Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku

Refaldy mengapa bisa ada disini? Benar-benar apa yang ditakutkan malah itu yang terjadi. Datang untuk menghadiri acara persahabatan seperti ini paling takut bertemu dengan orang yang dikenal, tapi nasib selalu bercanda denganku.

Saat Refaldy melihatku, pandangan terkejutnya tidak kurang dari aku, perlahan dia jalan menuju ke arahku.

Julie tiba-tiba menarik lenganku, dengan sangat gembira berkata : “Christine, lihatlah, ada seorang cowok tampan datang ke arahku, sepertinya malam ini kesucianku tidak bisa dijaga lagi.”

Melihat Refaldy datang, masih belum membuka mulut, Julie sudah berdiri lebih dulu, mengulurkan tangan dan berkenalan : “Halo, namaku Julie, kamu?”

“Refaldy.” Setelah Refaldy mengenalkan diri sepintas, dia melihatku, dan bertanya : “Christine, kebetulan sekali?”

Aku menunduk, ingin menggali satu lubang dan terkubur di dalamnya. Keadaan sekarang ini, jika aku masih bungkam, bukankah akan tampak jelas begitu picik.

Apa boleh buat, aku memaksakan diri untuk berdiri, dengan senyum paksa, berkata : “Iya kebetulan sekali, mengapa kamu bisa ada di sini?”

“Diajak teman untuk ikut meramaikan.” Refaldy mengatakan yang sebenarnya.

“Aku juga.” jawabku segera.

“Christine, teman kamu?” Mata Julie menatap lekat pada Refaldy, tampak jelas dia telah terpikat oleh ketampanan Refaldy, di antara banyak cowok, tidak bisa disangkal, Refaldy sungguh lebih dari mereka.

Nyaris semua wanita di sekitar mempunyai ketertarikan pada Refaldy, hanya saja karena dia ada di samping kami, tidak ada yang mengerumuninya.

Teman yang mengajak Refaldy datang untuk meramaikan, agaknya akan sangat menyesal, menarik datang seorang yang luar biasa ini yang berarti telah membuat rendah nilai ketampanan dirinya sendiri.

Saat ini tuan rumah yang mengadakan acara sedang naik ke panggung, melihat itu tanpa bicara apa-apa Refaldy menarik aku meninggalkan clubhouse ini.

Sampai di luar, Refaldy melepaskan tanganku, dan mengejek : “Barusan melihatmu tadi, aku pikir seseorang yang mirip denganmu, diam-diam aku senang dalam hati.”

Aku merapatkan bibir, dengan senyum dangkal, “Bagaimana lagi, aku diajak oleh rekan kerjaku.”

“Rekan kerja?” Refaldy mengernyitkan dahi, “Kamu sudah bekerja?”

“Aku bekerja di perusahaan Jonathan, rekan kerja yang di dalam tidak mengetahui identitasku, kalau tidak dia tidak akan mengajakku datang.” Kataku tenang, dan segera berpesan padanya : “Kamu tidak boleh membocorkan ini, aku hanya ingin bekerja dengan tenang, mempunyai grup pertemanan, bisa menjalani hidup yang lebih berarti.”

“Apakah CEO Yi tahu kamu ikut acara ini?” Tanya Refaldy ingin tahu, melihat ekspresi wajahku yang berubah perlahan, dia bisa dengan cepat menebak, “Sudah kuduga kamu menyembunyikan ini darinya.”

Tanpa daya aku tersenyum tawar, dan mengikuti Refaldy berjalan di sekitar clubhouse ini.

Cuaca bulan dua belas di kota F ada sedikit dingin, hiasan pernak-pernik natal sudah mulai menghias di sekeliling, Refaldy teringat kembali hari-harinya di luar negeri, dan mengeluh : “Waktu lewat begitu cepat.”

Aku mengerling ke arahnya, berkata : “Tidak perlu menemaniku, kamu masih sendiri, cepatlah masuk dan coba cari gadis yang cocok denganmu, barusan tadi para gadis melihatmu dengan mata yang bersinar.”

“Apakah kamu juga bersinar?” Mendadak Refaldy balik bertanya hingga membuatku sedikit bingung.

Aku terdiam dan menghentikan langkah lalu menatapnya, dengan ikhlas dan sungguh-sungguh berkata : “Kilauan sinar di mataku selamanya hanya untuk satu orang, aku pikir walau aku tidak mengatakannya, mestinya kamu sudah tahu.”

“Anggap saja aku tidak pernah bertanya.” Dengan bosan Refaldy membalikkan wajahnya, melihat ke depan, “Sudah lumayan malam, kamu pulang saja dulu.”

Baru saja Refaldy berkata, ponselku berdering, telepon dari Jonathan.

Aku memberi isyarat agar Refaldy tidak bicara, baru menekan terima panggilan, dengan suara ringan menyapa "hallo”.

“Lagi di mana?” Terdengar suara Jonathan dari seberang yang sedikit buru-buru.

“Makan di luar sama teman, sebentar lagi pulang.” jawabku.

“Benar cuma makan saja?” tanya Jonathan curiga.

Aku panik, mengapa terasa sepertinya Jonathan mengetahui aku ke acara persahabatan ini, karenanya aku mengujinya : “Kalau tidak, kamu pikir aku akan pergi kemana?”

“Pergi kemana, hati kamu yang paling jelas.” Api kemarahan yang terdengar dari nada bicara Jonathan seakan bisa menyembur keluar dari ponsel.

Diam-diam aku menelan ludah, tidak tahu apa harus berterus terang padanya, lalu dengan suara pelan berkata : “Aku segera pulang, segera.”

“Benarkah?” Sindir Jonathan, “Sepertinya kalau kamu berbalik akan lebih cepat.”

Berbalik? Aku tidak mengerti apa maksudnya berbalik, tiba-tiba otakku bekerja, dan dengan cepat berbalik, lalu mendapati Jonathan menatapku dengan tajam.

Ponselnya masih tetap di telinga, “Baru kerja beberapa hari, sudah mulai berbohong tanpa ada persiapan dan tanpa rasa bersalah.”

Aku menurunkan ponsel dari telinga, berdiri di tempat sambil termangu. Mengapa Jonathan bisa ke sini, bagaimana bisa tahu aku mengikuti acara persahabatan ini, apakah dia meletakkan sesuatu di badanku untuk mengetahui posisiku.

Mestinya dia tidak akan sampai seperti itu kan, melihatnya perlahan jalan ke arahku, dan melototkan matanya pada Refaldy : “Mengapa sampai di manapun ada kamu?”

“Kebetulan.” Jawab Refaldy, “Sepertinya Christine ada dimana, disitu juga kelihatan CEO Yi.”

“Dia adalah wanita aku, dia ada di mana, aku juga di situ apa yang aneh dari hal itu.” Selesai bicara, tangan besar Jonathan menarik dan merangkul aku dalam pelukannya, sepertinya menunjukkan dia lebih berhak seutuhnya atas diriku..

“Aku ngerti.” Refaldy tersenyum canggung, “Christine, segeralah pulang bersama CEO Yi!”

Aku mengangguk, Jonathan tidak memberi sedikit pun muka pada Refaldy, langsung menggandengku dan berlalu pergi.

Aku tahu Jonathan sedang marah, otot tangannya sangat kencang. Barusan tadi mendadak muncul di belakangku, aku melihat kernyitan dalam di dahinya, manik mata yang teduh mengeluarkan api kemarahan dari dalam, juga bersikap kasar pada Refaldy, dan aku tahu aku sudah tamat.

“Kamu marah?” tanyaku sambil berlari kecil mengikuti langkah Jonathan. Dia berjalan cepat sekali, aku memakai high heels jadi sedikit berat untuk mengikuti langkahnya.

Jonathan tidak menggubris pertanyaanku, langsung memasukkan aku ke dalam mobilnya, “Berikan kunci mobil padaku.”

Dengan tertegun aku mengeluarkan kunci dan memberikan padanya, hanya melihat dia meminta sopir untuk keluar, dan memberikan kunci pada sopir, berkata : “Bawa pulang mobil nyonya ke rumah keluarga Yi.”

Setelah itu, dia sendiri duduk di balik kemudi, dengan elegan menjalankan dan memundurkan mobil, dan berlalu pergi.

Sepanjang jalan, Jonathan tetap diam, dia konsentrasi mengendarai mobil, matanya selalu melihat ke depan, tangannya yang panjang ada di atas setir, dan tidak peduli padaku.

“Kamu ingin marah, marah saja. Aku tahu aku salah telah mengikuti acara tersebut, aku sudah menyiapkan diri untuk dimarahin sama kamu.” Aku menunduk, sebagai ibu dari dua orang anak, aku malah ikut anak muda mudi yang belum menikah untuk mengikuti acara persahabatan, meskipun terpaksa, tapi pantas untuk mendapat hukuman.

“Sikap mengaku salahnya bagus.” Jonathan mengerling ke arahku, berkata : “Angkat kepalanya, biar aku lihat sudah seberapa tingkat ketebalan kulit mukamu?”

“Ketebalan?” Aku tidak mengerti sambil mengangkat kepala dan menyambut pandangan mata Jonathan.

“Sekarang berbohong wajah sudah tidak merah lagi, berjalan bersama pria lain masih berani bilang lagi makan.” Sindir Jonathan dengan sinar mata yang tajam melotot padaku.

“Mohon tuan hukumlah aku, jangan menyindir dengan pedas dan tajam, hatiku sangat sakit.” Aku kecewa dengan bibir berkerut, aku tidak melakukan hal di luar batas, selalu sesuai batasan, tapi ada satu hal yang aku tidak mengerti, bagaimana Jonathan bisa tahu aku mengikuti acara persahabatan itu.

Pertanyaan ini selalu mengganjal di pikiranku, tidak ditanya akan terasa menjadi beban.

“Bagaimana kamu bisa tahu aku mengikuti acara itu?” Akhirnya aku bertanya juga.

“Manajer Li yang beri tahu aku.” Tanpa peduli Jonathan berkata, “Jangan tanya manajer Li tahu dari mana, perbuatanmu malam ini sudah melewati batas dari aku.”

Di dunia ini tidak ada dinding yang kedap udara, aku bisa menebak siapa yang memberi tahu manajer Li, sepertinya dari mulut ke mulut.

Sekonyong-konyong aku merasa kehidupanku gelap setengah, tidak ada kenikmatan dalam hidup.

Jonathan tidak langsung pulang ke rumah, tapi membawa mobil menuju pesisir sungai di kota F, lalu membuka pintu dan keluar dari mobil.

Aku tidak mengerti dan tetap duduk di dalam mobil, melihat Jonathan berjalan menuju pagar pesisir sungai, sangat tidak biasa, cuma melihat dia tiba-tiba memanjat pagar tersebut, sepertinya akan melompat ke bawah.

Aku bergegas membuka pintu mobil dan menyusul ke arahnya, dengan cemas berteriak : “Jonathan, apa yang kamu lakukan?”

Hanya melihatnya menoleh, sepertinya badannya tidak berdiri dengan stabil, aku ketakutan hingga jantung serasa mau copot, setelah terhuyung-huyung dia sudah berdiri lagi dengan mantap.

Aku melangkah maju, melihatnya sudah aman, seketika menjadi lega, dan berkata : “Apa kamu sudah gila, cepat turun, nanti tertiup angin masuk ke sungai.”

“Cari pelampiasan.” Kata Jonathan datar sambil melihatku, “Atau tidak, kamu juga ikut naik dan sama-sama melampiaskan yang ada dalam hati ini.”

“Kamu ada masalah apa yang ingin dilampiaskan, jika karena masalah aku yang mengikuti acara persahabatan, aku minta maaf padamu, kamu mau bagaimana baru tidak akan marah lagi?” Angin di sungai sedikit kencang, kata-kataku berpencar tertiup angin, namun Jonathan dengar dengan jelas.

Dia melompat turun dari atas pagar, berdiri di depanku, maju satu langkah dan tiba-tiba memeluk aku.

Aku dipeluk dengan wajah bingung, bahkan tidak tahu Jonathan sekarang marah atau ……

“Kelak jangan melakukan hal bodoh lagi, paham?” Tangan besarnya membelai rambut panjangku, aku dengan patuh mengganggukkan kepala, dan mendehem “Um”.

“Baiklah, masalah malam ini selesai.” Dia melepaskan pelukan, lalu berbalik dan berjalan menuju ke mobil.

Aku termangu-mangu melihat bayangan perawakan tingginya yang bergerak, Jonathan tanpa sebab dan alasan berhenti dan keluar dari mobil, sebenarnya apa yang dia lakukan?

Mengapa aku semakin tidak memahami dirinya?

“Mau pulang apa tidak?” Teriak Jonathan, aku tersadar dan lekas menyusulnya.

Waktu kerja di hari kedua, pertama Julie mencari tahu tentang Refaldy, juga bertanya apa hubunganku dengan Refaldy.

Aku berbohong kalau Refaldy adik dari pacarku, mendengar itu Julie segera membujuk dan mengedipkan matanya padaku, lalu berkata : “Christine, kelak jika ingin kopi, boleh panggil aku kapan saja.”

Aku sedikit geli melihat Julie, ekspresi wajah wanita ini berubah sangat cepat. Tidak hanya dengan serius mengajari aku hal-hal di departemen operasi, tapi menghormatiku layaknya kakak ipar.

Ketika Julie melaksanakan tugas ke luar kantor, Greyson datang mengejekku dan berkata : “Tulang Julie tidak gampang digerogoti, tidak di sangka dalam waktu yang singkat kamu bisa taklukkan dia.”

“Aku bukan seekor anjing.” Aku mengerling Greyson, “Aku pikir wajar saja kamu tidak memiliki pacar.”

Greyson menatapku tidak mengerti, bertanya : “Mengapa?”

“Karena kamu lebih suka bergosip dari wanita.” Selesai bicara, aku tertawa, Greyson benar-benar seperti wanita, banyak bicara, namun orang seperti ini tidak licik, hal apapun selalu dia ceritakan padaku dengan jujur.

“Christine, lidahmu sungguh beracun.” Greyson dengan sedih kembali ke meja kerjanya.

Lidahku beracun? Tidak merasa, aku cuma mengatakan yang sebenarnya.

Tepat saat kami lagi bekerja, seorang wanita bertubuh besar datang ke kantor, dengan suara keras dia berteriak : “Siapa yang bernama Julie Xu?”

Suara wanita ini sangat kencang, membuat semua rekan kerja mendongakkan kepala dan membicarakannya.

Aku berdiri dengan ragu, dan melangkah maju, bertanya : “Halo, ada hal apa mencari Julie?”

“Kamu Julie?” Mata wanita itu membesar dan bertanya dengan suara keras.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu