Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan

Aku tidak ingin merahasiakannya dari Jonathan, maka aku menjawab jujur : “Justin.”

“Dia?” Jonathan menyunggingkan bibir dengan sinis, “Seorang yang dramatis, apakah dia sedangkan mempersiapkan drama baru lagi?”

“Jangan bilang dia dramatis terus, setidaknya dia itu artis, popularitasnya tinggi!” Aku mengingatkan Jonathan, terkadang ekspresi dia ketika meremehkan orang lain sungguh tidak bisa dideskripsikan.

“Dari dulu juga nada bicaraku seperti ini, terhadap orang yang tidak aku senangi dan sukai, kenapa harus disanjung?” Jonathan berbicara sambil berjalan ke sofa, serta mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu berkata : “Orang seperti itu lebih baik jangan sering diladeni, pria yang naik dengan cara menginjak orang lain, kepribadiannya tidak lebih baik dibandingkan apa pun.”

“Kenapa bilang begitu?” Aku tidak mengerti.

“Dunia hiburan itu seperti bak pewarnaan, kamu kira bisa terkenal ke seluruh dunia hanya dengan menyanyi beberapa lagu?” Jonathan tertawa dingin, menatapku dengan meremehkan, “Kalau tidak ada sandaran di belakang, kesempatan untuk memanjat pun tidak akan ada.”

Tentu saja aku mengerti perkataan Jonathan, karena aku juga pernah bergelut di dunia permodelan, menemani makan atau menemani di ranjang sebagainya itu sering ditemui, dan justru aku tidak sangat terkenal karena sifat aku yang keras kepala, lebih memilih tidak mendapatkan uang daripada harus menundukkan kepala, makanya dengan cepat aku memilih untuk menikah.

Aku tidak ingin berpersepsi terlalu buruk tentang Justin, karena dia pernah membantu menjadi bintang iklan aku dengan honor yang rendah, dia bahkan bisa mengorbankan semua uang simpanannya demi orang yang dicintai, tampak sekali adalah pria yang tulus.

Aku tidak tahu mengapa dia ingin menemui aku, apakah terjadi masalah yang gawat?

“Ngantuk, ini kalau otaknya dipakai berlebihan, takutnya akan gampang pikun saat tua nanti.” Jonathan menghela nafas dan bersiap tidur, melihat dia sudah mau tidur dengan rambut basah, aku langsung memanggilnya.

“Setiap kali selalu langsung tidur dengan rambut basah.” Aku menghentikannya dengan kesal, “Nanti kalau kamu pikun, jangan salahkan otakmu dipakai terlalu banyak, tapi salahkan otakmu yang kemasukan banyak air.”

Selesai berkata demikian, aku mengambil hairdryer dan membantu dia mengeringkannya sambil mengomel : “Sudah orang yang begitu besar, tidakkah kamu tahu tidak boleh tidur dengan rambut basah, nanti gampang sakit kepala.”

“Ibu ibu, sudah cukup mengomelnya?”Jonathan bergeser ingin bersandar malas di tubuhku.

“Coba panggil ibu ibu lagi kalau berani?” Aku langsung mematikan hairdryer dan mundur satu langkah, tidak membiarkannya bersandar, serta melototinya.

Jonathan diam saja, setelah menyisir rambutnya dengan tangan, dia langsung naik keranjang, menarik selimut dan bersiap tidur.

“Kenapa?” Melihat dia tumben-tumbennya tidur awal, juga memejamkan mata dengan lelah, aku pun memberikan perhatian, “Tidak enak badan?”

“Capek.” Setelah jawaban yang singkat, dia memejamkan mata tertidur.

Sebenarnya aku ingin menanyakan beberapa hal lagi ke Jonathan, aku yakin dia pasti tahu lebih banyak hal lagi tentang Justin, aku juga mau tanya bagaimana dengan soal saham Frederik sekarang?

Begitu banyak pertanyaan menyangkut di tenggorokan, aku pikir lebih baik diam saja, lagipula untuk urusan penting seperti itu biar Jonathan yang memutuskan saja.

Keesokan harinya aku bangun lebih awal dari Jonathan, lalu menyiapkan sarapan bersama Bibi Chang, mengenakan pakaian untuk Bella, membawanya ke sekolah, kemudian langsung berangkat kerja.

Setelah menjadi yang pertama sampai di kantor, aku merapikan berkas-berkas kemarin, lalu membersihkan tempat duduk aku, tidak lama kemudian, Jonathan mengirim wechat ke aku, bahwa arsip berkasnya sudah dikirim ke email aku.

Julie sesampainya di kantor langsung menanyakan berkas tersebut ke aku, saat aku mengirim ke dia, dia sempat curiga kalau itu bukan hasil kerjaan, tapi meskipun ada keraguan, dia juga tidak berani menanyakannya ke aku.

Aku tidak tahu kenapa Manager Bai menyuruh Julie yang mengajari aku, padahal aku sama sekali tidak punya topik yang sama dengannya, dia selalu memusuhi aku.

“Christine, aku mau segelas kopi, gulanya 30 persen saja.” Kata Julie dengan suara manja dari tempat duduknya, dia sama sekali bukan sedang meminta tolong, tapi langsung memerintah aku.

Aku datang untuk bekerja, bukan untuk menjadi asisten pribadi orang bermarga Xu itu.

Aku pura-pura tidak mendengar, dan lanjut melihat model baru untuk musim semi ini, ada beberapa pendapat yang sudah aku catat dan ingin memperlihatkannya ke Manager Bai. Tiba-tiba sebuah gulungan kertas terbang dan jatuh ke atas mejaku, aku menoleh dan melihat Julie meledak marah : “Woi yang bermarga Mo, telinga kamu tuli? Ini baru hari kedua kamu kerja, tapi sudah tidak menganggap aku sebagai senior.”

“Sebagai senior harus memberi teladan ke junior.” Aku menyambut tatapan Julie dengan tenang, wanita ini benar-benar menganggap aku orang baru yang gampang disiksa, “kalau kamu menyuruh aku mengerjakan pekerjaan kantor, aku tidak akan menolak.”

“Bagus sekali.” Julie tertawa sinis, ia memicingkan mata dan mengancam : “Lebih baik kamu ingat perkataanmu itu.”

Aku tidak tahu Julie akan menyiksa aku dengan cara apa, paling hanya menyuruh aku merapikan berkas yang aneh-aneh, aku sudah tidak peduli.

Saat sore, Julie mengetuk mejaku dengan keras, lalu berkata dengan dingin : “Aku bawa kamu melihat-lihat ke gudang di bawah, kalau hanya duduk di dalam kantor dan tidak ada praktek sedikit pun, bagaimana bisa memberikan prestasi yang bagus.”

Setelah itu dia membalikkan badan dengan lagak dan berjalan di depanku.

Segitu baik hatinya dia akan mengajari aku? Aku menatap badan ramping yang berjalan di depan ini dengan curiga, dia turun ke lantai satu, lalu turun satu lantai lagi dari pintu darurat, saat akan sampai di samping tempat parkir, ternyata ada sebuah pintu besi di sana.

Dia membukanya dengan kunci dan berjalan masuk, dalam gudang yang besar sekali itu tersimpan busana di setiap musim, produk baru atau pun model lama ada semuanya.

Julie menunjuk rak yang di belakang dan berkata : “Kamu ambil 6 produk keluaran terbaru yang di sana, itu diperlukan di rapat nanti sore.

“Baik.” Jawabku, belum sampai di rak sana, terdengar bunyi “brakkk”, pintu besi gudang tertutup rapat.

Aku terkejut, sekejap aku berlari dan berusaha menarik, tapi sudah dikunci dari luar oleh Julie, sama sekali tidak bisa dibuka.

Wanita jahat ini, hanya karena aku orang baru dan tidak mau membuatkan kopi untuknya, jadi dia ingin membalas dendam, mentang-mentang dirinya adalah wanita Manager Bai, langsung berani terang-terangan melakukan perbuatan licik seperti ini.

PT.Weiss adalah perusahaan besar, setiap karyawan yang direkrut adalah hasil penyeleksian yang ketat, aku tidak menyangka perusahaan yang begitu besar, ternyata bisa punya karyawan seperti dia.

Aku memukul-mukul pintu dan berteriak : “Woi yang bermarga Xu, cepat buka pintu, kalau tidak, kamu akan tahu rasa nanti.”

Di luar hening sekali, aku bahkan tidak tahu apakah Julie sudah pergi atau belum. Aku menatap pencahayaan gudang yang gelap sekali, mendadak merasa sangat mencekam.

Aku mengeluarkan ponsel dengan panik dan menelepon ke ponsel Jonathan, tapi tidak diangkat terus, dia pernah bilang, kalau ponselnya tidak diangkat, berarti telepon ke nomor kantor, tapi aku tidak tahu nomor kantornya.

Aku tahu aku hanya bisa menunggu, menunggu Jonathan melihat panggilan tak terjawab dan menelepon balik ke aku.

Aku tidak tahu berapa lama diriku berada di dalam gudang itu, di tempat yang begitu mencekam dan gelap gulita, setiap detik yang dilalui terasa menderita sekali.

Akhirnya Jonathan menelepon, dia bertanya dengan senang : “Merindukan aku?”

Aku menggigit bibir, dan menjawab dengan menderita : “Aku dikurung di gudang bawah tanah sini.”

“Apa?” Jelas sekali Jonathan terkejut dengan perkataan aku, dia sama sekali tidak percaya.

Aku tidak bertenaga untuk menjelaskan semuanya, ketika pintu gudang terbuka, aku melihat sosok Jonathan yang gagah di tatapanku, seketika merasa ingin menangis.

Yang datang bersama Jonathan ada seorang pria lagi, aku tebak dia pasti Manager Li, di seluruh perusahaan hanya dia yang tahu identitas aku!

Jonathan memapah aku ke tepi, mendudukkan aku di anak tangga, lalu berjongkok dan mengelus wajahku, dan bertanya : “Siapa yang mengunci kamu di gudang?”

“Kenapa, kamu mau memecat orang itu?” Aku agak haus, dengan refleks aku menelan ludah, “Jangan pecat orang yang mengunci aku, karena aku sudah ketemu cara untuk menghadapinya, kalau tidak memberinya pelajaran, lain kali dia juga akan menyiksa orang seperti ini lagi kepada orang baru.”

“Kamu ada cara apa?” Jonathan menatapku curiga.

“Antar aku ke rumah sakit.” Jawaban aku membuat Jonathan dan Manager Li agak tercengang.

“Kamu baru dikunci sebentar, sudah harus ke rumah sakit?” Jonathan agak tidak mengerti.

“Tentu saja harus, aku juga mau kamu menyuruh seseorang ke divisi pengoperasian untuk memberitahu bahwa aku masuk rumah sakit, kalau bisa karanglah cerita yang agak parah, bilang kalau sekali menyadarkan diri aku akan melapor polisi.” Mataku dengan tajam menatap ke depan, kalalu memang Julie ingin bermain, maka main yang lebih serius, melakukan siasat senjata makan tuan.

“Pintar sekali.” Manager Li memuji di samping.

“Christine, kamu......” Jonathan ingin mengatakan sesuatu namun berhenti, “Untung kamu bukan seorang pria.”

Kemudian dia menyuruh Manager Li mengantar aku ke rumah sakit, setelah melakukan pemeriksaan sederhana di rumah sakit, aku bilang kepalaku tetap pusing, sehingga meminta rumah sakit memberikan surat rawat inap.

Aku tidak tahu apa yang diatur Manager Li setelah kembali ke kantor, malamnya Manager Bai datang menjenguk aku dengan satu keranjang buah yang cantik, setelah pintu kamar inap terbuka, dia bertanya dengan prihatin “Christine,tidak apa-apa bukan?”

Aku menggeleng, lalu berkata dengan pura-pura lemas : “Lumayan baik, untungnya masih bisa bernafas.”

“Bagaimana bisa terjadi hal seperti ini, siapa yang mengunci kamu di gudang?” Jelas sekali Manager Bai datang untuk mencari tahu, aku yakin Julie pasti mengira dirinya membuat kesalahan besar, jadi menyuruh Manager Bai datang untuk melihat seberapa parahnya aku.

“Hari ini aku hampir kehilangan nyawa.” Aku mendekap dadaku sendiri dan batuk sejenak, dengan ekspresi seolah sangat menderita, “Manager, menurut kamu, apakah aku tampak menyebalkan, sehingga dibenci oleh orang?”

“Tidak ada hal seperti itu, siapa yang mengunci kamu di gudang, beritahu aku, aku akan memberikan sanksi berat setelah kembali nanti.” Dalam hati Manager Bai mulai panik, jelas sekali dia sangat takut aku menyebutkan nama itu, tapi malah tetap berpura-pura kalau dirinya sangat menegakkan keadilan.

Aku tertawa seolah tidak ada yang terjadi, “Sudahlah, sesama teman kantor, aku tidak ingin terlalu mempermalukannya, aku takut kalau melapor polisi, mungkin akan menghancurkan seumur hidupnya, setiap orang itu tidak gampang, benar bukan!”

“Benar.” Jawab Manager Bai, namun ia juga langsung menggeleng, “Tidak benar, yang seharusnya dihukum tetap harus dihukum.”

Aku tertawa kecil, “Aku yakin dia bukan sengaja, kalau disengaja dan kalau hari ini aku mati, berarti dia sudah melakukan pembunuhan, ini kalau yang kasusnya parah, mungkin akan dihukum penjara 10 tahun ke atas, masa muda yang sedang baik-baiknya akan hilang begitu saja.”

Manager Bai terdiam oleh perkataan aku.

“Manager?” Aku memanggil Manager Bai yang termenung, tampak dia tercengang dan menjawab : “Kenapa?”

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu