Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
Refaldy Yin sedikit menutup mata, tidak marah, dengan bercanda tertarik melihat aku, berkata: “aku traktir kamu makan.”
Aku bengong sebentar, meyambut pandangan mata dia yang baik itu, mengerutkan alis, bertanya balik: “kamu mengira saat ini aku masih bisa makan kah?”
“Tidak bisa makan.” Refaldy Yin menjawab.
“Kamu sudah salah tebak, aku bisa makan, aku masih mau makan banyak, gila makan, menyuruh kamu traktir makan sampai miskin.” Selesai bicara, suasana hati aku yang sumpek berjalan kedepan, Refaldy Yin dengan begini mengikuti aku dibelakang.
Kita sampai tempat parkiran, dia langsung naik mobil aku, aku tidak mengerti melihat dia duduk ditempat samping menyetir, bertanya: “mobil kamu mana?”
“Aku tidak ada mobil, aku adalah tinggal disekitar sini, menyetir mobil apa.” Senyum Refaldy Yin yang penuh bercahaya itu sejak awal bergantung disamping mulut.
“Pembohong.” Aku melototi dia sekilas, “jika begitu kamu masih bilang satu arah dengan aku, membuka mata berbohong benar-benar melatih sangat hebat sampai orang sangat percaya.”
“Pada awalnya adalah ingin melindungi dan mengantar kamu sampai tempat parkiran, sekarang kamu ingin makan, aku traktir, secara terbuka.” Refaldy Yin berkata sangat masuk akal, beberapa hal ini benar-benar semuanya adalah aku yang bilang sendiri.
Aku sama sekali bisa langsung menolak permohonan traktir makan Refaldy Yin, aku malah kepala panas, dengan bodoh bilang ingin makan.
“Jika begitu kamu duduk baik,” aku menggunakan ujung mata yang dingin melihat dia sekilas, dengan serius berkata.
Aku menyalakan mesin mobil, mundur mobil, keluar tempat parkiran, seperti gila menyetir keluar, terus menginjak gas, melewati satu persatu mobil, ada sedikit tidak mau nyawa menyerbu.
Refaldy Yin malah adalah tenang, aku mengira dia akan ketakutan, paling tidak akan menyuruh aku menyetir pelan sedikit. Sampai aku berhenti diluar depan pintu sebuah restoran cemilan yang saat dulu sedang dirumah sendiri, kemudian mematikan mesin, membuka sabuk pengamat, melihat Refaldy Yin dengan tenang, menyindir bertanya: “aku menyetir begitu cepat, kamu tidak takut mati?”
“Pada awalnya ingin berteriak, setelah itu berpikir-pikir, jika mati ada kamu menemani, takut apa?” Refaldy Yin dengan satu kata yang gampang membuat aku terharu sesaat, aku tidak mengerti lelaki dihadapan ini mengapa perkataan yang dikatakan keluar membuat hati orang hangat, aku ingat dulu Jonathan juga sering berkata beberapa perkataan yang hangat, tetapi belakangan ini sepertinya sudah tidak ada.
“Turun mobil, aku ingin makan makanan restoran ini, tidak perlu kamu traktir, aku traktir kamu.” Aku turun mobil, dengan kencang membanting pintu mobil, berjalan masuk.
Aku memesan makanan yang diri sendiri dulu suka makan, memesan satu dus arak lagi, kemudian tidak mengurus Refaldy Yin apakah bisa cocok lingkungan yang sederhana dan kasar ini, langsung membuka sebotol arak, sekali minum adalah setengah botol.
“Nanti masih mau menyetir mobil, jangan minum terlalu banyak.” Refaldy Yin mengingatkan.
Aku setiap kali minum arak matanya akan gampang merah, aku tidak peduli ketawa-ketawa, berkata: “bukannya masih ada kamu? Jangan-jangan kamu tidak bisa menyetir mobil?”
“Aku bukan bermaksud ini.” Refaldy Yin mengerutkan alis dengan erat, pandangan bawah mata yang perhatian itu aku sudah melihat. Mengapa aku bisa begitu gampang melihat jelas Refaldy Yin, malah selamanya tidak bisa melihat jelas Jonathan?
Aku ketawa, “tenang, jika kamu juga tidak bisa menyetir mobil, sampai saat itu kita berdua mendorong mobil berjalan, lebih seru lagi.”
Selesai bicara, sebelum sayuran datang, aku sudah minum satu botol arak, udara arak yang dingin itu sesaat menyebar kemana-mana, aku ada sedikit dingin gemetar sebentar, malah sengaja berpura-pura kuat ketawa bodoh sebentar.
Sayuran pelan-pelan sudah datang, aku membuka sumpit daur ulang, melihat Refaldy Yin dihadapan yang terus tidak bergerak, bertanya: “kenapa, kamu merasa lingkungan disini terlalu buruk, tidak berani makan?”
“Melihat kamu melampias sudah bisa, kamu makan saja!” Refaldy Yin dengan diam-diam melihat aku.
Aku tidak senang melihat dia, “menjadi lelaki jangan begitu tidak berterus terang, jika tidak bersopan santun, tempat ini meskipun sederhana dan kasar, tetapi sayuran tetap lumayan enak, kamu tidak enak, aku sudah mau makan semuanya.”
Selesai berkata, aku tidak mengurus dia disamping, langsung mulai makan, kemudian sebotol demi sebotol membuka arak, aku tidak tahu diri sendiri mengapa minum arak, berkata jujur, adalah hati sangat sumpek, sangat sengsara.
Refaldy Yin menasehati aku beberapa kali tetap tidak ada hasil, aku karena minum terlalu buru-buru, sebuah rasa ingin muntah muncul, langsung menyerbu keluar restoran, berjongkok disamping jalan muntah.
Refaldy Yin mengejar keluar, dibelakang punggung aku pelan-pelan menepuk, dengan suara pelan berkata: “ada masalah apa menjadi beban pikiran begini, harus minum arak begini?”
Aku muntah sampai air mata sudah keluar, saat ini beberapa air mata ditengah mata ini tidak tahu adalah fisiologi atau perasaan batin, bagaimana pun juga bercampur aduk menjadi satu, aku membawa bau alkohol menyampingkan wajah melihat Refaldy Yin, berkata: “aku sangat senang, orang senang baru bisa makan dan minum, benar kan!”
Refaldy Yin diam, mengerutkan alis tidak mengerti melihat aku.
Didalam mata dia, aku kira-kira adalah wanita seperti teka-teki, kelihatan seperti lemah lembut, malah blak-blakan, juga bisa berbuat kurang ajar begini, gila akibat mabuk.
“Aku barusan sudah menelepon Jonathan Yi, dia sebentar akan kemari.” Refaldy Yin melihat suasana hati aku lebih tenang kemudian, tiba-tiba berkata perkataan ini, benar-benar mengagetkan aku sebentar.
Aku segera berdiri, dengan gelisah berjalan masuk dalam restoran kemudian, melihat sekitar sebentar, kemudian membalikan badan berlari keluar lagi, bersiap-siap naik mobil, malah ditahan oleh Refaldy Yin.
“Kamu sedang melakukan apa?”
“Kabur lah, apakah kamu tidak ada mata melihat?” aku harus buru-buru pergi, rupa minum arak seperti sekarang ini diketahui oleh Jonathan, malam hari akan dimarah.
Masih bersama dengan marga Yin, ada mulut juga tidak bisa menjelaskan jelas.
“Kamu sedang takut apa?” Refaldy Yin tidak mengerti menarik aku, tidak membiarkan aku naik mobil.
“Lepaskan tangan, bertarik-tarik begini, apa bisa dilihat?” aku dengan serius melototi dia langsung berkata, melihat dia tidak melepaskan tangan, aku menggunakan sekuat tenaga ingin mendorong dia pergi, malah tidak kepikiran dia menarik aku, pintu mobil sudah ditutup oleh dia.
Aku ditarik dia sampai ke samping kursi, ditekan dia duduk, dia sedikit berjongkok dihadapan aku, melihat aku, berkata: “diantara suami istri ada masalah apa berkata terus terang sudah bisa, aku pada awalnya mengira diri sendiri menemani kamu sudah bisa membuat kamu lebih lega, tetapi melihat kamu semakin minum semakin banyak, aku hanya bisa menyuruh Jonathan Yi kemari.”
Aku berdiam menurunkan sepasang mata, dulu pada saat baru lulus kuliah, sangat hebat minum arak, tidak tahu adalah karena setelah melahirkan anak kemudian daya tahan tubuh menurun, atau sudah terlalu lama tidak minum, sekarang kepala ada sedikit pusing, jelas-jelas cuaca sangat dingin, tetapi sepasang pipi aku malah sangat panas.
Aku tahu diri sendiri minum tidak sedikit, tetapi masih termasuk sadar.
“Refaldy Yin, apakah tahu, kalian lelaki selamanya tidak mengerti keperluan wanita apa?” aku membawa hawa mabuk sedikit ketawa, dalam mata penuh dengan airmata yang bersinar.
Jonathan selalu menyembunyikan aku melakukan banyak hal, aku mengira aku asalkan menjadi wanita disamping dia sudah cukup, menunggu hanya ada balasan, tetapi hari ini perkataan terakhir Vivian itu benar-benar sudah melukai aku.
Dia tidak salah bilang, menunggu didalam rumah menjadi ibu rumah tangga yang baik sampai akhirnya akan berubah menjadi wanita suka mengeluh, akhirnya nasib aku adalah dibuangkan oleh Jonathan.
Dia meskipun benci, tetapi perkataan ini bilangnya sangat masuk akal, bilang seluruh hati aku gelisah.
Aku menarik nafas dengan panjang, dengan sengsara melihat Refaldy Yin, melanjutkan berkata: “permintaan aku tidak banyak, ekonomi bisa mandiri, tidak mengandalkan lelaki, juga bisa bekerja, juga bisa mengurus rumah, seluruh bagian berkembang.”
“Tetapi kamu bukan superman.” Refaldy dengan bercanda ketawa.
Aku menggelengkan kepala, “tidak benar, meskipun adalah superman sampai keluarga Yi, juga akan berubah menjadi orang yang tidak berguna.”
“Mengapa berkata begini?” Refaldy Yin tidak mengerti.
“Hidup yang terlalu nyaman akan membuat superman menjadi gendut, kelak tidak bisa terbang.” Aku hehe ketawa, aku bangga dengan kekanak-kanakan diri sendiri.
Refaldy Yin mendengar, juga tidak tahan ketawa, “otak kamu penuh dengan pikiran yang aneh-aneh.”
Saat ini, tempat tidak jauh tiba-tiba menyebar suara mobil membuat aku dan Refaldy Yin tidak janjian melihat kearah sana, adalah mobil Jonathan, dia turun dari atas mobil, langsung berjalan kearah kita.
Refaldy Yin bangun, maju kedepan, menjelaskan sebentar dengan Jonathan kondisi barusan.
Jonathan tidak bicara, berjalan sampai hadapan aku, setengah berjongkok, tangan besar yang hangat memegang wajah aku, dengan pelan-pelan mencolek, bertanya: “sudah mabuk?”
Aku menggelengkan kepala, menjawab: “tidak mabuk, aku masih bisa menyetir mobil pulang, menyetir terbang juga bisa.”
“Mengapa minum arak?” suara Jonathan sangat rendah, tidak seperti Refaldy Yin begitu pelan, tidak tahu mengapa, pada saat ini suara dia, jelas-jelas adalah perhatian, kedengaran malah seperti sedang bertanya.
“Senang makanya minum.” Aku melanggar hati menjawab, kemudian menelan air ludah, menahan badan berdiri, berkata: “aku tidak mabuk, tidak percaya?”
Demi dihadapan Jonathan membuktikan diri sendiri tidak mabuk, aku mendorong dia pergi, menganggap jalan raya menjadi panggung T, langsung berjalan langkah kucing, berjalan sampai tujuan dengan kebiasaan menunjukkan sebuah POSE kemudian saat membalikkan badan, melempar rambut sebentar, kemudian kembali berjalan sampai hadapan Jonathan, bertanya: “Ganteng tidak?”
“Sudah mabuk.” Jonathan membalikkan aku dua kata, “naik mobil, aku antar kamu pulang.”
“Aku sudah bilang aku tidak mabuk, kamu mengapa tidak percaya?” suasana hati aku ada sedikit tidak bisa kontrol, dalam otak penuh adalah persembunyian Jonathan, aku langsung mendorong Jonathan pergi, sendiri naik mobil diri sendiri.
Jonathan mengikuti kemari, memukul pintu mobil, memanggil: “Christine Mo, kamu segera turun mobil untuk aku.”
Aku menyamping melihat Jonathan, pada dasarnya aku yang sudah menyalakan mesin mobil, dengan diam-diam melihat dia diluar kaca dengan gelisah memukul, memanggil, aku mengangkat ujung mulut sedikit ketawa.
Jonathan tetap adalah memperhatikan aku, aku mungkin benar-benar sudah mabuk, baru minum beberapa botol langsung mulai gila mabuk.
Pada saat aku menutup mata, pintu sisi lain juga diketuk, aku sedikit menutup mata melihat sebentar, adalah Refaldy Yin, dia juga sedang memanggil.
Aku sudah aneh, mobil aku juga tidak menyetir pergi, mereka semua sedang gelisah apa?
Mereka mengira aku akan minum arak kemudian menyetir mobil? Aku tidak begitu bodoh, sampai saat itu dihalang polisi, sudah langsung masuk penjara.
Aku mencabut kunci mobil, kepala berat kaki ringan bersandar diatas tempat duduk mobil, tangan kiri membuka pintu mobil, Jonathan segera menggendong aku keluar, kemudian langsung memasuki dalam mobil dia.
Aku sangat lelah, langsung begini diantar Jonathan kembali keluarga Yi.
Seluruh badan aku penuh bau arak, pada saat digendong ke lantai atas oleh Jonathan, aku sekilas mendengar ibu mertua sedang memarah aku apa hantu pemabuk atau apa.
Jonathan dengan pelan-pelan menaruh aku diatas kasur yang hangat, pada saat selimut ditarik, pada saat dia bersiap-siap pergi meninggalkan, aku menarik tangan dia, membawa suara tersedu-sedan bertanya: “Jonathan, apakah kamu akan melepaskan aku?”
“Sedang bicara perkataan bodoh apa lagi?” Jonathan mengerutkan alis sebentar, berkata: “aku membuat sedikit air untuk aku cuci muka.”
“Bukan berkata bodoh?” aku memanfaatkan saat mabuk, dengan benggong melihat dia, “kamu semakin lama sudah semakin unggul, dan aku malah semakin lama semakin tidak maju, cepat atau lambat suatu hari, kamu akan melepaskan aku.”
“Sudah salah makan obat?” Jonathan duduk disamping kasur, tangan besar memegang wajah aku, merapikan rambut aku.
Aku dengan sekuat tenaga bangun, memeluk dia, berkata: “aku tidak ada perasaan aman, suatu hari jika kamu sudah melepaskan aku, aku apapun sudah tidak ada.”
“Jika begini, aku menggantikan semua harta dibawah nama aku menjadi nama kamu, aku sekali pergi meninggalkan kamu langsung menjadi miskin, dengan begini kamu apakah langsung ada perasaan aman?” Perkataan Jonathan baru selesai, aku dengan pelan-pelan mendorong dia.
Aku melihat dia seperti senyum juga seperti tidak senyum, bertanya sekali lagi: “kamu tidak masalah kan? Kamu hari ini sudah salah makan obat?”
Novel Terkait
Pergilah Suamiku
DanisAdieu
Shi QiKing Of Red Sea
Hideo TakashiMy Charming Lady Boss
AndikaCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanPredestined
CarlyKisah Si Dewa Perang
Daron JayMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)