bibirku bergetar ketika aku bertanya: "Kamu bilang apa?"
"Kamu kira bercerai itu mudah, tanda tangan lalu membawanya ke kantor begitu saja sudah bercerai, kamu lupa bagaimana kamu bisa bercerai dengan si Ardy?" Jonathan mengingatkan dengan dingin, benakku terasa disiram air dingin.
Ketika aku dan Ardy bercerai, harus tanda tangan dulu, kemudian harus pergi ke kantor urusan sipil, baru bisa mengambil surat perceraian.
Saat perceraian kali ini, karena terlalu sakit hati, aku hanya menandatangani surat, dan tidak pergi ke kantor urusan sipil, jadi...... aku masih istri Jonathan?
Aku menatapnya tidak percaya, jadi barusan di ranjang, itu juga termasuk hubungan suami istri yang sah?
"Jonathan, kenapa kamu tidak bilang dari awal?" Aku sangat terkejut hingga merasakan kepalaku berdenyut.
"Bukankah kamu sangat pintar?" Setelah bicara, Jonathan berbalik badan dan membuka pintu kamar, langkahnya terhenti di ambang pintu, dia menengok ke arahku, "Bella membutuhkan seorang ibu yang kompeten."
Aku menatap lesu ke arah Jonathan, maksudnya aku tidak pantas menjadi mama Bella?
Pintu kamar ditutup keras-keras, kedua kakiku kehilangan kekuatan dan aku pun jatuh terduduk di atas karpet, aku termenung dalam diam, tanpa status bercerai, aku benar-benar seorang wanita yang mengabaikan suami dan juga anakku.
Tiga tahun ini, aku menyalahkan Jonathan, menyalahkan banyak orang, tapi tidak pernah menyalahkan diriku sendiri.
Tidak tahu apakah aku masih sanggup untuk memperbaiki semuanya itu? Apakah Bella akan bisa menerimaku seorang mama yang jahat ini?
Aku tidak berani berharap lagi.
Setelah aku keluar dari hotel, aku memanggil sebuah taksi untuk kembali ke apartemen, begitu aku masuk, aku melihat Sean yang baru saja keluar dari kamar Amanda, aku melihatnya bertelanjang dada, dia menatapku dengan santai dan tersenyum.
"Dengar-dengar ibumu sudah keluar dari rumah sakit, masih perlu kah kamu bermalam di luar?" Sean bertanya menyindirku.
"Kenapa kamu ada di sini?" Menyadari aku bertanya terlalu banyak, aku menertawakan diriku sendiri dan berkata: "Sean, Amanda seorang gadis baik-baik, aku harap kamu tidak hanya main-main saja dengannya."
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaCinta Tak Biasa
SusantiBeautiful Lady
ElsaThe Gravity between Us
Vella PinkyVillain's Giving Up
Axe AshciellyGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)