Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 21 Aku Mau Anak Ini

Setelah bertemu dengan nenek Jonathan, aku akhirnya memutuskan menggugurkan anak ini, aku langsung memberhentikan taksi pergi ke rumah sakit, mendaftar menggunakan KTP, mendapatkan nomor antrian untuk diperiksa.

Dokter melihat keadaanku, berkata kepadaku, harus dipikirkan matang-matang, kalau menggugurkan bayi pertama, ada kemungkinan akan mempengaruhi yang berikutnya, ada kemungkinan juga tidak berpengaruh, kalau gizinya bisa mencukupi, asupan tubuh bagus, kemungkinan tidak akan terjadi masalah.

Aku mengambil surat yang disodorkan dokter kepadaku, dengan tenang duduk di depan pintu kamar operasi, hari ini yang datang untuk melakukan operasi ada beberapa orang, usianya ada yang lebih kecil dariku, sepertinya tenang-tenang saja.

Hatiku terus cemas, tanganku berkeringat, aku takut, tidak tahu apakah yang aku lakukan ini benar atau tidak, tapi aku mengerti, kalau anak ini dilahirkan, pasti tidak akan mendapat restu.

Saat ini, perempuan yang berada di samping berjalan menghampiri, bertanya kepadaku: "Kamu sudah yang ke berapa?"

Aku terpaku sejenak, balik bertanya: "Kamu yang ke berapa?"

Perempuan itu sepertinya juga tegang, melihat ada orang yang menemani dia berbicara, mendekatiku, dengan pelan berkata: "Sudah yang ketujuh, barusan dokter berkata, kalau menggugurkan lagi, ada kemungkinan selamanya tidak akan bisa hamil lagi."

Aku terkejut, melihat dia dan bertanya: "Kamu masih mau menggugurkan?"

"Dia tidak mau." Perempuan itu berkata dengan kecewa, "Aku sangat mencintainya, saat hamil anak ini, aku memohon kepadanya lama sekali, tapi dia berkata, bagaimanapun juga dia tidak ingin memiliki anak."

Begitu ucapan perempuan bodoh ini berlalu, aku dengan sangat marah ingin memaki dia, tapi saat melihat wajahnya yang kasihan, aku menahan amarahku.

"Kalau memang tidak mau anak, kenapa tidak menggunakan pengaman?"

"Dia berkata kalau pakai kondom tidak enak, jadi tidak pakai. Kalau kamu, apa dia juga tidak mau pakai?" Begitu perempuan itu bertanya, aku tidak tahu harus menjawab apa.

Saat sedang panas-panasnya, tidak berpikir banyak, aku mengangguk-anggukan kepala, terbenam dalam pemikiranku. Aku sama sekali tidak memberitahu Jonathan langsung memutuskan menggugurkan anak ini, apa dia akan marah?

"Christine…… Yang mana Christine?" Pintu kamar operasi terbuka, seorang suster yang mengenakan masker berdiri di depan pintu memanggil.

Aku masih belum merespon, perempuan di sampingku mencolek, bertanya: "Suster panggil kamu ya?"

Aku tersadar, segera bangkit, berjalan ke depan, menjawab: "Saya Christine."

"Silahkan masuk!" Suster itu menjawab dengan wajah tanpa ekspresi, mempersilahkan masuk. Dan aku, jantungku terus berdetak dengan kencang.

Aku masuk ke dalam sebuah kamar operasi yang sangat terang, kasur kecil untuk operasi, di samping kanan kiri ada penyangga untuk meletakkan kaki, aku terpaku sejenak, ketakutan dan masih berdiri di tempat asal.

Salah seorang suster melirik ke arahku, dengan tidak sabar berkata: "Lepas celana cepat naik."

Tangan kakiku kaku memegang sabuk, mataku tiba-tiba merah, air mata menetes, seumur hidup selain Jonathan yang pernah melihat tubuhku, aku tidak pernah di depan orang lain melepas celana. Tapi hari ini mendengar perkataan suster barusan, dalam sekejap semua kesedihan dan sakit hati menusuk ke dalam hati.

Akhirnya aku melepas sabuk dan celana, perlahan naik ke atas kasur, kedua kaki aku letakkan diatas penyangga, aku dapat dengan jelas merasakan, mereka sedang membersihkan, menyemprotkan sesuatu, cairan yang dingin masuk ke dalam tubuhku, begitu membayangkan sebentar lagi anak ini akan dipaksa keluar dari dalam perutku, bayangan mengerikan itu seketika membuat aku terkejut, aku segera tersadar.

Menurunkan kaki, beranjak dari kasur, aku berteriak, "Suster, aku tidak jadi."

"Tidak jadi apa?" Salah seorang suster dengan sikapnya yang tidak baik melotot ke arahku.

"Aku mau mempertahankan bayi ini." Aku membelalakan mata, memakai celana, berdiri, aku takut mereka tidak dengar, aku mengulangi perkataanku sekali lagi, "Aku tidak jadi aborsi, aku mau melahirkan anak ini."

"Kalau tidak jadi aborsi, uang tidak bisa kami kembalikan." Suster itu memberikan kartu kepadaku, berkata sekali lagi: "Kalau kamu tidak aborsi, lain kali kamu kesini lagi mau aborsi, kamu tetap harus membayar lagi."

"Aku tahu." Aku mengambil kartu yang diberikan suster, selesai memakai celana, saat keluar dari kamar operasi, aku melihat perempuan yang tadi berbicara denganku.

Perempuan itu melihat aku sekilas, bertanya: "Cepat sekali sudah selesai?"

Aku menaikkan sudut bibir, menggelengkan kepala, "Tidak jadi aborsi, aku mau melahirkan anak ini."

Raut wajah perempuan itu berubah, menundukkan kepala, aku mengerti dia pasti juga ingin melahirkan anak itu, tapi kekasihnya tidak menginginkan anak itu.

Aku sudah mengambil keputusan, meskipun kalau Jonathan tidak mau denganku, aku masih akan melahirkan anak ini.

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu