Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman

Refaldy Yin sedikit menutup mata, tidak marah, dengan bercanda tertarik melihat aku, berkata: “aku traktir kamu makan.”

Aku bengong sebentar, meyambut pandangan mata dia yang baik itu, mengerutkan alis, bertanya balik: “kamu mengira saat ini aku masih bisa makan kah?”

“Tidak bisa makan.” Refaldy Yin menjawab.

“Kamu sudah salah tebak, aku bisa makan, aku masih mau makan banyak, gila makan, menyuruh kamu traktir makan sampai miskin.” Selesai bicara, suasana hati aku yang sumpek berjalan kedepan, Refaldy Yin dengan begini mengikuti aku dibelakang.

Kita sampai tempat parkiran, dia langsung naik mobil aku, aku tidak mengerti melihat dia duduk ditempat samping menyetir, bertanya: “mobil kamu mana?”

“Aku tidak ada mobil, aku adalah tinggal disekitar sini, menyetir mobil apa.” Senyum Refaldy Yin yang penuh bercahaya itu sejak awal bergantung disamping mulut.

“Pembohong.” Aku melototi dia sekilas, “jika begitu kamu masih bilang satu arah dengan aku, membuka mata berbohong benar-benar melatih sangat hebat sampai orang sangat percaya.”

“Pada awalnya adalah ingin melindungi dan mengantar kamu sampai tempat parkiran, sekarang kamu ingin makan, aku traktir, secara terbuka.” Refaldy Yin berkata sangat masuk akal, beberapa hal ini benar-benar semuanya adalah aku yang bilang sendiri.

Aku sama sekali bisa langsung menolak permohonan traktir makan Refaldy Yin, aku malah kepala panas, dengan bodoh bilang ingin makan.

“Jika begitu kamu duduk baik,” aku menggunakan ujung mata yang dingin melihat dia sekilas, dengan serius berkata.

Aku menyalakan mesin mobil, mundur mobil, keluar tempat parkiran, seperti gila menyetir keluar, terus menginjak gas, melewati satu persatu mobil, ada sedikit tidak mau nyawa menyerbu.

Refaldy Yin malah adalah tenang, aku mengira dia akan ketakutan, paling tidak akan menyuruh aku menyetir pelan sedikit. Sampai aku berhenti diluar depan pintu sebuah restoran cemilan yang saat dulu sedang dirumah sendiri, kemudian mematikan mesin, membuka sabuk pengamat, melihat Refaldy Yin dengan tenang, menyindir bertanya: “aku menyetir begitu cepat, kamu tidak takut mati?”

“Pada awalnya ingin berteriak, setelah itu berpikir-pikir, jika mati ada kamu menemani, takut apa?” Refaldy Yin dengan satu kata yang gampang membuat aku terharu sesaat, aku tidak mengerti lelaki dihadapan ini mengapa perkataan yang dikatakan keluar membuat hati orang hangat, aku ingat dulu Jonathan juga sering berkata beberapa perkataan yang hangat, tetapi belakangan ini sepertinya sudah tidak ada.

“Turun mobil, aku ingin makan makanan restoran ini, tidak perlu kamu traktir, aku traktir kamu.” Aku turun mobil, dengan kencang membanting pintu mobil, berjalan masuk.

Aku memesan makanan yang diri sendiri dulu suka makan, memesan satu dus arak lagi, kemudian tidak mengurus Refaldy Yin apakah bisa cocok lingkungan yang sederhana dan kasar ini, langsung membuka sebotol arak, sekali minum adalah setengah botol.

“Nanti masih mau menyetir mobil, jangan minum terlalu banyak.” Refaldy Yin mengingatkan.

Aku setiap kali minum arak matanya akan gampang merah, aku tidak peduli ketawa-ketawa, berkata: “bukannya masih ada kamu? Jangan-jangan kamu tidak bisa menyetir mobil?”

“Aku bukan bermaksud ini.” Refaldy Yin mengerutkan alis dengan erat, pandangan bawah mata yang perhatian itu aku sudah melihat. Mengapa aku bisa begitu gampang melihat jelas Refaldy Yin, malah selamanya tidak bisa melihat jelas Jonathan?

Aku ketawa, “tenang, jika kamu juga tidak bisa menyetir mobil, sampai saat itu kita berdua mendorong mobil berjalan, lebih seru lagi.”

Selesai bicara, sebelum sayuran datang, aku sudah minum satu botol arak, udara arak yang dingin itu sesaat menyebar kemana-mana, aku ada sedikit dingin gemetar sebentar, malah sengaja berpura-pura kuat ketawa bodoh sebentar.

Sayuran pelan-pelan sudah datang, aku membuka sumpit daur ulang, melihat Refaldy Yin dihadapan yang terus tidak bergerak, bertanya: “kenapa, kamu merasa lingkungan disini terlalu buruk, tidak berani makan?”

“Melihat kamu melampias sudah bisa, kamu makan saja!” Refaldy Yin dengan diam-diam melihat aku.

Aku tidak senang melihat dia, “menjadi lelaki jangan begitu tidak berterus terang, jika tidak bersopan santun, tempat ini meskipun sederhana dan kasar, tetapi sayuran tetap lumayan enak, kamu tidak enak, aku sudah mau makan semuanya.”

Selesai berkata, aku tidak mengurus dia disamping, langsung mulai makan, kemudian sebotol demi sebotol membuka arak, aku tidak tahu diri sendiri mengapa minum arak, berkata jujur, adalah hati sangat sumpek, sangat sengsara.

Refaldy Yin menasehati aku beberapa kali tetap tidak ada hasil, aku karena minum terlalu buru-buru, sebuah rasa ingin muntah muncul, langsung menyerbu keluar restoran, berjongkok disamping jalan muntah.

Refaldy Yin mengejar keluar, dibelakang punggung aku pelan-pelan menepuk, dengan suara pelan berkata: “ada masalah apa menjadi beban pikiran begini, harus minum arak begini?”

Aku muntah sampai air mata sudah keluar, saat ini beberapa air mata ditengah mata ini tidak tahu adalah fisiologi atau perasaan batin, bagaimana pun juga bercampur aduk menjadi satu, aku membawa bau alkohol menyampingkan wajah melihat Refaldy Yin, berkata: “aku sangat senang, orang senang baru bisa makan dan minum, benar kan!”

Refaldy Yin diam, mengerutkan alis tidak mengerti melihat aku.

Didalam mata dia, aku kira-kira adalah wanita seperti teka-teki, kelihatan seperti lemah lembut, malah blak-blakan, juga bisa berbuat kurang ajar begini, gila akibat mabuk.

“Aku barusan sudah menelepon Jonathan Yi, dia sebentar akan kemari.” Refaldy Yin melihat suasana hati aku lebih tenang kemudian, tiba-tiba berkata perkataan ini, benar-benar mengagetkan aku sebentar.

Aku segera berdiri, dengan gelisah berjalan masuk dalam restoran kemudian, melihat sekitar sebentar, kemudian membalikan badan berlari keluar lagi, bersiap-siap naik mobil, malah ditahan oleh Refaldy Yin.

“Kamu sedang melakukan apa?”

“Kabur lah, apakah kamu tidak ada mata melihat?” aku harus buru-buru pergi, rupa minum arak seperti sekarang ini diketahui oleh Jonathan, malam hari akan dimarah.

Masih bersama dengan marga Yin, ada mulut juga tidak bisa menjelaskan jelas.

“Kamu sedang takut apa?” Refaldy Yin tidak mengerti menarik aku, tidak membiarkan aku naik mobil.

“Lepaskan tangan, bertarik-tarik begini, apa bisa dilihat?” aku dengan serius melototi dia langsung berkata, melihat dia tidak melepaskan tangan, aku menggunakan sekuat tenaga ingin mendorong dia pergi, malah tidak kepikiran dia menarik aku, pintu mobil sudah ditutup oleh dia.

Aku ditarik dia sampai ke samping kursi, ditekan dia duduk, dia sedikit berjongkok dihadapan aku, melihat aku, berkata: “diantara suami istri ada masalah apa berkata terus terang sudah bisa, aku pada awalnya mengira diri sendiri menemani kamu sudah bisa membuat kamu lebih lega, tetapi melihat kamu semakin minum semakin banyak, aku hanya bisa menyuruh Jonathan Yi kemari.”

Aku berdiam menurunkan sepasang mata, dulu pada saat baru lulus kuliah, sangat hebat minum arak, tidak tahu adalah karena setelah melahirkan anak kemudian daya tahan tubuh menurun, atau sudah terlalu lama tidak minum, sekarang kepala ada sedikit pusing, jelas-jelas cuaca sangat dingin, tetapi sepasang pipi aku malah sangat panas.

Aku tahu diri sendiri minum tidak sedikit, tetapi masih termasuk sadar.

“Refaldy Yin, apakah tahu, kalian lelaki selamanya tidak mengerti keperluan wanita apa?” aku membawa hawa mabuk sedikit ketawa, dalam mata penuh dengan airmata yang bersinar.

Jonathan selalu menyembunyikan aku melakukan banyak hal, aku mengira aku asalkan menjadi wanita disamping dia sudah cukup, menunggu hanya ada balasan, tetapi hari ini perkataan terakhir Vivian itu benar-benar sudah melukai aku.

Dia tidak salah bilang, menunggu didalam rumah menjadi ibu rumah tangga yang baik sampai akhirnya akan berubah menjadi wanita suka mengeluh, akhirnya nasib aku adalah dibuangkan oleh Jonathan.

Dia meskipun benci, tetapi perkataan ini bilangnya sangat masuk akal, bilang seluruh hati aku gelisah.

Aku menarik nafas dengan panjang, dengan sengsara melihat Refaldy Yin, melanjutkan berkata: “permintaan aku tidak banyak, ekonomi bisa mandiri, tidak mengandalkan lelaki, juga bisa bekerja, juga bisa mengurus rumah, seluruh bagian berkembang.”

“Tetapi kamu bukan superman.” Refaldy dengan bercanda ketawa.

Aku menggelengkan kepala, “tidak benar, meskipun adalah superman sampai keluarga Yi, juga akan berubah menjadi orang yang tidak berguna.”

“Mengapa berkata begini?” Refaldy Yin tidak mengerti.

“Hidup yang terlalu nyaman akan membuat superman menjadi gendut, kelak tidak bisa terbang.” Aku hehe ketawa, aku bangga dengan kekanak-kanakan diri sendiri.

Refaldy Yin mendengar, juga tidak tahan ketawa, “otak kamu penuh dengan pikiran yang aneh-aneh.”

Saat ini, tempat tidak jauh tiba-tiba menyebar suara mobil membuat aku dan Refaldy Yin tidak janjian melihat kearah sana, adalah mobil Jonathan, dia turun dari atas mobil, langsung berjalan kearah kita.

Refaldy Yin bangun, maju kedepan, menjelaskan sebentar dengan Jonathan kondisi barusan.

Jonathan tidak bicara, berjalan sampai hadapan aku, setengah berjongkok, tangan besar yang hangat memegang wajah aku, dengan pelan-pelan mencolek, bertanya: “sudah mabuk?”

Aku menggelengkan kepala, menjawab: “tidak mabuk, aku masih bisa menyetir mobil pulang, menyetir terbang juga bisa.”

“Mengapa minum arak?” suara Jonathan sangat rendah, tidak seperti Refaldy Yin begitu pelan, tidak tahu mengapa, pada saat ini suara dia, jelas-jelas adalah perhatian, kedengaran malah seperti sedang bertanya.

“Senang makanya minum.” Aku melanggar hati menjawab, kemudian menelan air ludah, menahan badan berdiri, berkata: “aku tidak mabuk, tidak percaya?”

Demi dihadapan Jonathan membuktikan diri sendiri tidak mabuk, aku mendorong dia pergi, menganggap jalan raya menjadi panggung T, langsung berjalan langkah kucing, berjalan sampai tujuan dengan kebiasaan menunjukkan sebuah POSE kemudian saat membalikkan badan, melempar rambut sebentar, kemudian kembali berjalan sampai hadapan Jonathan, bertanya: “Ganteng tidak?”

“Sudah mabuk.” Jonathan membalikkan aku dua kata, “naik mobil, aku antar kamu pulang.”

“Aku sudah bilang aku tidak mabuk, kamu mengapa tidak percaya?” suasana hati aku ada sedikit tidak bisa kontrol, dalam otak penuh adalah persembunyian Jonathan, aku langsung mendorong Jonathan pergi, sendiri naik mobil diri sendiri.

Jonathan mengikuti kemari, memukul pintu mobil, memanggil: “Christine Mo, kamu segera turun mobil untuk aku.”

Aku menyamping melihat Jonathan, pada dasarnya aku yang sudah menyalakan mesin mobil, dengan diam-diam melihat dia diluar kaca dengan gelisah memukul, memanggil, aku mengangkat ujung mulut sedikit ketawa.

Jonathan tetap adalah memperhatikan aku, aku mungkin benar-benar sudah mabuk, baru minum beberapa botol langsung mulai gila mabuk.

Pada saat aku menutup mata, pintu sisi lain juga diketuk, aku sedikit menutup mata melihat sebentar, adalah Refaldy Yin, dia juga sedang memanggil.

Aku sudah aneh, mobil aku juga tidak menyetir pergi, mereka semua sedang gelisah apa?

Mereka mengira aku akan minum arak kemudian menyetir mobil? Aku tidak begitu bodoh, sampai saat itu dihalang polisi, sudah langsung masuk penjara.

Aku mencabut kunci mobil, kepala berat kaki ringan bersandar diatas tempat duduk mobil, tangan kiri membuka pintu mobil, Jonathan segera menggendong aku keluar, kemudian langsung memasuki dalam mobil dia.

Aku sangat lelah, langsung begini diantar Jonathan kembali keluarga Yi.

Seluruh badan aku penuh bau arak, pada saat digendong ke lantai atas oleh Jonathan, aku sekilas mendengar ibu mertua sedang memarah aku apa hantu pemabuk atau apa.

Jonathan dengan pelan-pelan menaruh aku diatas kasur yang hangat, pada saat selimut ditarik, pada saat dia bersiap-siap pergi meninggalkan, aku menarik tangan dia, membawa suara tersedu-sedan bertanya: “Jonathan, apakah kamu akan melepaskan aku?”

“Sedang bicara perkataan bodoh apa lagi?” Jonathan mengerutkan alis sebentar, berkata: “aku membuat sedikit air untuk aku cuci muka.”

“Bukan berkata bodoh?” aku memanfaatkan saat mabuk, dengan benggong melihat dia, “kamu semakin lama sudah semakin unggul, dan aku malah semakin lama semakin tidak maju, cepat atau lambat suatu hari, kamu akan melepaskan aku.”

“Sudah salah makan obat?” Jonathan duduk disamping kasur, tangan besar memegang wajah aku, merapikan rambut aku.

Aku dengan sekuat tenaga bangun, memeluk dia, berkata: “aku tidak ada perasaan aman, suatu hari jika kamu sudah melepaskan aku, aku apapun sudah tidak ada.”

“Jika begini, aku menggantikan semua harta dibawah nama aku menjadi nama kamu, aku sekali pergi meninggalkan kamu langsung menjadi miskin, dengan begini kamu apakah langsung ada perasaan aman?” Perkataan Jonathan baru selesai, aku dengan pelan-pelan mendorong dia.

Aku melihat dia seperti senyum juga seperti tidak senyum, bertanya sekali lagi: “kamu tidak masalah kan? Kamu hari ini sudah salah makan obat?”

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu