Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 41 Menahan Ejekan

"Om Indra membawa dia kemari untuk membicarakan tanggal tunangan." Aku terdiam mendengar kata-kata Jonathan sambil memandang langit-langit,

"Jadi menurutmu, aku harus bagaimana?" tanyaku kepada Jonathan. Dia berbalik dan memelukku.

"Masalah itu, kamu pasti bisa mengurusnya sendiri." katanya. Aku memeluknya erat, memandangi wajahnya yang tampan.

"Rupanya, kamu sudah semakin hebat." Lanjutnya lagi lalu mencium bibirku.

Aku menatapnya dengan ekspresi serius, tetapi kemudian dia tersenyum dan mencubit kecil pipiku.

"Jonathan, hari ini aku menghubungi agensiku yang dulu, dia berjanji akan mengizinkanku kembali ke sana dan melanjutkan karirku sebagai model, besok aku akan pergi ke sana." Makanan-makanan di meja sudah kusiapkan untuk menyenangkan hati Jonathan, supaya dia setuju mengizinkanku mencari uang, tetapi reaksi yang kutunggu-tunggu tidak juga datang.

Jonathan seketika terdiam dan memandangi langit-langit. Aku bisa melihat dari ekspresi wajahnya, Jonathan pasti tidak senang dengan kata-kataku.

Aku mengerti, waktu itu aku pernah bilang padanya ingin menjadi model, dia setuju saja waktu itu, karena dia pikir aku tidak serius.

"Kamu marah, ya?" Tanyaku sembari menatap wajahnya.

Jonathan tidak mengatakan apa-apa, aku mendekatinya, merentangkan tangan dan pahaku, aku duduk di atasnya, mengelus wajahnya dengan tanganku.

"Kamu betul-betul marah?" Bisikku dengan lembut.

"Tidak." Jonathan pasti marah, dia hanya tidak mau mengakuinya.

"Tunjukkan dong kalau kamu benar tidak marah." kataku.

Jonathan menatapku lekat-lekat, dia mendekati wajahku:

"Bagaimana caranya?"

"Terserah, lakukan saja apa yang ada di pikiranmu!" Wajahku memerah saat mengatakannya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menjadi buas." kata Jonathan. Senyum jahat mengembang di wajahnya, dia terlihat sangat puas. Dalam sekejap, dia menarikku dan kita berdua berada di bawah selimut.

Pagi harinya, Jonathan bangun lebih dulu dariku. Dia bergerak dengan perlahan dan hati-hati supaya tidak membangunkanku. Meskipun pada akhirnya, aku terbangun juga. Aku menggosok kedua mataku dan melihat ke arah jendela, sepertinya masih subuh.

"Emm.. Kenapa pagi sekali bangunnya? Aku rebus bubur dulu ya, kamu mau yang kental atau encer?" tanyaku sembari beranjak dari tempat tidur.

"Tidak perlu, kamu masih mengantuk, kan? Tidur saja dulu." tangan Jonathan menyeka rambutku, aku mengangguk. Sebenarnya, aku memang mengantuk sekali. Kurang tidur semalam.

Kehangatan dan kenyaman dari tempat tidur memang tidak ada duanya, tidak butuh waktu lama sampai aku terlelap. Saat aku terbangun, hanya ada aku seorang di kamar.

Aku merebus oatmeal, memakannya sedikit, dan pergi keluar rumah.

Aku sudah membuat janji untuk pergi ke Rainbow Entertainment, agensi tempatku bekerja dulu. Aku tidak boleh terlambat. Setelah tiga tahun, akhirnya aku kembali ke tempat ini. Semuanya masih sama seperti dulu, hanya satpam dan customer service saja yang berbeda.

Lorong lobby dipenuhi oleh foto-foto wajah baru yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku menunggu di lobby dan menelpon Kak Dewi, dia menyuruhku untuk langsung naik ke lantai 21.

Ruangan kantor Kak Dewi masih sama seperti sebelumnya. Sesampainya di pintu masuk, jantungku berdebar cepat. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

"Masuk." sahut Kak Dewi dari dalam.

Aku membuka pintu, Kak Dewi memandangiku dengan dingin lalu berbalik dan melihat ke arah luar jendela, riasannya terlihat sangat tebal.

"Manusia itu ya, harus berdiri tegak untuk melihat ke depan." Ujar Kak Dewi.

Da berjalan mendekatiku lalu melihatku dari ujung kepala sampai kaki dan menarik jaket yang kukenakan.

"Ya ampun, baru tiga tahun tidak berjumpa, seleramu sudah jatuh ke tingkat seperti ini?" Ucapnya mencemoohku.

"Tanpa bimbingan dari Kak Dewi, aku tidak akan pernah bisa berurusan dengan fashion." Jawabku seadanya. Aku merasa canggung dengan pertanyaan Kak Dewi.

"Itu tahu sendiri. Tanpa bimbinganku, kamu tidak akan bisa berdiri tegak, melihat jauh." katanya sembari mencubit wajahku.

Aku hanya bisa pasrah saat Kak Dewi mencubit wajahku.

"Tahu tidak? Alasanku memanggilmu kesini?" Tanya Kak Dewi sembari melepaskan tangannya dari wajahku.

"Tidak tahu."

"Kamu ini sudah terkenal. Menolak pernikahan dari keluarga Sudirman? Gila. Siapa yang bisa menolak harta berlimpah keluarga Sudirman? Mumpung lagi panas-panasnya ya, kamu pasti bisa terkenal." Ujar Kak Dewi sembari tersenyum.

"Kak Dewi, aku sungguh-sungguh ingin menggunakan kemampuanku sendiri untuk menjadi model, berjalan di cat walk, menjadi model iklan. Aku tidak ingin mengambil keuntungan dari keluarga Sudirman." Jawabku.

Ekspresi Kak Dewi berubah dingin.

"Hah! Kemampuan apanya? Lucu sekali. Setelah tiga tahun menikah, kamu jadi bodoh ya!"

Aku hanya menundukkan kepala, tidak mengatakan apa-apa.

"Eh, di jaman sekarang ya, harus cari sensasi dulu baru bisa terkenal, dapat banyak uang! Sekarang persaingan sudah semakin ketat, tahu? Yang lebih muda darimu, lebih cantik, lebih mulus, banyak yang mau terkenal. Semuanya antri lewatku!" Tambah Kak Dewi. Aku merasa tersindir dengan kata-katanya.

Kak Dewi maju mendekatiku dan dengan keras mencubit pinggangku sembari menggelengkan kepalanya.

"Dalam tiga tahun sudah menjadi segemuk ini? Ini pinggang apa bukan? Lemak sudah kendur begini? Masih berani naik panggung?" Cemooh Kak Dewi bertubi-tubi menghantamku.

Tubuh yang cukup kubanggakan ini...... ternyata diserang juga. Kepercayaan diriku hilang dalam sekejap.

Aku mencubit pinggangku sendiri, terasa langsing. Kenapa Kak Dewi bicara seakan-akan tubuhku buruk sekali.

"Cepat naik timbangan, aku mau lihat berapa berat badanmu."

Aku dengan cepat menuruti Kak Dewi dan naik ke atas timbangan.

"Ya Tuhan, 48 kg?! Gemuk sekali! Kuberi waktu satu bulan deh! Cepat kuruskan badanmu, baru nanti kuijinkan naik panggung." kata Kak Dewi, menatapku tajam.

Dari awal sampai akhir, aku hanya mendengar Kak Dewi terus-terusan mencemoohku. Tinggiku lebih dari 170cm, berat 48 kg gemuk?

Aku tahu, Kak Dewi pasti sengaja. Dia ingin mengetes kemampuanku dan melihat apakah aku sungguh-sungguh.

Satu hal lagi, Kak Dewi pasti sangat kesal ketika aku bersikeras untuk menikah. Makanya sekarang dia mengejekku sampai seperti ini. Yah, tidak heran.

Waktu itu, dia berusaha membujukku, tetapi pada akhirnya, aku membuatnya kecewa.

"Baiklah, Kak." jawabku tanpa rasa percaya diri.

Raut wajah Kak Dewi melembut, tidak ada aura kesombongan seperti sebelumnya. Dia menatapku dengan sedih.

"Christine, aku benar-benar kasihan melihatmu."

Aku tidak menjawabnya.

"Model yang dulu cantik dan percaya diri, selalu tersorot kamera, sekarang menjadi perempuan suram seperti ini... Apa yang harus kulakukan denganmu?" Kak Dewi memelukku erat.

Aroma parfum yang menggoda tercium dari badannya, dia menepuk-nepuk punggungku. Saat itu, aku mengerti, Kak Dewi belum berubah. Bicaranya memang kasar, tetapi hatinya baik dan lembut.

Semua kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulutnya, hanya pelampiasan kekesalannya semata.

"Kak, aku berhutang 1 Milyar dengan orang lain. Oleh karena itu aku harus bekerja." Setelah aku mengatakan hal ini, Kak Dewi melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh. Dia terlihat bingung.

"Kamu berhutang 1 Milyar, masih menolak pinangan keluarga Sudirman?" Kak Dewi tidak habis pikir. Seorang perempuan terjerat hutang dan tidak mampu membayarnya, kenapa tidak mencari suami kaya raya saja? Ini cara yang paling mudah.

"Kak Dewi juga sudah mengenalku, aku bukan orang seperti itu." kataku sambil menunduk.

"Betul! Kenapa harus mengandalkan laki-laki untuk menghasilkan uang? Cuma 1 Milyar, kan? Aku ada uang, pinjam saja dulu." Balas Kak Dewi. Nada suaranya terdengar tajam.

"Benar, Kak?" Tanyaku tidak percaya.

"Tentu saja. Tapi, kamu harus bekerja keras, ganti uangku. Aku tidak mau rugi lho! Selamat datang kembali, Christine." Kak Dewi tersenyum dan memberiku sebuah pelukan.

"Terima kasih, Kak Dewi!" Kataku. Aku merasa sangat berterima kasih kepada Kak Dewi.

Dengan lancar, aku mendapatkan pinjaman uang dari Kak Dewi. Setelah menerima cek tunai, aku menelepon Cynthia untuk bertemu dan membayar hutangku.

Kami bertemu di cafe, Cynthia menatapku sinis sembari menyilangkan kedua tangannya, dia berkata:

"Kamu menolak Yoga dan membuat orang tuanya malu sekali."

Aku menyerahkan cek tunai dan kartu bank ke hadapan Cynthia.

"Ini 2 MIlyar. Silahkan diperiksa." Kataku.

"Kamu pikir, dengan membayar hutangmu semua masalah akan terselesaikan?" Ujar Cynthia dengan tajam.

"Uang 1 Milyar ini adalah gajiku sebagai model. Dan kartu ini... kamu yang memberikannya kepadaku. Saldo di dalamnya masih utuh, tidak kupakai sama sekali."

"Kamu jadi model lagi? Tentu saja, perempuan macam kamu memang cocok melakukan pekerjaan seperti itu. Selama kamu berani difoto, berani buka-bukaan, uangmu pasti banyak!" Lanjut Cynthia dengan sinis.

"Nona Cynthia lahir dari keluarga kaya raya, dari lahir sudah tidak perlu khawatir kekurangan suatu apapun. Tidak sepertiku, semua harus kulakukan sendiri. Belum lagi dengan kakak yang seperti itu. Kuharap, dengan kukembalikannya uang 2 Milyar ini, kamu jangan pernah lagi mengganggu keluargaku. Bisa?" Aku memandang Cynthia dengan tatapan kosong.

"Bisa, selama kamu jauh-jauh dari Jonathan. Aku tidak akan mengganggumu lagi." Jawab Cynthia dengan sinis.

"Kalau......" Belum selesai aku bicara, Cynthia sudah memotong.

"Kalau lain kali kamu tidak menepati janji, aku tidak akan segan-segan lagi!" Ancam Cynthia, sorot matanya menyeramkan bagaikan serigala.

Aku menatapnya, diam.

Tiba-tiba, ponsel Cynthia berdering, Dia melirik santai ke ponselnya, seketika dia menjadi pucat pasi, dia terlihat panik dan langsung mematikan telepon itu.

Aku memandangnya dengan curiga. Cynthia bahkan tidak takut kepada dewa, lantas mengapa panggilan telepon ini membuatnya begitu ketakutan?

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu