Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 41 Menahan Ejekan
"Om Indra membawa dia kemari untuk membicarakan tanggal tunangan." Aku terdiam mendengar kata-kata Jonathan sambil memandang langit-langit,
"Jadi menurutmu, aku harus bagaimana?" tanyaku kepada Jonathan. Dia berbalik dan memelukku.
"Masalah itu, kamu pasti bisa mengurusnya sendiri." katanya. Aku memeluknya erat, memandangi wajahnya yang tampan.
"Rupanya, kamu sudah semakin hebat." Lanjutnya lagi lalu mencium bibirku.
Aku menatapnya dengan ekspresi serius, tetapi kemudian dia tersenyum dan mencubit kecil pipiku.
"Jonathan, hari ini aku menghubungi agensiku yang dulu, dia berjanji akan mengizinkanku kembali ke sana dan melanjutkan karirku sebagai model, besok aku akan pergi ke sana." Makanan-makanan di meja sudah kusiapkan untuk menyenangkan hati Jonathan, supaya dia setuju mengizinkanku mencari uang, tetapi reaksi yang kutunggu-tunggu tidak juga datang.
Jonathan seketika terdiam dan memandangi langit-langit. Aku bisa melihat dari ekspresi wajahnya, Jonathan pasti tidak senang dengan kata-kataku.
Aku mengerti, waktu itu aku pernah bilang padanya ingin menjadi model, dia setuju saja waktu itu, karena dia pikir aku tidak serius.
"Kamu marah, ya?" Tanyaku sembari menatap wajahnya.
Jonathan tidak mengatakan apa-apa, aku mendekatinya, merentangkan tangan dan pahaku, aku duduk di atasnya, mengelus wajahnya dengan tanganku.
"Kamu betul-betul marah?" Bisikku dengan lembut.
"Tidak." Jonathan pasti marah, dia hanya tidak mau mengakuinya.
"Tunjukkan dong kalau kamu benar tidak marah." kataku.
Jonathan menatapku lekat-lekat, dia mendekati wajahku:
"Bagaimana caranya?"
"Terserah, lakukan saja apa yang ada di pikiranmu!" Wajahku memerah saat mengatakannya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menjadi buas." kata Jonathan. Senyum jahat mengembang di wajahnya, dia terlihat sangat puas. Dalam sekejap, dia menarikku dan kita berdua berada di bawah selimut.
Pagi harinya, Jonathan bangun lebih dulu dariku. Dia bergerak dengan perlahan dan hati-hati supaya tidak membangunkanku. Meskipun pada akhirnya, aku terbangun juga. Aku menggosok kedua mataku dan melihat ke arah jendela, sepertinya masih subuh.
"Emm.. Kenapa pagi sekali bangunnya? Aku rebus bubur dulu ya, kamu mau yang kental atau encer?" tanyaku sembari beranjak dari tempat tidur.
"Tidak perlu, kamu masih mengantuk, kan? Tidur saja dulu." tangan Jonathan menyeka rambutku, aku mengangguk. Sebenarnya, aku memang mengantuk sekali. Kurang tidur semalam.
Kehangatan dan kenyaman dari tempat tidur memang tidak ada duanya, tidak butuh waktu lama sampai aku terlelap. Saat aku terbangun, hanya ada aku seorang di kamar.
Aku merebus oatmeal, memakannya sedikit, dan pergi keluar rumah.
Aku sudah membuat janji untuk pergi ke Rainbow Entertainment, agensi tempatku bekerja dulu. Aku tidak boleh terlambat. Setelah tiga tahun, akhirnya aku kembali ke tempat ini. Semuanya masih sama seperti dulu, hanya satpam dan customer service saja yang berbeda.
Lorong lobby dipenuhi oleh foto-foto wajah baru yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku menunggu di lobby dan menelpon Kak Dewi, dia menyuruhku untuk langsung naik ke lantai 21.
Ruangan kantor Kak Dewi masih sama seperti sebelumnya. Sesampainya di pintu masuk, jantungku berdebar cepat. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
"Masuk." sahut Kak Dewi dari dalam.
Aku membuka pintu, Kak Dewi memandangiku dengan dingin lalu berbalik dan melihat ke arah luar jendela, riasannya terlihat sangat tebal.
"Manusia itu ya, harus berdiri tegak untuk melihat ke depan." Ujar Kak Dewi.
Da berjalan mendekatiku lalu melihatku dari ujung kepala sampai kaki dan menarik jaket yang kukenakan.
"Ya ampun, baru tiga tahun tidak berjumpa, seleramu sudah jatuh ke tingkat seperti ini?" Ucapnya mencemoohku.
"Tanpa bimbingan dari Kak Dewi, aku tidak akan pernah bisa berurusan dengan fashion." Jawabku seadanya. Aku merasa canggung dengan pertanyaan Kak Dewi.
"Itu tahu sendiri. Tanpa bimbinganku, kamu tidak akan bisa berdiri tegak, melihat jauh." katanya sembari mencubit wajahku.
Aku hanya bisa pasrah saat Kak Dewi mencubit wajahku.
"Tahu tidak? Alasanku memanggilmu kesini?" Tanya Kak Dewi sembari melepaskan tangannya dari wajahku.
"Tidak tahu."
"Kamu ini sudah terkenal. Menolak pernikahan dari keluarga Sudirman? Gila. Siapa yang bisa menolak harta berlimpah keluarga Sudirman? Mumpung lagi panas-panasnya ya, kamu pasti bisa terkenal." Ujar Kak Dewi sembari tersenyum.
"Kak Dewi, aku sungguh-sungguh ingin menggunakan kemampuanku sendiri untuk menjadi model, berjalan di cat walk, menjadi model iklan. Aku tidak ingin mengambil keuntungan dari keluarga Sudirman." Jawabku.
Ekspresi Kak Dewi berubah dingin.
"Hah! Kemampuan apanya? Lucu sekali. Setelah tiga tahun menikah, kamu jadi bodoh ya!"
Aku hanya menundukkan kepala, tidak mengatakan apa-apa.
"Eh, di jaman sekarang ya, harus cari sensasi dulu baru bisa terkenal, dapat banyak uang! Sekarang persaingan sudah semakin ketat, tahu? Yang lebih muda darimu, lebih cantik, lebih mulus, banyak yang mau terkenal. Semuanya antri lewatku!" Tambah Kak Dewi. Aku merasa tersindir dengan kata-katanya.
Kak Dewi maju mendekatiku dan dengan keras mencubit pinggangku sembari menggelengkan kepalanya.
"Dalam tiga tahun sudah menjadi segemuk ini? Ini pinggang apa bukan? Lemak sudah kendur begini? Masih berani naik panggung?" Cemooh Kak Dewi bertubi-tubi menghantamku.
Tubuh yang cukup kubanggakan ini...... ternyata diserang juga. Kepercayaan diriku hilang dalam sekejap.
Aku mencubit pinggangku sendiri, terasa langsing. Kenapa Kak Dewi bicara seakan-akan tubuhku buruk sekali.
"Cepat naik timbangan, aku mau lihat berapa berat badanmu."
Aku dengan cepat menuruti Kak Dewi dan naik ke atas timbangan.
"Ya Tuhan, 48 kg?! Gemuk sekali! Kuberi waktu satu bulan deh! Cepat kuruskan badanmu, baru nanti kuijinkan naik panggung." kata Kak Dewi, menatapku tajam.
Dari awal sampai akhir, aku hanya mendengar Kak Dewi terus-terusan mencemoohku. Tinggiku lebih dari 170cm, berat 48 kg gemuk?
Aku tahu, Kak Dewi pasti sengaja. Dia ingin mengetes kemampuanku dan melihat apakah aku sungguh-sungguh.
Satu hal lagi, Kak Dewi pasti sangat kesal ketika aku bersikeras untuk menikah. Makanya sekarang dia mengejekku sampai seperti ini. Yah, tidak heran.
Waktu itu, dia berusaha membujukku, tetapi pada akhirnya, aku membuatnya kecewa.
"Baiklah, Kak." jawabku tanpa rasa percaya diri.
Raut wajah Kak Dewi melembut, tidak ada aura kesombongan seperti sebelumnya. Dia menatapku dengan sedih.
"Christine, aku benar-benar kasihan melihatmu."
Aku tidak menjawabnya.
"Model yang dulu cantik dan percaya diri, selalu tersorot kamera, sekarang menjadi perempuan suram seperti ini... Apa yang harus kulakukan denganmu?" Kak Dewi memelukku erat.
Aroma parfum yang menggoda tercium dari badannya, dia menepuk-nepuk punggungku. Saat itu, aku mengerti, Kak Dewi belum berubah. Bicaranya memang kasar, tetapi hatinya baik dan lembut.
Semua kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulutnya, hanya pelampiasan kekesalannya semata.
"Kak, aku berhutang 1 Milyar dengan orang lain. Oleh karena itu aku harus bekerja." Setelah aku mengatakan hal ini, Kak Dewi melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh. Dia terlihat bingung.
"Kamu berhutang 1 Milyar, masih menolak pinangan keluarga Sudirman?" Kak Dewi tidak habis pikir. Seorang perempuan terjerat hutang dan tidak mampu membayarnya, kenapa tidak mencari suami kaya raya saja? Ini cara yang paling mudah.
"Kak Dewi juga sudah mengenalku, aku bukan orang seperti itu." kataku sambil menunduk.
"Betul! Kenapa harus mengandalkan laki-laki untuk menghasilkan uang? Cuma 1 Milyar, kan? Aku ada uang, pinjam saja dulu." Balas Kak Dewi. Nada suaranya terdengar tajam.
"Benar, Kak?" Tanyaku tidak percaya.
"Tentu saja. Tapi, kamu harus bekerja keras, ganti uangku. Aku tidak mau rugi lho! Selamat datang kembali, Christine." Kak Dewi tersenyum dan memberiku sebuah pelukan.
"Terima kasih, Kak Dewi!" Kataku. Aku merasa sangat berterima kasih kepada Kak Dewi.
Dengan lancar, aku mendapatkan pinjaman uang dari Kak Dewi. Setelah menerima cek tunai, aku menelepon Cynthia untuk bertemu dan membayar hutangku.
Kami bertemu di cafe, Cynthia menatapku sinis sembari menyilangkan kedua tangannya, dia berkata:
"Kamu menolak Yoga dan membuat orang tuanya malu sekali."
Aku menyerahkan cek tunai dan kartu bank ke hadapan Cynthia.
"Ini 2 MIlyar. Silahkan diperiksa." Kataku.
"Kamu pikir, dengan membayar hutangmu semua masalah akan terselesaikan?" Ujar Cynthia dengan tajam.
"Uang 1 Milyar ini adalah gajiku sebagai model. Dan kartu ini... kamu yang memberikannya kepadaku. Saldo di dalamnya masih utuh, tidak kupakai sama sekali."
"Kamu jadi model lagi? Tentu saja, perempuan macam kamu memang cocok melakukan pekerjaan seperti itu. Selama kamu berani difoto, berani buka-bukaan, uangmu pasti banyak!" Lanjut Cynthia dengan sinis.
"Nona Cynthia lahir dari keluarga kaya raya, dari lahir sudah tidak perlu khawatir kekurangan suatu apapun. Tidak sepertiku, semua harus kulakukan sendiri. Belum lagi dengan kakak yang seperti itu. Kuharap, dengan kukembalikannya uang 2 Milyar ini, kamu jangan pernah lagi mengganggu keluargaku. Bisa?" Aku memandang Cynthia dengan tatapan kosong.
"Bisa, selama kamu jauh-jauh dari Jonathan. Aku tidak akan mengganggumu lagi." Jawab Cynthia dengan sinis.
"Kalau......" Belum selesai aku bicara, Cynthia sudah memotong.
"Kalau lain kali kamu tidak menepati janji, aku tidak akan segan-segan lagi!" Ancam Cynthia, sorot matanya menyeramkan bagaikan serigala.
Aku menatapnya, diam.
Tiba-tiba, ponsel Cynthia berdering, Dia melirik santai ke ponselnya, seketika dia menjadi pucat pasi, dia terlihat panik dan langsung mematikan telepon itu.
Aku memandangnya dengan curiga. Cynthia bahkan tidak takut kepada dewa, lantas mengapa panggilan telepon ini membuatnya begitu ketakutan?
Novel Terkait
Demanding Husband
MarshallCinta Seorang CEO Arogan
MedellineCutie Mom
AlexiaMy Superhero
JessiHanya Kamu Hidupku
RenataDiamond Lover
LenaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)