Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
Jonathan bisa saja berlagak seperti tidak ada apa-apa, tapi aku tidak sanggup.
Dia mulai menggerakan sendoknya terlebih dahulu, lalu menaruh beberapa lauk di piringku. Aku menundukan kepala, ujung mataku seperti mau meneteskan air mata, apa yang diinginkan olehnya sehingga dia sangat baik terhadapku?
"Kenapa tidak makan, tidak cocok dengan seleramu?" Alis Jonathan agak terangkat, bertanya lembut.
Aku menggelengkan kepala dengan cepat, "Tidak, bukan begitu."
"Kamu tidak sedang diet lagi kan?" Suaranya bertambah rendah dan bertanya. Dulu saat bersama dengannya, demi menurunkan berat badan, aku sengaja melakukan diet.
Tiga tahun selama di luar negeri, untuk beradaptasi dengan bahasa dan tekanan dari pelajaran beratku turun hampir 5 kg dalam waktu satu bulan, lalu setelah itu tidak pernah lagi memperhatikan berat badan.
"Aku sekarang sudah tidak melakukan diet lagi, takut tertiup angin, yang terkenal dari kota F adalah angin puyuhnya." Setelah aku menjawab pelan, aku kembali melihat senyum kecil merekah di bibir Jonathan.
Dia melihatku dalam diam.
Aku menundukan kepala, meskipun aku kepanasan pun juga harus menghabiskan semua makanan di piringku.
Saat ini, tedengar suara telepon Whatsapp Jonathan, aku seperti seorang pemburu, segera berusaha mendengarkan dengan seksama.
Dia melihat layar ponselnya sejenak, melirik ke arahku berkata: "Sepertinya Bella menggunakan ponsel mama untuk meneleponku, kamu jangan bersuara."
Video call Whatsapp sedang tersambung, saat terangkat, terdengar sebuah suara kecil riang yang mengiang, "Papa, malam ini pulang jam berapa, Bella hari ini belajar satu lagu Inggris. Mau minta papa dengar."
"Sebentar lagi pulang." Jonathan menatap penuh kasih sayang ke layar video itu sambil menjawab lembut.
"Nenek bilang, papa sekarang sedang bersama seorang wanita jahat, dan ingin papa cepat pulang." Suara kecil Bella membuatku tercengang dan bahagia, air mataku pun tak kuasa lagi terbendung.
Aku sangat ingin melangkah maju, dan menyambar ponsel itu, mencium anakku di layar ponsel itu.
Tapi logika menahanku, aku tidak bisa begitu, itu akan mengagetkan anak itu, mama Jonathan pasti mengatakan aku ini sangat jahat, mungkin dalam hatinya Bella sangat membenci mama kandungnya ini.
"Papa sedang makan dengan seseorang yang sangat penting, sebentar lagi pulang. Bilang ke nenek, tidak ada wanita jahat, di hati papa hanya ada mama seorang." Sambil berkata demikian, Jonathan melihat ke arahku.
Aku menatap ke arahnya dengan terperanjat, apa yang dimaksudnya dengan kata-kata tersebut? Selama tiga tahun ini, apakah Jonathan tidak bisa melupakanku?
Setelah mereka selesai berbicara, bibir kecilku bergerak dengan gugup, sebelum mengatakan apa-apa. Jonathan mendahuluiku dan berkata: "Aku baru saja sudah mengambil foto Bella."
Aku membelalakan mata, dan dengan wajah penuh harap bertanya, "Benarkah? Kirimkan kepadaku."
"Tunggu suasana hatiku membaik, baru aku kirim." Setelah berkata demikian, dia menutup layar ponselnya, dan merampas semua kesempatanku untuk melihat ke dalam. Bagaimana aku bisa menahan perasaan ini, aku pun bangkit berdiri, dan berdiri di sisinya, mengulurkan tangan kepadanya.
"Berikan ponselmu kepadaku." Aku menunduk melihatnya.
Jonathan mendongak menatapku dan bertanya: "Atas dasar apa?"
"Tidak atas dasar apapun, aku ingin merebutnya." Setelah berkata demikian, aku tidak peduli apapun lagi, mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel Jonathan yang ada di atas meja, meskipun gerakanku cepat, tapi tidak bisa mengalahkan jarak dekat Jonathan.
Aku tidak berhasil merebut ponsel itu, dan aku terjatuh di atasnya.
Bau semerbak yang tidak asing memenuhi hidungku, wajahku pun merona merah padam, dan aku dengan penuh kecanggungan menahan tanganku di pahanya untuk mendorongku berdiri perlahan dan berkata: "Maaf."
Aku bangkit berdiri secepat yang aku bisa, dan segera kembali ke tempat duduk, merasa aku benar-benar sudah kehilangan muka.
Mata Jonathan berkilat penuh ketertarikan dan memandangku lekat-lekat, "Di luar negeri kamu juga belajar hal baru seperti ini."
Aku menatap penuh tanya, mungkin Jonathan akan melontarkan kata-kata jahat lagi.
"Barbar." Seperti yang sudah kuduga, setelah tiga tahun ini penilaiannya kepadaku.
Buruk sekali, barbar.
Benar-benar sebuah evaluasi yang tulus, bukankah aku harus menyelamati diriku sendiri karena diriku ini sudah berubah menjadi tipe orang yang dia benci.
"Berikan foto Bella kepadaku, aku sungguh ingin tahu dia mirip siapa, apakah dia gemuk, apakah matanya lebar, berambut panjang atau pendek." Aku memohon, mataku menyiratkan cahaya yang begitu menyedihkan.
Tidak bisa merebut, memohon pasti bisa!
"Mirip denganku." Setelah berkata begitu, dia melanjutkan makan dengan tenang, semua pesanan makananya sudah disajikan, meja sudah penuh, tapi aku sama sekali tidak punya selera makan, dan hanya memandangnya.
Mirip dengannya, kalau begitu bagaimana bentuk wajah Bella? Aku tidak bisa membayangkannya.
Selama makan suasana hatiku kacau dan sedih. Jonathan sengaja menggantung nafsu makanku, dan tidak membiarkanku tahu. Sebenarnya dia berniat untuk mengantarku pulang, tapi malam ini aku harus bertukar waktu dengan kakak ipar untuk menjaga mama.
Jadi Jonathan mengantarku ke pintu masuk RSUD, aku turun dari mobil, dan masih berusaha memohon kepadanya: "Jonathan, aku harus bagaimana, agar kamu membiarkanku melihat Bella, sekarang bahkan foto saja kamu tidak menunjukannya kepadaku, kamu ingin menghukumku seperti apa, katakan secara langsung."
Aku tidak berani menuntutnya, karena aku tidak berhak untuk bersikap tidak sopan kepadanya, mendengar Bella dengan manis memanggil Jonathan papa, aku sangat iri, kapan tiba waktunya, Bella juga bisa memanggilku mama?
"Bukankah kamu bilang ingin menyenangkanku, setelah terpikir bagaimana, telepon aku." Begitu berkata demikian, jendela mobil tertutup, dan mobilnya hilang di bayangan gelap malam.
Menyenangkannya, bagaimana menyenangkannya? Apakah kata-kataku tidak cukup menyedihkan, tidak cukup memprihatinkan?
Apakah dia ingin aku berinisiatif untuk kembali menggunakan tubuhku?
Begitu memikirkan kemungkinan ini, aku membeku sesaat, tidak mungkin! Dia pasti sangat membenciku, bahkan berkata rambutku sangat jelek, barbar, bagaimana mungkin dia bisa menerima tubuhku.
Pasti aku yang berpikir terlalu jauh.
Aku berbalik dan berjalan menuju ke rumah sakit, berjalan sambil berpikir, kalau dia memang ingin meniduriku, sebenarnya juga tidak sulit, sejujurnya aku sendiri juga belum sepenuhnya melupakannya, Kalau bukan karena depresi, dan keserakahan Christopher aku tidak mungkin keluar negeri dengan emosi.
Mengingat tubuh kekarnya, aku menelan ludah.
Sial, benar-benar memalukan. Bagaimana aku bisa begini, Christine oh Christine, setelah pergi selama tiga tahun, apakah kamu haus sampai ke tahap seperti ini?
Aku mengusap wajahku yang seakan terbakar api membara.
Aku menepuk-nepuk dadaku yang bergelora, berusaha untuk menenangkan diriku, kalau yang di maksud Jonathan untuk menyenangkannya bukan ini, bukankah aku sangat-sangat memalukan?
Dia sudah bersama dengan Cynthia, aku kembali menapak di kehidupannya, bukankah aku berubah menjadi wanita jahatnya?
Pikirkan lagi saja bagaimana cara untuk menyenangkannya!
Uang, dia tidak membutuhkannya.
Aku, tidak tahu apakah dia mau atau tidak.
Sebenarnya apa yang bisa memuaskannya, menyenangkannya?
Otakku serasa ingin meledak memikirkannya, Tuhan, berikan aku petunjuk!
Setelah naik, aku masuk ke kamar rumah sakit, kakak ipar yang melihatku serentak bangkit berdiri, mengagetkanku, dan bertanya: "Christine, apa kamu sedang demam?"
Aku termenung sesaat dan menggelengkan kepala, "Tidak."
Kakak ipar melangkah maju, dan meletakkan telapak tangannya di dahiku, untuk memeriksa suhu tubuhku, dan berkata: "Sepertinya agak panas."
Setelah mendengarnya, aku pun tertawa dan menjelaskan kepadanya: "Aku tidak demam, barusan aku pergi makan dengan teman, sepertinya makanannnya terlalu pedas, jadi wajahku menjadi agak panas."
"Oh." Kakak ipar menyahut singkat, kemudian melanjutkan: "Hari ini aku bertanya kepada dokter, dia mengatakan besok mama sudah boleh pulang, tapi ada resep obat yang harus diminum di rumah, kalau ada yang tidak beres, langsung datang ke rumah sakit."
"Baiklah." Aku mengangguk, melihat wajah bahagia mama, sepertinya karena mendengar dia boleh pulang jadi dia senang.
Setelah kakak ipar pergi, mama menggenggam tangaku, dan berkata: "Christine, kamu carilah waktu untuk menemani kakak iparmu periksa ke dokter."
"Kakak ipar kenapa?" Aku bertanya-tanya, jangan-jangan kakak ipar sakit?
Mama menggeleng, "Semenjak kakak iparmu keguguran waktu itu, sampai sekarang tidak ada kemajuan, dia dan kakakmu sudah akur selama setahun lebih, aku khawatir dia tidak bisa memberi keturunan bagi keluarga Tanjaya."
Ternyata mama khawatir keluarga Tanjaya tidak memiliki keturunan, aku tertawa pahit, adik perempuan membawa kakak iparnya untuk memeriksakan infertilitas, luar biasa.
"Ma, ini hukuman Christopher dari Tuhan, dia sendiri saja tidak tahu apakah dia mampu menghidupinya dirinya sendiri, nanti setelah anaknya lahir, mereka bertiga bersiap untuk berdiri di puncak tertinggi kota F manghirup angin barat laut." Aku mengatakan yang sejujurnya, begitu selesai berbicara, mama memukul lenganku dengan keras, sakit sekali.
Aku mengernyitkan dahi dan berkata lagi: "Yang kukatakan ini kebenarannya, Christopher seperti apa, mama juga seharusnya paling mengerti."
Sepertinya kata-kataku menyakiti mama, mama mengerutkan alis, dan dengan tersiksa mengatur nafasnya, kemudian berkata dengan lemah: "Baiklah, kalau kamu tidak ingin membantu tidak perlu menyakiti begitu parah, satu-satunya keinginanku adalah meihat kakakmu hidup dengan baik, melihatmu menikah baik-baik, dengan begitu kalau aku mati, juga tidak akan meninggalkan rasa penyesalan."
Mendengar mama menyebutkan kata mati di mulutnya, perasaanku pun luluh seketika.
"Ma, jangan dengan mudah bicara tentang mati, kalau begitu, besok setelah kamu pulang, aku akan menemani kakak ipar periksa, menyuruhnya agar cepat-cepat memberikan cucu untukmu, ya?" Aku luluh, aku tidak bisa berkata dengan begitu jahat kepada mamaku sendiri dengan bebal.
Sisa umur mama sudah mulai bisa dihitung, tadi aku benar-benar kelewatan, hingga bisa mengucapkan hal semacam itu kepadanya, sekarang aku harus ingat baik-baik untuk selalu membuatnya tersenyum senang, agar bisa memperpanjang usianya.
Aku bangkit berdiri perlahan, dan bersandar di bahunya sambil berjanji: "Keluarga Tanjaya pasti akan baik-baik saja, jangan khawatir."
Mama tersenyum simpul, menepuk pelan punggung tanganku.
Esok harinya, setelah kunjungan dokter, aku membereskan prosedur untuk keluar dari rumah sakit. Lalu menyuruh Christopher untuk mengantar mama pulang lebih dahulu, dan menarik kakak ipar menuju ke ginekologi.
Saat tiba di pintu masuk ginekologi, wajah kakak ipar tampak bingung, tidak tahu apa yang aku lakukan, dia mengira aku yang periksa, mengajaknya untuk menemaniku, saat aku berkata kalau mama ingin dia memeriksakan kenapa sudah begitu lama belum hamil, wajah kakak ipar tampak muram.
"Tidak perlu periksa." Kakak ipar menghentikan langkahnya dan berbalik untuk pergi.
Aku melangkah maju, menghadangnya, dan menatap dengan bingung kepadanya sambil bertanya: "Kenapa, jangan-jangan kamu sudah tahu alasannya?"
Kakak ipar mengangguk, tertawa parau, "Kakakmu juga sudah tahu."
"Kakak ipar, kalau kamu menghadapi kesulitan, beritahu aku, ya?" Aku mengenggam kedua tangannya yang dingin, menatapnya dengan tulus.
Kakak ipar mendongakkan kepalanya, dan membalas tatapanku.
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
LindaCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyCinta Tak Biasa
SusantiAnak Sultan Super
Tristan XuMr Huo’s Sweetpie
EllyaUangku Ya Milikku
Raditya DikaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)