Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
Aku tidak ingin merahasiakannya dari Jonathan, maka aku menjawab jujur : “Justin.”
“Dia?” Jonathan menyunggingkan bibir dengan sinis, “Seorang yang dramatis, apakah dia sedangkan mempersiapkan drama baru lagi?”
“Jangan bilang dia dramatis terus, setidaknya dia itu artis, popularitasnya tinggi!” Aku mengingatkan Jonathan, terkadang ekspresi dia ketika meremehkan orang lain sungguh tidak bisa dideskripsikan.
“Dari dulu juga nada bicaraku seperti ini, terhadap orang yang tidak aku senangi dan sukai, kenapa harus disanjung?” Jonathan berbicara sambil berjalan ke sofa, serta mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu berkata : “Orang seperti itu lebih baik jangan sering diladeni, pria yang naik dengan cara menginjak orang lain, kepribadiannya tidak lebih baik dibandingkan apa pun.”
“Kenapa bilang begitu?” Aku tidak mengerti.
“Dunia hiburan itu seperti bak pewarnaan, kamu kira bisa terkenal ke seluruh dunia hanya dengan menyanyi beberapa lagu?” Jonathan tertawa dingin, menatapku dengan meremehkan, “Kalau tidak ada sandaran di belakang, kesempatan untuk memanjat pun tidak akan ada.”
Tentu saja aku mengerti perkataan Jonathan, karena aku juga pernah bergelut di dunia permodelan, menemani makan atau menemani di ranjang sebagainya itu sering ditemui, dan justru aku tidak sangat terkenal karena sifat aku yang keras kepala, lebih memilih tidak mendapatkan uang daripada harus menundukkan kepala, makanya dengan cepat aku memilih untuk menikah.
Aku tidak ingin berpersepsi terlalu buruk tentang Justin, karena dia pernah membantu menjadi bintang iklan aku dengan honor yang rendah, dia bahkan bisa mengorbankan semua uang simpanannya demi orang yang dicintai, tampak sekali adalah pria yang tulus.
Aku tidak tahu mengapa dia ingin menemui aku, apakah terjadi masalah yang gawat?
“Ngantuk, ini kalau otaknya dipakai berlebihan, takutnya akan gampang pikun saat tua nanti.” Jonathan menghela nafas dan bersiap tidur, melihat dia sudah mau tidur dengan rambut basah, aku langsung memanggilnya.
“Setiap kali selalu langsung tidur dengan rambut basah.” Aku menghentikannya dengan kesal, “Nanti kalau kamu pikun, jangan salahkan otakmu dipakai terlalu banyak, tapi salahkan otakmu yang kemasukan banyak air.”
Selesai berkata demikian, aku mengambil hairdryer dan membantu dia mengeringkannya sambil mengomel : “Sudah orang yang begitu besar, tidakkah kamu tahu tidak boleh tidur dengan rambut basah, nanti gampang sakit kepala.”
“Ibu ibu, sudah cukup mengomelnya?”Jonathan bergeser ingin bersandar malas di tubuhku.
“Coba panggil ibu ibu lagi kalau berani?” Aku langsung mematikan hairdryer dan mundur satu langkah, tidak membiarkannya bersandar, serta melototinya.
Jonathan diam saja, setelah menyisir rambutnya dengan tangan, dia langsung naik keranjang, menarik selimut dan bersiap tidur.
“Kenapa?” Melihat dia tumben-tumbennya tidur awal, juga memejamkan mata dengan lelah, aku pun memberikan perhatian, “Tidak enak badan?”
“Capek.” Setelah jawaban yang singkat, dia memejamkan mata tertidur.
Sebenarnya aku ingin menanyakan beberapa hal lagi ke Jonathan, aku yakin dia pasti tahu lebih banyak hal lagi tentang Justin, aku juga mau tanya bagaimana dengan soal saham Frederik sekarang?
Begitu banyak pertanyaan menyangkut di tenggorokan, aku pikir lebih baik diam saja, lagipula untuk urusan penting seperti itu biar Jonathan yang memutuskan saja.
Keesokan harinya aku bangun lebih awal dari Jonathan, lalu menyiapkan sarapan bersama Bibi Chang, mengenakan pakaian untuk Bella, membawanya ke sekolah, kemudian langsung berangkat kerja.
Setelah menjadi yang pertama sampai di kantor, aku merapikan berkas-berkas kemarin, lalu membersihkan tempat duduk aku, tidak lama kemudian, Jonathan mengirim wechat ke aku, bahwa arsip berkasnya sudah dikirim ke email aku.
Julie sesampainya di kantor langsung menanyakan berkas tersebut ke aku, saat aku mengirim ke dia, dia sempat curiga kalau itu bukan hasil kerjaan, tapi meskipun ada keraguan, dia juga tidak berani menanyakannya ke aku.
Aku tidak tahu kenapa Manager Bai menyuruh Julie yang mengajari aku, padahal aku sama sekali tidak punya topik yang sama dengannya, dia selalu memusuhi aku.
“Christine, aku mau segelas kopi, gulanya 30 persen saja.” Kata Julie dengan suara manja dari tempat duduknya, dia sama sekali bukan sedang meminta tolong, tapi langsung memerintah aku.
Aku datang untuk bekerja, bukan untuk menjadi asisten pribadi orang bermarga Xu itu.
Aku pura-pura tidak mendengar, dan lanjut melihat model baru untuk musim semi ini, ada beberapa pendapat yang sudah aku catat dan ingin memperlihatkannya ke Manager Bai. Tiba-tiba sebuah gulungan kertas terbang dan jatuh ke atas mejaku, aku menoleh dan melihat Julie meledak marah : “Woi yang bermarga Mo, telinga kamu tuli? Ini baru hari kedua kamu kerja, tapi sudah tidak menganggap aku sebagai senior.”
“Sebagai senior harus memberi teladan ke junior.” Aku menyambut tatapan Julie dengan tenang, wanita ini benar-benar menganggap aku orang baru yang gampang disiksa, “kalau kamu menyuruh aku mengerjakan pekerjaan kantor, aku tidak akan menolak.”
“Bagus sekali.” Julie tertawa sinis, ia memicingkan mata dan mengancam : “Lebih baik kamu ingat perkataanmu itu.”
Aku tidak tahu Julie akan menyiksa aku dengan cara apa, paling hanya menyuruh aku merapikan berkas yang aneh-aneh, aku sudah tidak peduli.
Saat sore, Julie mengetuk mejaku dengan keras, lalu berkata dengan dingin : “Aku bawa kamu melihat-lihat ke gudang di bawah, kalau hanya duduk di dalam kantor dan tidak ada praktek sedikit pun, bagaimana bisa memberikan prestasi yang bagus.”
Setelah itu dia membalikkan badan dengan lagak dan berjalan di depanku.
Segitu baik hatinya dia akan mengajari aku? Aku menatap badan ramping yang berjalan di depan ini dengan curiga, dia turun ke lantai satu, lalu turun satu lantai lagi dari pintu darurat, saat akan sampai di samping tempat parkir, ternyata ada sebuah pintu besi di sana.
Dia membukanya dengan kunci dan berjalan masuk, dalam gudang yang besar sekali itu tersimpan busana di setiap musim, produk baru atau pun model lama ada semuanya.
Julie menunjuk rak yang di belakang dan berkata : “Kamu ambil 6 produk keluaran terbaru yang di sana, itu diperlukan di rapat nanti sore.
“Baik.” Jawabku, belum sampai di rak sana, terdengar bunyi “brakkk”, pintu besi gudang tertutup rapat.
Aku terkejut, sekejap aku berlari dan berusaha menarik, tapi sudah dikunci dari luar oleh Julie, sama sekali tidak bisa dibuka.
Wanita jahat ini, hanya karena aku orang baru dan tidak mau membuatkan kopi untuknya, jadi dia ingin membalas dendam, mentang-mentang dirinya adalah wanita Manager Bai, langsung berani terang-terangan melakukan perbuatan licik seperti ini.
PT.Weiss adalah perusahaan besar, setiap karyawan yang direkrut adalah hasil penyeleksian yang ketat, aku tidak menyangka perusahaan yang begitu besar, ternyata bisa punya karyawan seperti dia.
Aku memukul-mukul pintu dan berteriak : “Woi yang bermarga Xu, cepat buka pintu, kalau tidak, kamu akan tahu rasa nanti.”
Di luar hening sekali, aku bahkan tidak tahu apakah Julie sudah pergi atau belum. Aku menatap pencahayaan gudang yang gelap sekali, mendadak merasa sangat mencekam.
Aku mengeluarkan ponsel dengan panik dan menelepon ke ponsel Jonathan, tapi tidak diangkat terus, dia pernah bilang, kalau ponselnya tidak diangkat, berarti telepon ke nomor kantor, tapi aku tidak tahu nomor kantornya.
Aku tahu aku hanya bisa menunggu, menunggu Jonathan melihat panggilan tak terjawab dan menelepon balik ke aku.
Aku tidak tahu berapa lama diriku berada di dalam gudang itu, di tempat yang begitu mencekam dan gelap gulita, setiap detik yang dilalui terasa menderita sekali.
Akhirnya Jonathan menelepon, dia bertanya dengan senang : “Merindukan aku?”
Aku menggigit bibir, dan menjawab dengan menderita : “Aku dikurung di gudang bawah tanah sini.”
“Apa?” Jelas sekali Jonathan terkejut dengan perkataan aku, dia sama sekali tidak percaya.
Aku tidak bertenaga untuk menjelaskan semuanya, ketika pintu gudang terbuka, aku melihat sosok Jonathan yang gagah di tatapanku, seketika merasa ingin menangis.
Yang datang bersama Jonathan ada seorang pria lagi, aku tebak dia pasti Manager Li, di seluruh perusahaan hanya dia yang tahu identitas aku!
Jonathan memapah aku ke tepi, mendudukkan aku di anak tangga, lalu berjongkok dan mengelus wajahku, dan bertanya : “Siapa yang mengunci kamu di gudang?”
“Kenapa, kamu mau memecat orang itu?” Aku agak haus, dengan refleks aku menelan ludah, “Jangan pecat orang yang mengunci aku, karena aku sudah ketemu cara untuk menghadapinya, kalau tidak memberinya pelajaran, lain kali dia juga akan menyiksa orang seperti ini lagi kepada orang baru.”
“Kamu ada cara apa?” Jonathan menatapku curiga.
“Antar aku ke rumah sakit.” Jawaban aku membuat Jonathan dan Manager Li agak tercengang.
“Kamu baru dikunci sebentar, sudah harus ke rumah sakit?” Jonathan agak tidak mengerti.
“Tentu saja harus, aku juga mau kamu menyuruh seseorang ke divisi pengoperasian untuk memberitahu bahwa aku masuk rumah sakit, kalau bisa karanglah cerita yang agak parah, bilang kalau sekali menyadarkan diri aku akan melapor polisi.” Mataku dengan tajam menatap ke depan, kalalu memang Julie ingin bermain, maka main yang lebih serius, melakukan siasat senjata makan tuan.
“Pintar sekali.” Manager Li memuji di samping.
“Christine, kamu......” Jonathan ingin mengatakan sesuatu namun berhenti, “Untung kamu bukan seorang pria.”
Kemudian dia menyuruh Manager Li mengantar aku ke rumah sakit, setelah melakukan pemeriksaan sederhana di rumah sakit, aku bilang kepalaku tetap pusing, sehingga meminta rumah sakit memberikan surat rawat inap.
Aku tidak tahu apa yang diatur Manager Li setelah kembali ke kantor, malamnya Manager Bai datang menjenguk aku dengan satu keranjang buah yang cantik, setelah pintu kamar inap terbuka, dia bertanya dengan prihatin “Christine,tidak apa-apa bukan?”
Aku menggeleng, lalu berkata dengan pura-pura lemas : “Lumayan baik, untungnya masih bisa bernafas.”
“Bagaimana bisa terjadi hal seperti ini, siapa yang mengunci kamu di gudang?” Jelas sekali Manager Bai datang untuk mencari tahu, aku yakin Julie pasti mengira dirinya membuat kesalahan besar, jadi menyuruh Manager Bai datang untuk melihat seberapa parahnya aku.
“Hari ini aku hampir kehilangan nyawa.” Aku mendekap dadaku sendiri dan batuk sejenak, dengan ekspresi seolah sangat menderita, “Manager, menurut kamu, apakah aku tampak menyebalkan, sehingga dibenci oleh orang?”
“Tidak ada hal seperti itu, siapa yang mengunci kamu di gudang, beritahu aku, aku akan memberikan sanksi berat setelah kembali nanti.” Dalam hati Manager Bai mulai panik, jelas sekali dia sangat takut aku menyebutkan nama itu, tapi malah tetap berpura-pura kalau dirinya sangat menegakkan keadilan.
Aku tertawa seolah tidak ada yang terjadi, “Sudahlah, sesama teman kantor, aku tidak ingin terlalu mempermalukannya, aku takut kalau melapor polisi, mungkin akan menghancurkan seumur hidupnya, setiap orang itu tidak gampang, benar bukan!”
“Benar.” Jawab Manager Bai, namun ia juga langsung menggeleng, “Tidak benar, yang seharusnya dihukum tetap harus dihukum.”
Aku tertawa kecil, “Aku yakin dia bukan sengaja, kalau disengaja dan kalau hari ini aku mati, berarti dia sudah melakukan pembunuhan, ini kalau yang kasusnya parah, mungkin akan dihukum penjara 10 tahun ke atas, masa muda yang sedang baik-baiknya akan hilang begitu saja.”
Manager Bai terdiam oleh perkataan aku.
“Manager?” Aku memanggil Manager Bai yang termenung, tampak dia tercengang dan menjawab : “Kenapa?”
Novel Terkait
Mr Huo’s Sweetpie
EllyaLove In Sunset
ElinaCEO Daddy
TantoPernikahan Kontrak
JennyTen Years
VivianPenyucian Pernikahan
Glen ValoraMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)