Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 220 Jangan Bercanda Lagi

"Kamu sudah datang?" suara Frederik Ouyang sangat lelah. Dia tersenyum kecil, wajahnya penuh dengan kerutan. Dia menunjuk kursi di samping ranjang dan menyuruhku duduk.

Aku duduk dalam pandangan matanya, menatapnya dengan perasaan sangat berat dan berkata, "Aku sudah akan menikah dengan Jonathan. Pesta pernikahan diselenggarakan Hotel Imperial."

Selesai berkata, Frederik Ouyang tertawa pahit, "Aku seperti ini tidak cocok menghadiri pesta pernikahan. Apalagi Jonathan tidak menyambutku, tapi aku mengucapkan selamat pada kamu dan Jonathan."

"Terima kasih." aku menjawab dengan formal. Jujur saja, aku ingin memanggil pria kasihan ini ayah, tapi pangggilan akrab itu tercekat di tenggorokan, tidak bisa keluar.

"Waktu itu Thia pernah kembali. Katanya kamu membantunya mendapatkan ulang Justin. Aku sangat berterima kasih." perkataan Frederik Ouyang terlalu formal, sama sekali menganggap aku sebagai orang luar.

Aku menjilat bibir dengan canggung, "Sudah seharusnya. Dia adalah kakak iparku. Tidak bisa melihatnya ditindas oleh orang lain dan tidak mempedulikannya bukan."

"Kamu menganggapnya keluarga?" mata Frederik Ouyang menatapku dengan tidak percaya, "Nona Mo, aku dulu bersikap seperti itu padamu, kamu tidak menyalahkanku bukan?"

"Kalau karena perkataan beberapa orang menyakitiku, dan aku menyalahkan orang-orang itu, maka aku yakin separuh orang di dunia ini adalah musuhku." aku menjawab perkataan Frederik Ouyang dengan nada bicara bercanda.

Selesai berkata, Frederik Ouyang tertawa, "Nona Mo lumayan lucu juga."

"Benar, beginilah caraku mendapatkan Jonathan." aku tersenyum datar.

"Bagus sekali." Frederik Ouyang berkata sambil merenung, "Sebenarnya hidup harus seperti ini. Senang, satu hari berlalu, ada masalah, satu hari juga berlalu."

Mendengar pertanyaan itu, aku terdiam. Melihat wajahnya yang pucat, perasaanku bercampur aduk. Dia pasti tidak menyangka, ketika tua, dia akan menjadi seperti ini bukan?

Aku mengundang Frederik Ouyang menghadiri pernikahanku. Meskipun dia berkata tidak efisien datang, tapi aku tahu dalam lubuk hatinya, dia berharap ada orang yang bisa mengharapkan dia datang.

Aku mengajaknya, mengundangnya dengan sangat tulus. Ketika aku melihat matanya berkaca-kaca, perasaanku juga ikut sedih.

Setelah aku pulang ke rumah, benakku penuh dengan kondisi menyedihkan Frederik Ouyang yang sudah tua. Jonathan pulang, menemukanku di balkon rumah, lalu memelukku.

Wajahnya menempel di wajahku dan bertanya ringan, "Sedang memikirkan apa?"

"Hari ini aku melihat Frederik." setelah aku berkata, Jonathan segera menarik tangannya dan bertanya dingin, "Kenapa kamu mencarinya?"

"Dia benar-benar sangat kasihan. Aku mengundangnya menghadiri pernikahan kita." aku berkata sambil mengerutkan dahi. Jelas sekali merasakan ketidaksenangan di wajah Jonathan, jadi segera menjelaskan, "Jonathan, meskipun dia dulu melakukan terlalu banyak kesalahan. Tapi dia sudah menerima balasannya sendiri. Istrinya pergi dengan orang lain. Putranya masuk penjara. Sekarang dia di rumah tidak memiliki sandaran. Yang seharusnya dia terima sudah dia terima ..." sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Jonathan sudah memelototiku dengan marah.

"Lalu?" suaranya sangat berat, dan nada bicaranya mengandung rasa menyalahkan, "Sekarang kamu sedang memberitahuku kalau dia akan menghadiri pernikahan kita, atau mendiskusikan denganku mau membiarkan dia datang atau tidak?"

Ditanya begitu oleh Jonathan, aku seketika kehabisan kata-kata. Aku memang melakukan dulu tanpa bertanya.

"Maaf." ucapku.

Jonathan juga terdiam. Dia menatap malam gelap sambil berpikir. Lama kemudian baru berkata, "Karena dia mau datang, biarkan saja dia datang."

Selesai berkata, dia membalikkan badan dan berjalan masuk ke dalam kamar.

Perkataannya tadi membuat aku tersentak. Lama kemudian aku baru tersadar. Aku segera masuk ke dalam kamar. Sambil menatap Jonathan yang melepaskan baju, aku bertanya dengan terkejut, "Jonathan, yang tadi kamu katakan beneran?"

"Apa yang tadi aku katakan?" Jonathan pura-pura bingung menatapku.

"Yang jelas aku mengerti saja." aku tersenyum senang, berjalan mendekat padanya, lalu memberikan kecupan di pipinya dan memuji, "Suamiku kenapa begitu tampan!"

"Puji lagi, puji lagi." alis Jonathan naik. Aku segera menemukan kata ** di dalam matanya. Seketika dia berjalan mundur dua langkah. Baru saja mau berbalik dan kabur, aku ditangkap kembali oleh Jonathan.

"Lepaskan aku." aku sangat takut geli. Saat tangannya menyentuhku, aku ingin tertawa. Dulu tidak seperti ini, akhir-akhir ini berubah menjadi begitu sensitif.

"Sudah membuat masalah sebesar ini, hanya berkata dua kalimat saja sudah ingin mendapat pengampunan dariku. Christine, siapa yang memberikan keberanian padamu." Jonathan melingkarkan tangan di pinggangku, dengan mudah menggendongku, lalu melemparkanku ke atas ranjang.

Aku tahu dia tidak begitu mudah melupakan amarah dan seketika menelan air liur, berpura-pura menatapnya dengan ketakutan dan berkata, "Apa yang ingin kamu lakukan. Jangan sembarangan ya. Aku beritahu, aku tidak ada uang. Tapi kalau seks bisa diberikan kapan pun."

Selesai berkata, Jonathan dibuat tertawa pasrah, "Christine, kamu ... terlalu mesum."

Terlalu mesum? Aku mengerjap-ngerjapkan mata. Memangnya iya? Apa yang tadi aku katakan.

Jonathan menimpa tubuhku. Tanganku menahan dadanya, dan menatapnya sambil berkata dengan suara bergetar, "Kamu belum mandi nih!"

"Kamu sudah mandi?" Jonathan balik menatapku. Wajahnya yang tampan, juga matanya yang kelihatan dalam, seketika membuatku terpesona.

Aku menggelengkan kepala, "Belum!"

"Ayo bareng-bareng." begitu Jonathan selesai berkata, aku seketika menggelengkan kepala dan menolak, "Tidak bisa."

"Apa yang kamu takutkan. Tempat mana di tubuhmu yang aku tidak kenali." selesai berkata, dia langsung menggendongku dari atas ranjang. Wajahku merona, lalu masuk ke dalam pelukannya.

Begitu pintu kamar mandi tertutup, seketika ada keributan di dalam.

Pernikahan kami berlangsung sesuai jadwal. Pagi hari Keluarga Yi sibuk, aku pagi-pagi sudah didandani oleh juru rias yang dikenalkan oleh Refaldy Ying.

Yuna Mai menjadi pengiring pengantinku. Hari ini dia tidak mengenakan kacamatanya. Setelah berdandan, dia muncul di hadapanku dan Refaldy Ying dengan tampilang berubah total.

Aku bisa melihat mata Refaldy Ying bersinar tidak biasa. Itu adalah perasaan jatuh cinta.

Aku menepuk pelan bahunya dan mengejek, "Jangan lihat lagi. Kalau melihat lagi, langsung nikahi saja."

Ejekanku bersamaan membuat Refaldy Ying malu, juga membuat Yuna Mai merona. Yuna Mai berkata dengan malu, "Kakak Mo, jangan menertawakanku lagi."

"Aku tidak bercanda. Aku selalu sangat serius. Kalau pria dan wanita ingin memastikan hubungan, sangat mudah. Cari kamar, melepas baju lalu tidur. Setelah nasi sudah menjadi bubur, semuanya terasa mudah." setelah selesai berkata, mata Refaldy Ying melotot dengan tidak percaya.

"Christine, kamu begitu mesum, apakah CEO Yi tahu?"

"Kak Christine, kamu di mataku adalah wanita yang sangat cantik seperti artis, tapi perkataanmu tadi ..." wajah Yuna Mai sangat merah seperti apel.

"Yang aku katakan adalah kebenaran. Kalau suka lebih baik langsung bergerak." ejekanku naik level, dan melihat mereka sebentar. Setelah itu aku segera tertawa, "Sudahlah, tidak bercanda lagi. Kalau lanjut lagi, aku rasa kalian akan masuk dalam lubang yang aku gali.

Saat ini, anak-anakku juga mengenakan gaun yang lucu. Mereka berjalan dengan mahkota di kepala mereka, aku berjongkok dengan gaun pengantingku, baru menyadari gaun ini terlalu berlebihan, sampai sama sekali tidak bisa memeluk anakku.

Refaldy Ying dan Yuna Mai mendekat, satu orang menggendong satu.

Yuna Mai mencium ringan wajah Bernice yang bulat dan berkata, "Lucu sekali. Aku suka."

Aku sekalian berkata, "Kalau suka, lahirkan saja sendiri."

Yuna Mai melihat ke arahku sebentar, melihat ke arah Refaldy Ying lalu segera merona, "Kakak Mo, kalau kamu bercanda lagi, aku marah ya."

Aku menatap lurus Yuna Mai dan bertanya, "Coba kamu marah padku. Aku ingin lihat bagaimana bentuknya saat orang yang sabar marah."

"Aku .... tidak mau meladenimu lagi." Yuna Mai sudah malu sampai tidak tahu harus berkata apa lagi, "Aku gendong anakmu pergi, biar kamu kesal." selesai berkata, dia menggendong Bernice keluar.

Bella melihatku, lalu melihat ke Refaldy Ying lagi. Dia memeluk Refaldy Ying erat-erat dan berkata, "Paman Ying adalah milikku. Aku tidak mengizinkan siapapun merebutnya pergi dariku."

Aku benar-benar dibuat kesal oleh perkataan Bella. Anak-anak sekarang, baru sebesar ini sudah mulai membicarakan cinta. Memangnya karena pewarisan gen milikku dan Jonathan.

Refaldy Ying malah tidak keberatan. Dia menggendong Bella dengan penuh kasih dan berkata kecil, "Paman Ying mengajakmu pergi makan yang enak. Kita tinggalkan ibumu seorang diri, lihat apakah kedepannya dia masih berani mengejek orang atau tidak."

Selesai berkata, Refaldy Ying membawa Bella keluar.

Seketika ruangan hening. Aku menutup mata, bersiap untuk beristirahat sebentar. Takut pagi hari terlalu sibuk, lalu malam hari terlalu heboh, takutnya tubuh tidak akan tahan.

Ketika aku sedang bersiap menutup mata, pintu terketuk.

Aku terbangun, menatap pintu, seketika bangun dengan terkejut dan memanggil, "Kakak ipar ...."

Kakak ipar memandangku dengan sedih lalu tertawa canggung, "Jarang-jarang kamu memanggilku kakak ipar."

"Kamu pergi kemana. Aku mencarimu di rumah orang tua, tapi kamu hilang seperti udara." disaat aku mengatakan hal itu, bersamaan aku juga melihat kesenangan di mata kakak ipar.

Dia tersenyum kecil dan berkata, "Aku melihat berita pernikahanmu. Aku tahu kalau aku pas malam pergi ke Hotel Imperial, kalau tidak ada undangan, pasti tidak boleh masuk, jadi aku datang saja ke rumah Keluarga Yi."

"Kamu adalah keluargaku. Apapun kejadian besar di hidupku, aku menyambut kehadiranmu." aku menghampirinya dan menggenggam tangannya.

"Jangan menangis. Nanti kalau make-upnya luntur, jadi tidak cantik lagi." kakak ipar mengingatkan.

Aku mati-matian menahan air mataku. Suasana hatiku lama kemudian baru tenang, "Kakak ipar, tidak peduli kamu dan kakakku kedepannya bagaimana, aku harus ingat, kita adalah keluarga. Kalau mau pergi jauh, ingat kabari aku."

"Christine ..." ketika kakak ipar mendengar perkataanku, air matanya mengalir turun. Dia menganggukan kepala dan menjawab "baik".

Aku menarik kakak ipar duduk di seberangku. Aku membiarkan dia mengatakan dengan jujur dalam jangka waktu ini dia pergi kemana. Tapi baru berkata setengah, kemunculan Christopher Mo yang tiba-tiba membuat kami diam.

Kakak ipar berdiri dengan canggung, dan matanya tidak tahu harus menatap ke mana.

Christopher Mo juga tidak tahu harus berbuat apa. Karena sebagai pria, dia buka mulut duluan, "Andrea, lama tidak jumpa."

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu