Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 219 Lamaran Yang Romantis

"Memangnya ada?" aku menundukkan kepala dengan tidak enak hati. Aku hanya menyampaikan maksud ibu dengan agak tersembunyi. Yaitu ibu tidak keberatan kalau Jonathan mengakui Frederik Ouyang.

Jonathan menarik dasinya, lalu melempar ke samping, "Kedepannya kurangi ikut campur terhadap masalah ini." selesai berkata, dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Aku mendengar bunyi air di dalam kamar mandi. Dikatakan begitu oleh Jonathan, hatiku sedikit sedih.

Aku menundukkan kepala dan berpikir. Tiba-tiba ponsel berbunyi, membuatku tersadar. Aku melihat ponsel. Ternyata Refaldy Ying yang menelepon ke sini. Kelihatannya Yuna Mai telah memberitahu Refaldy Ying kalau dia hari ini melihatku di samping sungai.

Aku menekan tombol dengar, lalu menjawab "halo" dengan lelah. Suara Refaldy Ying yang penuh kekhasan terdengar dari ujung sambungan.

"Hari ini di samping sungai, kenapa tidak datang melihatku?" ternyata benar, begitu buka mulut langsung mengatakan hal ini.

"Kalau tidak ada yang penting ngapain bertemu denganmu?" aku membalas, lalu bertanya lagi, "Oh iya, Yuna sudah menyatakan perasaannya padamu. Gadis yang begitu baik, kenapa ditolak?"

"Kelihatannya aku salah menelepon." Refaldy Ying tersenyum mengejek.

"Pertimbangan Yuna baik-baik. Meskipun umurnya kecil, tapi lumayan baik. Kalau menikah, jangan jadikan cantik sebagai standar, jadikan sikap sebagai standar." selesai berkata, Refaldy Ying yang ada di ujung sambungan tertawa.

"Jadi maksudmu adalah, aku harus menikahi yang jelek, yang penting sikapnya baik saja." Refaldy Ying sengaja membalikkan maksud perkataanku.

"Aku malas meladenimu. Tidak ada masalah sengaja mencari masalah denganku. Kalau sampai Jonathan keluar dari kamar mandi, melihat aku mengobrol dengan pria lain, mungkin wajahnya akan ...." belum selesai berkata, Jonathan sudah keluar dari kamar mandi.

Aku segera memasukkan ponsel ke dalam selimut, berpura-pura memandang sekitar.

Jonathan mengeringkan rambut, menatapku dengan bingung dan bertanya, "Melakukan perbuatan salah apa?"

"Tidak ada." aku segera menjawab. Mataku karena terbuka besar dan karena itu semakin mudah menarik perhatian Jonathan. Dia melempar handuk, lalu mengambil ponselku yang ada di dalam selimut dengan cepat, tajam, dan terpercaya.

Setelah itu dia langsung berkata halo pada telepon. Mungkin Refaldy Ying yang ada di ujung sambungan juga sudah berbicara.

Jonathan berjalan ke balkon sambil membawa ponselku. Aku ingin pergi ke sana untuk menguping pembicaraan mereka. Tapi baru saja turun dari ranjang, Jonathan sudah membalikkan badan dan menatapku.

Aku pun hanya bisa naik lagi ke atas ranjang. Jonathan berbicara lama dengan Refaldy Ying dengan ponselku.

Saat dia masuk, dia menyodorkan ponsel kepadaku dan berkata, "Kedepannya kalau kamu mengobrol dengan pria lain di belakangku, maka kamu matilah sudah."

Aku menganggukan kepala dan menjawab "baik" dengan patuh.

Keesokan paginya, saat aku bangun sudah agak siang. Ibu mungkin sudah membawa Bernice dan Bella keluar jalan-jalan. Bahkan Bibi Chang juga tidak ada di rumah. Ini benar-benar agak aneh. Hari ini adalah akhir pekan, tapi tidak ada yang di rumah.

Setelah aku masak di dapur, makan kenyang, aku pergi ke ruang tamu dan menonton sebentar. Ponselku berbunyi lagi, telepon masuk dari Refaldy Ying.

Kemarin dimarahi begitu lama oleh Jonathan, muka pria ini benar-benar tebal. Masih berani menelepon ke sini.

Aku menjawab dengan kesal. Dia memberitahuku dia terjatuh dan sekarang ada di rumah sakit. Di Kota F, dia tidak memiliki keluarga, jadi menyuruhku pergi membantunya.

Begitu mendengar itu, aku langsung mengganti baju dan pergi ke sana. Waktu itu di Perancis saat melaksanakan operasi, Refaldy Ying yang membantuku mengaturnya. Sekarang dia terluka, aku juga seharusnya membantunya.

Setelah sampai di rumah sakit, aku menelepon Refaldy Ying. Bocah itu malah tidak mengangkat. Aku mengitari rumah sakit dengan bodoh, lalu mencari tahu di meja resepsionis. Sama sekali tidak ada pasien dengan nama itu.

Bocah itu. Cari mati ya dia. Berani sekali mengelabuiku. Sudah bosan hidup?

Lain kali kalau membohongiku lagi, aku pukul dia sampai wajahnya hancur. Aku keluar dari rumah sakit dengan lelah. Begitu naik ke mobil, telepon dari Refaldy Ying datang. Aku langsung mengangkatnya dan memarahi. Setelah memarahinya cukup banyak kata-kata jahat. Refaldy Ying memberitahuku, tadi dia menungguku lama, lalu menyuruh Yuna Mai menjemputnya dari rumah sakit.

Seketika aku tidak bisa berkata apa-apa. Pagi hariku berlalu begitu saja.

Saat aku pulang ke rumah Keluarga Yi, remote yang digunakan untuk membuka gerbang malah rusak. Aku menekan untuk waktu yang lama tapi tetap tidak bisa terbuka. Aku turun dari mobil, menekan password, tapi malah salah.

Memangnya otakku yang rusak, bahkan tidak bisa mengingat password?

Tenang, tenang. Aku memberitahu diriku sendiri. Hari ini berjalan buruk karena aku lupa melihat ramalan. Aku mengeluarkan ponsel lalu menelepon Jonathan. Tersambung tapi tidak ada yang angkat.

Setelah menelepon telepon rumah, juga tidak ada yang angkat. Sebenarnya ada apa ini. Kenapa rasanya begitu aneh?

Di saat aku sedang bingung-bingungnya, pintu rumah Keluarga Yi tiba-tiba terbuka otomatis. Aku menatap dengan bingung. Terlihat karpet merah panjang yang tergelar sampai ke pintu masuk rumah.

Jonathan muncul di hadapanku. Dia hari ini memakai tailcoat berwarna hitam. Di belakangnya Bernice dan Bella berdandan seperti putri kerajaan. Juga ada Refaldy Ying dan Yuna.

Sebenarnya ada apa ini? Aku tidak dapat mengerti apa yang sedang terjadi.

Jonathan mengulurkan tangan dengan sangat gentle. Aku dibuat bingung dengan adegan di depan mata ini. Apa akan diadakan pesta besar di rumah? Atau dansa? Atau merayakan ulang tahun seseorang?

Kelihatannya semua ini dipersiapkan untukku. Tapi hari ini bukan ulang tahunku kok?

Aku mengerutkan dahi, menatap Jonathan dengan bingung dan bertanya, "Hari ini hari apa. Apakah aku melewatkan sesuatu?"

Jonathan tersenyum datar. Orang-orang di belakang juga ikut tertawa bahagia. Aku benar-benar tidak mengerti apa arti senyum-senyum mereka yang senang itu. Tapi ada satu hal yang bisa dipastikan. Senyum seperti itu bisa menular, bisa membuat orang senang.

"Christine, masih ingat apa yang aku katakan padamu?" mata Jonathan menatapku dengan sangat dalam, dan suaranya sangatlah lembut.

Beberapa tahun ini hubunganku dan Jonathan sangatlah rumit. Meskipun perkataannya tidak banyak, tapi perkataan yang dia katakan padaku lumayan banyak. Memangnya mau aku tebak-tebak sendiri kalimat mana yang penting?

Aku tersenyum datar dan berkata, "Jangan putar-putar lagi. Kalau masih putar-putar, otakku akan pusing."

"Aku berkata ingin memberikanmu lamaran yang romantis dan pernikahan yang besar. Apa kamu masih ingat?" begitu Jonathan selesai berkata, hidungku seketika terasa asam.

Mataku seketika merah. Aku ingat Jonathan memang pernah mengatakan itu, tapi waktu itu aku tidak terlalu peduli. Dipikir-pikir anak juga sudah ada dua. Tunggu hari dimana suasana hati agak baik, cukup pergi ke biro urusan sipil untuk rujuk, dan melanjutkan hari-hari dengan sederhana saja kedepannya. Tidak disangka dia sengaja mempersiapkan begitu banyak kejutan bagiku.

Bersama dengan Jonathan begitu lama, aku tidak pernah merasa dia romantis. Tapi aku salah, aku dibuat terharu sampai ingin memeluknya, menciumnya, tapi masih ada banyak orang lain di sini. Aku tidak berani berbuat begitu terang-terangan.

"Christine, sakit hari ini CEO Yi yang suruh aku akting. Kamu jangan marah padaku ya." Refaldy Ying memanfaatkan suasana hatiku yang baik, dan menjelaskan kebohongan tadi paginya padaku.

Yuna Mai juga berjalan mendekatiku dan berkata dengan iri, "Kakak Mo, kamu benar-benar sangat bahagia."

Yang Yuna Mai katakan ini benar. Saat ini aku benar-benar sangat bahagia. Ada perasaan kebahagiaan yang datang setelah penderitaan. Tangan Jonathan yang sangat indah terulur di hadapanku. Mataku sekarang sudah meleleh dalam matanya yang penuh kasih.

Aku pelan-pelan menaruh tanganku di atas tangannya. Tangannya perlahan-lahan menutup, mengambil tas tentengku. Saat dia mau berlutut satu kaki, aku segera menariknya dan berkata, "Tidak perlu begitu resmi. Aku bersedia menikah denganmu. Sangat-sangat bersedia."

"Ya ampun, ya ampun, ya ampun. Ternyata Christine begitu tidak tahu malu." Refaldy Ying mengejek dari belakang.

Lutut kanan Jonathan sudah menyentuh lantai. Dia menggenggam tanganku dan berkata, "Christine, kamu sudah pernah melamarku beberapa kali. Hari ini giliran aku yang melamarmu secara resmi. Ini sudah seharusnya."

Bibirku bergetar karena terharu. Di mataku sepertinya hanya ada keberadaan Jonathan.

"Terima kasih kamu muncul dalam kehidupanku. Terima kasih kamu mempertaruhkan nyawa dengan melahirkan dua putri lucu untukku. Terima kasih seumur hidup ini kamu membuatku merasakan bahagianya dilamar oleh wanita. Terima kasih atas semua kebahagiaan yang kamu berikan di setiap saat padaku. Christine, yang aku lakukan mungkin tidak cukup baik. Mungkin kadang kala aku membuatmu kesal sampai rasanya mau membunuh orang. Mungkin kadang kala aku sangat sibuk sampai lupa menjagamu, tapi aku selalu sangat mencintaimu. Aku percaya kedepannya aku akan lebih mencintaimu. Apa kamu bersedia menikah dengan pria yang penuh kekurangan ini?"

Pengakuan cinta Jonathan yang sangat dalam membuatku menangis hebat.

Aku tidak tahu perkataan romantis seperti ini dia ambil darimana, atau mungkin dia sudah menghafalnya dari awal, tapi aku sangat terharu sampai airmataku tidak bisa berhenti mengalir.

Aku percaya semua wanita sangat emosional. Meskipun kedepannya pria mungkin tidak akan mewujudkan janji mereka, tapi saat ini membuat orang merasa sangat senang sampai tidak bisa berpikir logis.

Aku menganggukan kepala kencang dan langsung menjawab, "Bersedia. Aku bersedia. Tidak ada bunga segar, tidak ada cincin, tidak ada pesta apapun, aku juga bersedia. Karena kamu sangat tampan."

Jonathan menjilat bibir dan menatapku dengan tidak berdaya, "Bisa lebih merusak suasana tidak?"

Aku menggelengkan kepala dan mendesak, "Cepat pakaikan cincin padaku dong!"

Mengatakan begitu lama, cincin belum juga dipakaikan padaku. Bagaimana kalau dia mengatakan tidak jadi? Bagaimana kalau aku masih berada dalam alam mimpi. Semua yang begitu romantis tidak ada hasil yang nyata, bukankah sia-sia.

Jonathan memakaikan kembali cincin yang waktu itu aku tinggalkan di kamar pasien. Dia berdiri, kedua tangan memegang kepalaku, lalu menciumku.

Terdengar sorakan dari samping. Tapi aku malah sama sekali tidak terpengaruh apa-apa. Rasanya seperti dunia ini hanya tersisa kami berdua, kami tidak hentinya menciumi satu sama lain.

Hari pernikahan kita juga sudah ditentukan. Jonathan pesankan di Hotel Imperial. Awalnya aku tidak mau, tapi dia ngotot, aku pun tidak ada pendapat apapun lagi. Apa yang dinamakan menikah mengikuti seseorang, yang jelas ikuti dia saja.

Setengah bulan sebelum hari pernikahan, aku mendapat terima dari Vivian. Katanya, dia sudah meninggalkan Frederik Ouyang.

Aku tanya kenapa.

Kata dia, dia tahu kalau ayah kandung Jonathan adalah Frederik Ouyang. Dia merasa sedikit canggung. Kalau dia terus bersama di sisi Frederik Ouyang, terus membuat hubungan Frederik Ouyang dan Jonathan tidak bisa baik. Dan juga statusnya sendiri tidak yakin benar atau tidak.

Aku terdiam, bertanya padanya ingin kemana.

Dia tertawa pahit di ujung smabungan, tidak menjawab pertanyaanku, hanya mendoakan semoga aku bahagia, lalu menutup telepon.

Vivian pergi. Selama ini dia hidup dalam kebohongannya sendiri, berada dalam sekeliling pria-pria kaya, tapi pada akhirnya dia sudah mengerti dan malah meninggalkan Kota F.

Pada hari dimana Vivian pergi, aku pergi ke rumah Keluarga Ouyang. Melihat pria yang berbaring di atas ranjang, pebisnis yang dulunya sangat berhasil, sekarang terbaring dengan rambut putih bercampur hitam di atas ranjang.

Ketika dia melihatku, dia tersenyum pahit dengan tidak berdaya.

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu