Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang

Jonathan bisa saja berlagak seperti tidak ada apa-apa, tapi aku tidak sanggup.

Dia mulai menggerakan sendoknya terlebih dahulu, lalu menaruh beberapa lauk di piringku. Aku menundukan kepala, ujung mataku seperti mau meneteskan air mata, apa yang diinginkan olehnya sehingga dia sangat baik terhadapku?

"Kenapa tidak makan, tidak cocok dengan seleramu?" Alis Jonathan agak terangkat, bertanya lembut.

Aku menggelengkan kepala dengan cepat, "Tidak, bukan begitu."

"Kamu tidak sedang diet lagi kan?" Suaranya bertambah rendah dan bertanya. Dulu saat bersama dengannya, demi menurunkan berat badan, aku sengaja melakukan diet.

Tiga tahun selama di luar negeri, untuk beradaptasi dengan bahasa dan tekanan dari pelajaran beratku turun hampir 5 kg dalam waktu satu bulan, lalu setelah itu tidak pernah lagi memperhatikan berat badan.

"Aku sekarang sudah tidak melakukan diet lagi, takut tertiup angin, yang terkenal dari kota F adalah angin puyuhnya." Setelah aku menjawab pelan, aku kembali melihat senyum kecil merekah di bibir Jonathan.

Dia melihatku dalam diam.

Aku menundukan kepala, meskipun aku kepanasan pun juga harus menghabiskan semua makanan di piringku.

Saat ini, tedengar suara telepon Whatsapp Jonathan, aku seperti seorang pemburu, segera berusaha mendengarkan dengan seksama.

Dia melihat layar ponselnya sejenak, melirik ke arahku berkata: "Sepertinya Bella menggunakan ponsel mama untuk meneleponku, kamu jangan bersuara."

Video call Whatsapp sedang tersambung, saat terangkat, terdengar sebuah suara kecil riang yang mengiang, "Papa, malam ini pulang jam berapa, Bella hari ini belajar satu lagu Inggris. Mau minta papa dengar."

"Sebentar lagi pulang." Jonathan menatap penuh kasih sayang ke layar video itu sambil menjawab lembut.

"Nenek bilang, papa sekarang sedang bersama seorang wanita jahat, dan ingin papa cepat pulang." Suara kecil Bella membuatku tercengang dan bahagia, air mataku pun tak kuasa lagi terbendung.

Aku sangat ingin melangkah maju, dan menyambar ponsel itu, mencium anakku di layar ponsel itu.

Tapi logika menahanku, aku tidak bisa begitu, itu akan mengagetkan anak itu, mama Jonathan pasti mengatakan aku ini sangat jahat, mungkin dalam hatinya Bella sangat membenci mama kandungnya ini.

"Papa sedang makan dengan seseorang yang sangat penting, sebentar lagi pulang. Bilang ke nenek, tidak ada wanita jahat, di hati papa hanya ada mama seorang." Sambil berkata demikian, Jonathan melihat ke arahku.

Aku menatap ke arahnya dengan terperanjat, apa yang dimaksudnya dengan kata-kata tersebut? Selama tiga tahun ini, apakah Jonathan tidak bisa melupakanku?

Setelah mereka selesai berbicara, bibir kecilku bergerak dengan gugup, sebelum mengatakan apa-apa. Jonathan mendahuluiku dan berkata: "Aku baru saja sudah mengambil foto Bella."

Aku membelalakan mata, dan dengan wajah penuh harap bertanya, "Benarkah? Kirimkan kepadaku."

"Tunggu suasana hatiku membaik, baru aku kirim." Setelah berkata demikian, dia menutup layar ponselnya, dan merampas semua kesempatanku untuk melihat ke dalam. Bagaimana aku bisa menahan perasaan ini, aku pun bangkit berdiri, dan berdiri di sisinya, mengulurkan tangan kepadanya.

"Berikan ponselmu kepadaku." Aku menunduk melihatnya.

Jonathan mendongak menatapku dan bertanya: "Atas dasar apa?"

"Tidak atas dasar apapun, aku ingin merebutnya." Setelah berkata demikian, aku tidak peduli apapun lagi, mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel Jonathan yang ada di atas meja, meskipun gerakanku cepat, tapi tidak bisa mengalahkan jarak dekat Jonathan.

Aku tidak berhasil merebut ponsel itu, dan aku terjatuh di atasnya.

Bau semerbak yang tidak asing memenuhi hidungku, wajahku pun merona merah padam, dan aku dengan penuh kecanggungan menahan tanganku di pahanya untuk mendorongku berdiri perlahan dan berkata: "Maaf."

Aku bangkit berdiri secepat yang aku bisa, dan segera kembali ke tempat duduk, merasa aku benar-benar sudah kehilangan muka.

Mata Jonathan berkilat penuh ketertarikan dan memandangku lekat-lekat, "Di luar negeri kamu juga belajar hal baru seperti ini."

Aku menatap penuh tanya, mungkin Jonathan akan melontarkan kata-kata jahat lagi.

"Barbar." Seperti yang sudah kuduga, setelah tiga tahun ini penilaiannya kepadaku.

Buruk sekali, barbar.

Benar-benar sebuah evaluasi yang tulus, bukankah aku harus menyelamati diriku sendiri karena diriku ini sudah berubah menjadi tipe orang yang dia benci.

"Berikan foto Bella kepadaku, aku sungguh ingin tahu dia mirip siapa, apakah dia gemuk, apakah matanya lebar, berambut panjang atau pendek." Aku memohon, mataku menyiratkan cahaya yang begitu menyedihkan.

Tidak bisa merebut, memohon pasti bisa!

"Mirip denganku." Setelah berkata begitu, dia melanjutkan makan dengan tenang, semua pesanan makananya sudah disajikan, meja sudah penuh, tapi aku sama sekali tidak punya selera makan, dan hanya memandangnya.

Mirip dengannya, kalau begitu bagaimana bentuk wajah Bella? Aku tidak bisa membayangkannya.

Selama makan suasana hatiku kacau dan sedih. Jonathan sengaja menggantung nafsu makanku, dan tidak membiarkanku tahu. Sebenarnya dia berniat untuk mengantarku pulang, tapi malam ini aku harus bertukar waktu dengan kakak ipar untuk menjaga mama.

Jadi Jonathan mengantarku ke pintu masuk RSUD, aku turun dari mobil, dan masih berusaha memohon kepadanya: "Jonathan, aku harus bagaimana, agar kamu membiarkanku melihat Bella, sekarang bahkan foto saja kamu tidak menunjukannya kepadaku, kamu ingin menghukumku seperti apa, katakan secara langsung."

Aku tidak berani menuntutnya, karena aku tidak berhak untuk bersikap tidak sopan kepadanya, mendengar Bella dengan manis memanggil Jonathan papa, aku sangat iri, kapan tiba waktunya, Bella juga bisa memanggilku mama?

"Bukankah kamu bilang ingin menyenangkanku, setelah terpikir bagaimana, telepon aku." Begitu berkata demikian, jendela mobil tertutup, dan mobilnya hilang di bayangan gelap malam.

Menyenangkannya, bagaimana menyenangkannya? Apakah kata-kataku tidak cukup menyedihkan, tidak cukup memprihatinkan?

Apakah dia ingin aku berinisiatif untuk kembali menggunakan tubuhku?

Begitu memikirkan kemungkinan ini, aku membeku sesaat, tidak mungkin! Dia pasti sangat membenciku, bahkan berkata rambutku sangat jelek, barbar, bagaimana mungkin dia bisa menerima tubuhku.

Pasti aku yang berpikir terlalu jauh.

Aku berbalik dan berjalan menuju ke rumah sakit, berjalan sambil berpikir, kalau dia memang ingin meniduriku, sebenarnya juga tidak sulit, sejujurnya aku sendiri juga belum sepenuhnya melupakannya, Kalau bukan karena depresi, dan keserakahan Christopher aku tidak mungkin keluar negeri dengan emosi.

Mengingat tubuh kekarnya, aku menelan ludah.

Sial, benar-benar memalukan. Bagaimana aku bisa begini, Christine oh Christine, setelah pergi selama tiga tahun, apakah kamu haus sampai ke tahap seperti ini?

Aku mengusap wajahku yang seakan terbakar api membara.

Aku menepuk-nepuk dadaku yang bergelora, berusaha untuk menenangkan diriku, kalau yang di maksud Jonathan untuk menyenangkannya bukan ini, bukankah aku sangat-sangat memalukan?

Dia sudah bersama dengan Cynthia, aku kembali menapak di kehidupannya, bukankah aku berubah menjadi wanita jahatnya?

Pikirkan lagi saja bagaimana cara untuk menyenangkannya!

Uang, dia tidak membutuhkannya.

Aku, tidak tahu apakah dia mau atau tidak.

Sebenarnya apa yang bisa memuaskannya, menyenangkannya?

Otakku serasa ingin meledak memikirkannya, Tuhan, berikan aku petunjuk!

Setelah naik, aku masuk ke kamar rumah sakit, kakak ipar yang melihatku serentak bangkit berdiri, mengagetkanku, dan bertanya: "Christine, apa kamu sedang demam?"

Aku termenung sesaat dan menggelengkan kepala, "Tidak."

Kakak ipar melangkah maju, dan meletakkan telapak tangannya di dahiku, untuk memeriksa suhu tubuhku, dan berkata: "Sepertinya agak panas."

Setelah mendengarnya, aku pun tertawa dan menjelaskan kepadanya: "Aku tidak demam, barusan aku pergi makan dengan teman, sepertinya makanannnya terlalu pedas, jadi wajahku menjadi agak panas."

"Oh." Kakak ipar menyahut singkat, kemudian melanjutkan: "Hari ini aku bertanya kepada dokter, dia mengatakan besok mama sudah boleh pulang, tapi ada resep obat yang harus diminum di rumah, kalau ada yang tidak beres, langsung datang ke rumah sakit."

"Baiklah." Aku mengangguk, melihat wajah bahagia mama, sepertinya karena mendengar dia boleh pulang jadi dia senang.

Setelah kakak ipar pergi, mama menggenggam tangaku, dan berkata: "Christine, kamu carilah waktu untuk menemani kakak iparmu periksa ke dokter."

"Kakak ipar kenapa?" Aku bertanya-tanya, jangan-jangan kakak ipar sakit?

Mama menggeleng, "Semenjak kakak iparmu keguguran waktu itu, sampai sekarang tidak ada kemajuan, dia dan kakakmu sudah akur selama setahun lebih, aku khawatir dia tidak bisa memberi keturunan bagi keluarga Tanjaya."

Ternyata mama khawatir keluarga Tanjaya tidak memiliki keturunan, aku tertawa pahit, adik perempuan membawa kakak iparnya untuk memeriksakan infertilitas, luar biasa.

"Ma, ini hukuman Christopher dari Tuhan, dia sendiri saja tidak tahu apakah dia mampu menghidupinya dirinya sendiri, nanti setelah anaknya lahir, mereka bertiga bersiap untuk berdiri di puncak tertinggi kota F manghirup angin barat laut." Aku mengatakan yang sejujurnya, begitu selesai berbicara, mama memukul lenganku dengan keras, sakit sekali.

Aku mengernyitkan dahi dan berkata lagi: "Yang kukatakan ini kebenarannya, Christopher seperti apa, mama juga seharusnya paling mengerti."

Sepertinya kata-kataku menyakiti mama, mama mengerutkan alis, dan dengan tersiksa mengatur nafasnya, kemudian berkata dengan lemah: "Baiklah, kalau kamu tidak ingin membantu tidak perlu menyakiti begitu parah, satu-satunya keinginanku adalah meihat kakakmu hidup dengan baik, melihatmu menikah baik-baik, dengan begitu kalau aku mati, juga tidak akan meninggalkan rasa penyesalan."

Mendengar mama menyebutkan kata mati di mulutnya, perasaanku pun luluh seketika.

"Ma, jangan dengan mudah bicara tentang mati, kalau begitu, besok setelah kamu pulang, aku akan menemani kakak ipar periksa, menyuruhnya agar cepat-cepat memberikan cucu untukmu, ya?" Aku luluh, aku tidak bisa berkata dengan begitu jahat kepada mamaku sendiri dengan bebal.

Sisa umur mama sudah mulai bisa dihitung, tadi aku benar-benar kelewatan, hingga bisa mengucapkan hal semacam itu kepadanya, sekarang aku harus ingat baik-baik untuk selalu membuatnya tersenyum senang, agar bisa memperpanjang usianya.

Aku bangkit berdiri perlahan, dan bersandar di bahunya sambil berjanji: "Keluarga Tanjaya pasti akan baik-baik saja, jangan khawatir."

Mama tersenyum simpul, menepuk pelan punggung tanganku.

Esok harinya, setelah kunjungan dokter, aku membereskan prosedur untuk keluar dari rumah sakit. Lalu menyuruh Christopher untuk mengantar mama pulang lebih dahulu, dan menarik kakak ipar menuju ke ginekologi.

Saat tiba di pintu masuk ginekologi, wajah kakak ipar tampak bingung, tidak tahu apa yang aku lakukan, dia mengira aku yang periksa, mengajaknya untuk menemaniku, saat aku berkata kalau mama ingin dia memeriksakan kenapa sudah begitu lama belum hamil, wajah kakak ipar tampak muram.

"Tidak perlu periksa." Kakak ipar menghentikan langkahnya dan berbalik untuk pergi.

Aku melangkah maju, menghadangnya, dan menatap dengan bingung kepadanya sambil bertanya: "Kenapa, jangan-jangan kamu sudah tahu alasannya?"

Kakak ipar mengangguk, tertawa parau, "Kakakmu juga sudah tahu."

"Kakak ipar, kalau kamu menghadapi kesulitan, beritahu aku, ya?" Aku mengenggam kedua tangannya yang dingin, menatapnya dengan tulus.

Kakak ipar mendongakkan kepalanya, dan membalas tatapanku.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu