Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
"Kamu cepat masuk, kalau ada sesuatu bicarakan pelan-pelan." Jonathan memapahku.
Mataku memandangnya dengan melas dan memohon: "Jonathan, minta mama mengembalikan anak itu, ya?"
'Iya." Jonathan mengiyakan dengan cepat, aku tahu dengan jelas bahwa dia sedang berusaha untuk menghiburku, dan berusaha untuk menenangkanku dulu, tapi aku juga dengan bodohnya mengikutinya.
Aku melewati hari dengan bahagia dan manis dengannya.
Jonathan mengulurkan tangan untuk menyambutku, aku menatap ke arahnya, membalas uluran tangannya. Saat kedua tangan kami bersentuhan, dia segera menarikku dan mendekapku dalam pelukannya erat-erat.
Aku berada di dalam pelukannya seperti seorang anak kecil, dan menangis tak henti. Mengeluarkan seluruh isi hati dan pikiranku selama beberapa hari terakhir ini.
Air mataku mengalir deras membasahi kemejanya, aku menelan ludah, dan berkata sambil menangis sesenggukan: "Jonathan, aku benar-benar tidak mendorong nenekmu."
"Aku tahu." Dia menjawab ringan.
"Kamu tahu lalu kenapa kamu melakukan ini kepadaku?" Aku menangis semakin keras, aku pun mendorongnya menjauh, dan menatap kedua matanya, lalu bertanya: "Sebenarnya demi apa?"
"Mama tidak percaya kepadamu, dia bersikeras menjebloskanmu ke dalam penjara." Jonathan menunduk menatapku, "Christine, baik-baiklah menunggu di rumah, jangan pergi kemana-mana, rawatlah dirimu baik-baik."
"Demi melindungiku, jadi kamu menjauhiku?" Aku tidak mampu mengerti cinta seperti ini, kenapa dia tidak mengatakan dari awal, apa yang dia takuti, takut aku akan mencari masalah dengan ibunya?
"Baik-baiklah istirahat di rumah. Kantor akhir-akhir ini sangat sibuk, tunggu sampai kesibukan ini berakhir, aku akan membawamu keluar berjalan-jalan." Jonathan menjawab dengan cuek.
Aku menatap ke arahnya, melihat dia mengambil ponselnya untuk mengangkat telepon, setelah selesai telepon, dia meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian menuju ke toilet.
Ponselnya kembali berdering, aku melangkah mendekat, melihat nama yang ada di layar ponsel, dan kata "kakak" terpampang di situ.
Dengan wajah tanpa ekspresi aku mengangkat telepon itu, aku segera mendengar suara Christopher.
"Adik ipar, uang yang kita bicarakan waktu itu bisakah kamu berikan padaku sore ini?" Kata-kata Christopher itu serentak menusuk hatiku. Kalau aku mama Jonathan, tentu aku membenci menantu perempuanku ini.
Christopher pasti pergi berjudi lagi.
Karena alasanku, pasti Christopher meminta uang dari Jonathan beberapa kali. Aku menutup telepon, melihat ke arah pintu toilet, menunggu sampai Jonathan keluar.
Dia melihat ke arahku, dan bertanya: "Kenapa kamu mengambil ponselku?"
"Aku sudah mengatakan, aku tidak ingin keluargaku mengambil uangmu, kenapa kamu masih memberi uang ke Christopher?" Air mataku kembali mengalir deras, yang diberikan Jonathan kepada Christopher bukan uang, melainkan harga diriku.
Aku begini pun masih punya harga diri.
"Dia itu kakakmu." Penjelasan Jonathan sungguh masuk akal.
"Dia bukan kakakku, dia itu vampir, seumur hidupku ini aku tidak ingin terus berada dalam cengkeramannya." Aku menjelaskan tanpa ekspresi, aku sudah pernah berkata, kalau Christopher masih seperti dulu, meskipun dia mati sekalipun, aku tidak akan peduli.
"Aku mengerti." Jonathan terbiasa mengucapkan dua kata ini.
Seberapa banyak yang dia mengerti, dia bahkan tidak mengerti perasaanku saat ini, betapa aku sangat membenci Christopher hingga aku ingin membunuhnya.
Setelah Jonathan meninggalkan kamar, aku mendengar suara mobil pergi melaju dari rumah keluarga Chandra, aku meminta Bi Ema untuk memanggilkan sebuah mobil, aku ingin pulang ke rumah.
Dia menolak, berkata bagaimana seorang wanita yang baru saja melahirkan boleh berpergian keluar.
Aku turun dengan tidak sabar, aku tidak peduli tentang baru saja melahirkan, hatiku berdegup kencang terbakar emosi, peduli apa tentang kepercayaan kuno seperti itu.
Bi Ema tak kuasa mencegahku, hanya bisa membantuku untuk memanggilkan taksi, dia ingin menemaniku, tapi aku melarangnya dan meninggalkannya.
Saat aku kembali ke rumahku, tubuhku terasa agak lemah, aku bersandar pada dinding untuk mengganti sepatu, kemudian mengerahkan tenaga untuk menuju ke kamar papa.
"Pa......" Aku duduk di kursi yang ada di sisi ranjang, mendapati papa terbaring tak bergerak.
Aku terhneyak, menepuk wajah papa perlahan, memanggilnya berulang-ulang.
Aku tidak pernah menyangka papa akan meninggalkanku begitu saja, tanpa ada seorang pun di sisinya, apa dia ada keinginan yang belum tercapai, atau curahan hati, tidak ada seorang pun yang tahu.
Aku naik ke atas ranjang, memeluknya erat dan menangis sejadi-jadinya.
Aku bukanlah wanita yang baru saja melahirkan lagi, aku mengurus segala urusan pemakaman papa bersama mama, selama satu minggu saat papa meninggalkan kami, bayangan Christopher tidak muncul sama sekali.
Setelah mengurus pemakaman papa, aku berkata kepada mama: "Ma, aku ingin bercerai dengan Jonathan."
"Mengapa?" Mama bertanya dengan terkejut.
"Tidak ada mengapa, aku tidak ingin lagi." Hatiku seakan hancur berkeping-keping ketika mengatakannya.
"Christine, apa pernikahan merupakan sebuah permainan bagimu? Apa kamu sadar kalau kamu bercerai kembali, untuk menikah lagi tidak mudah." Mama mengingatkanku dengan marah.
"Di kehidupan ini aku memang tidak ditakdirkan untuk menikah. Kalau aku berada di sisi papa, merawatnya, menjaganya, dia tidak akan pergi dengan begitu menyedihkan." Aku tidak menangis, air mataku sudah kering setelah beberapa hari ini mengalir deras.
"Apa maksudmu mengatakan hal semacam ini, kamu ini seorang ibu, kamu harus mempertimbangkannya baik-baik lagi." Mama menasihatiku dengan keras.
Mengapa aku tidak mengerti pengertian ini.
Semenjak anak itu lahir, neneknya membawanya pergi, dan sampai sekarang bahkan selembar foto pun aku tidak menerimanya.
Aku hanya melihat sekilas wajah merah yang mungil itu saat aku melahirkannya, tidak tahu apakah dia sudah bertumbuh besar sekarang, saat ini aku pun tidak tahu apakah dia sedang minum susu atau tidur dengan pulas.
Aku sangat merindukannya. Aku tahu, selama aku berada di rumah keluarga Chandra, neneknya tidak akan pernah membawa anak itu kembali.
Aku terdiam, tidak ada air mata yang tersisa, aku meninggalkan rumahku tanpa suara, dan tidak juga kembali ke rumah keluarga Chandra.
Tanpa keberadaan anakku rumah Chandra terasa begitu kosong, Jonathan sibuk setiap harinya dengan urusan kantornya, Christopher sibuk meminta uang kepadanya, kemudian lanjut berjudi, aku sungguh tidak sanggup lagi menjalani lingkaran setan yang tak ada habisnya ini.
Aku tidak ingin membebani Jonathan, dan di waktu yang sama, aku juga tidak ingin mempermudah Christopher.
Aku berjalan ke arah sungai Kota F, membiarkan angin menerpa wajahku, aku menatap ke arah sungai yang terlihat luas, dan tersenyum tipis, aku mengeluarkan ponsel, kemudian menelepon Jonathan.
Mungkin dia sedang sibuk, jadi dia tidak mengangkat teleponku.
Aku mengirim sebuah pesan kepadanya.
"Jonathan: Terima kasih atas waktu terindah yang pernah kamu berikan kepadaku, terima kasih karena kamu sudah membebaskanku dari pernikahan dengan Ardy, terima kasih juga sudah memberikan transfusi darah kepadaku di rumah sakit dan menyelamatkan hidupku.
Tapi kamu berjanji akan meminta mama mengembalikan anak kita, kamu mengingkari janji itu. Aku tahu kamu ingin menggunakan uang untuk menggantikan semua itu, jadi kamu terus memberi kakakku uang, kamu merasa baik-baik saja, tapi apa kamu tahu, dengan kamu berbuat seperti itu, kamu menghancurkan harga diriku.
Aku sudah lelah dengan hidupku, aku tidak tahu letak masa depanku, aku benar-benar tidak ingin kembali ke rumah keluarga Chandra.
Jangan bilang aku depresi, karena aku tahu pasti apa yang kulakukan, mungkin setelah kepergianku, kamu bisa hidup seperti kamu yang dulu. Mungkin dengan kepergianku, mamamu akan membawa pulang anak kita.
Dan, aku juga tidak mendorong nenek, aku tidak tahu mengapa Bi Inem berbohong. Beberapa waktu terakhir ini aku menccurigai Cynthia, menurutku demi mendapatkanmu, dia mendorong nenek dari tangga.
Karena aku memberikan pena perekam berisi tentang dia tidur dengan orang lain kepada nenek, tapi aku sudah melihat rekaman CCTV, Cynthia tidak datang ke rumah keluarga Chandra hari itu, jadi harusnya bukan dia juga yang mendorong nenek.
Aku tidak tahu apa nenek terpleset dan jatuh sendiri, atau ada alasan tertentu, aku sungguh tidak paham.
Jonathan, kalau bayi kita kembali ke rumah, sesibuk apapun kamu, kumohon kamu sediakan sedikit waktu untuk merawat anak kita sebaik mungkin.
Aku pergi, mungkin tidak akan kembali untuk selamanya. Setelah ini carilah seorang wanita, bukan seorang wanita kurang ajar yang menikah dua kali sepertiku, carilah seorang wanita yang bisa menjadi menantu yang baik bagi mama, itu akan mengurangi banyak sekali beban pikiranmu.
Aku cinta kamu, Christine."
Setelah mengirim pesan itu, aku mematikan ponselku, kemudian membuangnya ke aliran sungai.
Aku membentagnkan kedua tanganku, menikmati angin yang menerpa wajahku, dan naik ke pagar pinggir sungai.
Aku memejamkan kedua mataku perlahan, membiarkan angin membawa tubuhku pergi. Mungkin seperti yang dikatakan orang tua, setelah melahirkan anak seharusnya memperbaiki diri, kalau tidak memperbaiki diri, akan mucul berbagai macam penyakit.
Berat tubuhku sudah kembali menjadi berat ideal yang diinginkan Kak Dewi, aku bisa merasakan tubuhku mulai terbawa angin.
Tiba-tiba sepasang tangan merengkuh pinggangku dari belakang, dan menarik aku turun dari pagar sungai, aku membuka mata seketika, berusaha melepaskan diri sekuat tenaga, aku berbalik dan terhenyak, orang itu si biadab Sean.
"Lepaskan aku." Aku berteriak kepadanya.
"Ada masalah apa, sampai kamu berencana untuk mengakhiri hidupmu?" Suara Sean menggema di telingaku.
Aku mengangkat kakiku, menghentakannya di atas kakinya, dia melepaskanku dengan penuh kesakitan, dengan sebelah kaki yang meloncat-loncat, dia berkata perlahan: "Aku sudah menolongmu, ini kah balasanmu."
Aku mengabaikannya, melenggang pergi.
Dia mengikutiku dari belakang dan bertanya: "Christine, sebenarnya ada apa denganmu?"
Aku terdiam, menambah kecepatan langkahku, tidak kusangka dia berhasil mendahuluiku, dan mencegahku pergi, dia menunduk melihatku dan berkata: "Kalau aku tidak sedang menjemput seorang wanita di daerah sini, pasti tidak akan bisa menolongmu, yang kutakuti..."
"Tidak ada yang ditakuti, kamu akan melanjutkan untuk menjemput wanita itu." Aku menyahut cepat.
"Ketika melihatku memelukmu, wajah wanita itu memucat, lalu dia pergi begitu saja." Dahi Sean mengerut, "Eh, hari ini aku tidak punya teman wanita, kamu harus menemaniku."
"Maaf, apa 600 ribu ini cukup?" Aku menyodorkan uang itu ke dadanya, dia hanya menatapku penuh tanya.
"Untuk apa memberiku uang?"
"Ganti rugi untukmu, cari wanita lain yang mau memberi servis untukmu, perlakuanmu seperti ini, dengan uang 600 ribu, pasti sudah cukup pantas." Aku berkata tanpa ekspresi, kemudian berbalik dan pergi.
Lengannya yang panjang kembali menghentikan langkahku.
Dia menggelengkan kepala, lalu berkeliling mengitariku sambil berkata: "Christine, mulutmu itu sungguh berbisa, apa Jonathan tahu tentang ini?"
Mendengar nama Jonathan, aku diam seribu bahasa, mataku agak menyipit melihat ke arah Sean.
"Melihat ekspresi terlukamu, aku sungguh tidak tega." Sean menyetuh dadanya dengan penuh dramatisir, dia mengembalikan uang itu ke dalam genggaman tanganku dan berkata: "Aku kembalikan uangnya kepadamu, wanita Sean semuanya berkeinginan sendiri, gratis."
Bibirnya membentuk senyum nakal, dia memainkan alisnya, kemudian berbalik dan pergi.
Aku melihat bayangannya pergi, hatiku terasa begitu berat. Pria nakal sepertinya, pasti ada orang yang menghukumnya dan menggunakannya.
"Sean." Aku memanggilnya.
Sean menengok ke arahku, senyumnya kembali merekah, dan dengan sengaja dia tertawa kemudian berkata: "Ada apa, kamu baru menyadari ketampananku dan tidak bisa melupakanku?"
Aku melangkah mendekat, dan menatap lurus ke arahnya, "Carilah tempat untuk menenangkanku."
"Apa kamu sedang menyuruhku untuk merengkuhmu?" Sean menatap tak percaya kepadaku, aku tahu kenapa dia terlihat begitu terkejut.
"Aku ingin mencari sebuah tempat untuk menenangkan diriku sendiri untuk beberapa saat, lalu memikirkan jalan masa depanku harus bagaimana?" Aku berkata dengan datar kepadanya, seakan dia berhutang kepadaku.
Sean menepuk dadanya, mengerutkan alis dan berkata: "Christine, melihat wajah pucatmu, aku benar-benar suka saat-saat aku memanfaatkan orang."
"Mulutmu sangat jahat, kamu tipe orang yang sangat kubenci. Tapi aku bertaruh kamu juga punya sisi baik." Setelah aku berkata demikian, tawa jahatnya semakin meledak.
"Wah wah... sisi baik." Dia menggeleng, kemudian melangkah maju mendekatiku, dia meniupkan udara di tengukku, dan berkata: "Aku tidak tertarik pada apapun, kecuali pada wanita."
"Kamu sendiri yang berkata untuk menjadi seorang pria biadab, aku tidak bisa berkata apapun." Begitu berkata demikian, aku berbalik dengan kecewa dan bersiap untuk melangkah pergi, tapi dia kembali menahanku.
"Christine, kenapa kamu mau meninggalkan Jonathan?"
Aku menatap kedua matanya, "Mencintainya, jadi aku meninggalkannya."
"Ternyata begitu. Maksud sebaliknya, membenciku, jadi berada bersamaku disini?"
Novel Terkait
After Met You
AmardaDemanding Husband
MarshallUnlimited Love
Ester GohThe Sixth Sense
AlexanderVillain's Giving Up
Axe AshciellyMy Charming Lady Boss
AndikaMy Perfect Lady
AliciaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)