Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
"Benar, aku salah makan obat." Setelah menjawab dengan penuh kemarahan, aku menunjuk ke arah pintu, berkata tajam: "Penyakitku ini tidak ringan, perempuan yang makan terlalu banyak obat ini sekarang menyuruhmu keluar."
"Ulangi sekali lagi?" Jonathan berkata dengan suara kecil sambil memelototiku.
"Mohon kamu......" Aku belum selesai bicara, Bibi Cheng mengerang kesakitan dan berkata: "Nona Mo, jangan bertengkar dengan Direktur Yi dan merusak hubungan kalian demi orang tua penyakitan ini, tidak pantas."
Begitu mendengar perkataan yang penuh kesedihan seperti ini, seluruh hatiku terasa tidak nyaman seperti diremas oleh seseorang.
Aku menunduk tidak berbicara, aku mengasihani perempuan di depanku ini, melihat putra kandungnya namun harus berpura-pura menjadi orang asing, bahkan mengatai diri sendiri sampai seperti itu.
Kebanyakan kesedihan di kehidupan ini terbentuk seperti itu, sendiri berpikir berbuat demi kebaikan orang lain, tapi kenyataannya hanya melukai kedua belah pihak.
Jonathan melirik Bibi Cheng yang ada di kasur, tidak berbicara, namun tangan besarnya tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku dan menarikku keluar, kemudian mendorongku masuk ke kamar tamu tempat dia tidur sekarang dan menutup pintu dengan keras.
Aku menatap mata tajamnya, keberanianku yang baru saja ada seketika menghilang, aku diam-diam menelan ludah, dengan hati-hati melangkah mundur, bertanya ketakutan: "Kamu mau ngapain?"
"Sana berdiri di depan dinding, setelah selesai berpikir bagaimana menjelaskan kejadian malam ini baru boleh tidur." kemudian, Jonathan melewati sisiku dan naik kasur untuk tidur.
Hukuman berdiri menghadap dinding?
Aku berpaling melihat Jonathan yang menutup mata dengan tatapan kaget, dia bisa-bisanya menggunakan cara seperti ini untuk menghukumku atas perbuatanku yang tadi?
Aku kenapa tidak mengontrol emosiku sendiri, pada dasarnya malam ini sudah cukup menggelisahkan, sekarang aku bahkan membuat hubungan antara aku dan Jonathan yang mulai membaik seketika dingin kembali.
Aku sekarang lagi-lagi merasa haus.
Aku melihat Jonathan dengan wajah kasihan, bersiul dengan suara kecil, kemudian memanggil: "Tuan Yi, sudah tidur?"
Dia tidak bersuara, berpura-pura tidur dengan sangat nyenyak.
Baru beberapa detik, dia pasti belum tidur, dia sengaja.
"Tuan Yi, aku haus, boleh........" aku ingin turun minum, ini adalah hal besar, belum selesai bicara, Jonathan tiba-tiba berkata, "Minum air liurmu sendiri."
Aku membeku, mengerutkan kening dan batuk-batuk, "Tidak bisa, tidak bisa, air liurku juga sudah kering, aku sudah mau mati, mati kehausan, kamu tidak boleh melihatku mati begitu saja."
Jonathan mungkin tidak tahan denganku, dia langsung membuka selimutnya dan bangun, kemudian duduk di tepi ranjang, memelototiku, berkata: "Terus berpura-pura."
Aku meluruskan tiga jari, dengan serius bersumpah: "Benar-benar haus, sangat haus, biarkan aku turun minum air, aku jamin setelah itu aku akan berdiri sampai besok, biar kamu tidak begitu marah lagi."
Jonathan tidak bersuara, kulihat kerutan di keningya sudah berkurang, berpikir dia setuju, aku pun tertawa ringan dan berkata: "Tuan Yi benar-benar tampan."
Aku pun berbalik bermaksud pergi, Jonathan datang dan menarikku, membalik badanku dan menunduk melihatku, jempolnya tiba-tiba menekan bibirku dan mengusapnya dengan ringan, kemudian bertanya: "Benar-benar haus?"
Aku melihatnya dengan bingung dan mengangguk, menjawab: "Haus setengah mati."
"Tunggu di dalam kamar." Dia tiba-tiba berkata, kemudian membuka pintu, keluar dan menutup pintu.
Ada apa ini?
Aku dengan bengong berdiri di dekat pintu, tidak lama kemudian, Jonathan kembali membawa gelas kaca, di dalam gelas ada air, kemudian dia menyerahkannya kepadaku, berkata: "Minumlah!"
Aku menatapi wajah Jonathan dengan terharu, memuji: "Tuan Yi, kamu......terlalu tampan." kemudian, akupun meminum air di dalam gelas sampai habis dan menyerahkan gelasnya kepada Jonathan, berkata: "Tambah lagi."
"Katakan! Ibu Refaldy Ying kenapa bisa pingsan di kamarmu, ada yang kamu sembunyikan dariku?" Jonathan tidak memedulikan permintaanku, dia bertanya dengan matanya menatap lurus padaku.
Aku menunduk, awalnya berpikir setelah tidur sebentar dia tidak akan menginterogasiku lagi, kelihatannya malam ini akan panjang.
"Kenapa, otakmu lagi-lagi berputar mencari alasan?" ejekan Jonathan membuatku merasa tidak nyaman.
Aku begitu ingin memberitahu Jonathan, perempuan yang tadi dia lihat dengan tatapan dingin sebenarnya adalah ibu kandungnya, tapi kata-kata ini malah tersangkut di tenggorokanku, sekian lama aku tidak bisa berbicara.
Mungkin karena menahan sekuat tenaga, mataku mulai basah, Jonathan membeku sejenak, berpikir pemaksaannya yang membuatku ingin menangis.
Dia pun maju dan mendekatiku, tangan besarnya mengelus sudut mataku dengan ringan, berkata: "Kenapa tiba-tiba menangis?"
"Perempuan dibuat dengan air, lelaki dibuat dengan tanah, ada perbedaan dari dasarnya." Aku cemberut, bisa-bisanya mengatakan hal yang tidak ada hubungannya sama sekali seperti ini.
Jonathan langsung tertawa begitu mendengar perkataanku, "Kamu kenapa tidak bilang lelaki dibuat dengan besi?"
"Aku awalnya ingin bilang begitu, tapi merasa tidak cocok." Aku tahu aku sudah berhasil mengalihkan perhatian Jonathan, selanjutnya harus menggunakan jurus lembut.
Aku diam-diam menyandarkan mukaku ke dada Jonathan, berkata lembut: "Jonathan, mulai hari ini kamu bilang apa aku pasti akan menurut, bagaimana?"
"Matahari sudah mau terbit dari barat." Jonathan mengejekku.
"Kalau begitu mulai hari ini aku bilang apa kamu menurut, dengan begitu matahari akan terbit dari timur." setelah aku menjawab dengan cepat, Jonathan mendorongku dengan ringan, menatapi wajah kecilku.
"Christine, ada hal yang kamu sembunyikan dariku? Kamu semakin asal ngomong, membuktikan ada sesuatu di hatimu." Jonathan memang adalah orang yang licik, aku terlalu meremehkannya.
"Tidak ada apa-apa di hatiku, terserah kamu mau percaya atau tidak." jurus lembut tidak berguna maka tidak pakai lagi. Pokoknya kejadian Bibi Cheng pingsan di kamarku sekarang menjadi sebuah kasus yang belum terpecahkan di hati Jonathan.
Tidak peduli bagaimana dia memaksaku, aku tidak akan memberitahunya.
Perempuan yang sudah hampir meninggal memberitahuku rahasia kehidupannya yang paling besar, bukan agar aku membeberkan rahasia ini ke semua orang, terlebih lagi ibu mertua juga menyuruhku membuat sumpah seperti itu, hal-hal tanpa wujud ini mengepungku.
"Melihatmu lebih memilih menghadapi dinding, maka aku tidak mengasihanimu lagi." Jonathan pun berbalik dan naik ke kasur, ketika tangannya menarik selimut, tiba-tiba dia melirikku dan berkata: "Mataku setiap saat memperhatikanmu."
"Mengerti." Aku menjawab kesal.
Sebenarnya apa yang salah dengan malam ini? Segala hal tidak lancar, hanya karena aku mendengar sebuah rahasia, jadi aku dihukum?
Jonathan sudah tidur, tidur menyamping.
Sedangkan aku, setelah berdiri lama, aku terus menerus menguap, aku ngantuk setengah mati. Setelah merasa benar-benar tidak tahan lagi, aku perlahan-lahan mendekati Jonathan, dengan ringan mendorong punggungnya, memanggil: "Tuan Yi? Jonathan? Cintaku?"
Setelah tidak ada reaksi darinya, aku menghela nafas lega, awalnya aku bermaksud kembali ke kamarku, tapi begitu teringat Bibi Cheng masih disana, Refaldy pasti juga disana menjaganya, aku pun tidak kembali lagi.
Aku lagi-lagi menguap, air mataku terus menerus mengalir, aku benar-benar tidak tahan lagi, aku dengan hati-hati naik ke kasur Jonathan, kemudian dengan ringan menarik sudut selimut untuk menutupi perutku.
Aku meringkut, memikirkan aku memiliki kasur besar tapi tidak bisa berbaring di sana, sekarang meringkuk di satu sudut dengan sangat kasihan, kelihatan begitu menyedihkan.
Tiba-tiba, pinggangku di tekan, dan punggungku langsung bersandar di tubuh Jonathan, aku dipeluk erat di pelukan yang hangat.
"Kamu belum tidur?" Aku bertanya kaget sambil memunggunginya.
"Sudah." Jonathan berbohong terang-terangan.
"Masih bisa berbohong?" Punggungku terasa hangat, tubuh Jonathan sangat panas, dia memberikan kehangatannya ke tubuhku, membuat hatiku merasa sangat hangat.
Aku pikir Jonathan akan membalasku lagi, tap aku malah mendengar suara nafasnya yang berat.
Bagaimana bisa terlelap begitu cepat? Tadi jelas-jelas masih berbicara, sekarang sudah tidur?
Aku tidak berani asal bergerak, takut membangunkannya, karena sudah terlalu ngantuk, aku pun perlahan-lahan menutup mata dan tertidur lelap.
Keesokan harinya, ketika aku bangun, Jonathan sudah pergi, sinar matahari bersinar masuk dari luar, sedang memperingatkanku bahwa aku tidur kesiangan.
Aku mengucek mataku, turun dari kasur dan meregangkan sendi-sendiku, baru saja bermaksud keluar, aku melihat secarik kertas di kasur, aku pun mengambilnya dan melihat.
'Semalam kamu mendengkur, mengejutkan langit dan bumi'
Aku mendengkur? Aku melihat tulisannya tanpa harapan hidup lagi, bahkan mempunyai keinginan mati, suara mendengkurku sekeras apa sampai bisa dideskripsikan dengan 4 kata ini.
Aku meremas kertas yang ditinggalkan Jonathan menjadi bola dan langsung membuangnya, kemudian membuka pintu, bermaksud kembali ke kamarku untuk mandi, baru saja masuk, aku pun bertabrakan dengan Refaldy yang bermaksud keluar.
Wajahnya serius, tidak ada senyuman yang biasanya ada di wajahnya, aku tahu ini karena dia khawatir dengan kondisi penyakit Bibi Cheng.
Aku tidak tahu harus bagaimana menghibur Refaldy, karena ada beberapa hal yang lebih baik tidak dikatakan, setelah dikatakan hanya bisa membuat kita merasa canggung.
Ketika aku masuk ke kamar, Bibi Cheng melambaikan tangannya dengan canggung menyuruhku kesana.
Aku mendekatinya dengan perlahan, sinar matahari membuat paras wajahnya sedikit lebih baik, tidak segelap kemarin malam, dia berkata dengan suara kecil: "Christine, maaf, semalam mengambil kasurmu, mengakibatkan kamu......"
"Jangan berkata seperti itu, denganku tidak usah sungkan." Aku menjawab sopan, sebagai seseorang yang lebih muda satu generasi, hanya merelakan kasur saja, bukanlah hal besar.
"Jonathan dia....." Bibi Cheng ingin bertanya keadaan Jonathan, namun berhenti, takut terlalu banyak bicara membuat hal semakin rumit.
"Aku dan Jonathan tidak apa-apa, kita sering seperti itu, bertengkar marah-marahan, tapi sebentar saja sudah baikan." Aku menghibur Bibi Cheng, ini adalah kenyataan, semalam meskipun bertengkar dengan Jonathan, tapi setelah aku tidak tahu malu naik ke kasurnya, kita otomatis sudah baikan.
"Baguslah kalau begitu." Bibi Cheng tertawa lega, "Nanti aku akan pergi dari rumah keluarga Yi."
"Mengapa?" begitu mendengar Bibi Cheng mau pergi, aku sangat kaget, dia bukannya bilang dia hanya punya waktu setengah bulan? Bahkan kurang dari setengah bulan, dan di sisa waktu ini, dia ingin menemani Jonathan, kenapa tiba-tiba mau pergi?
Karena perlakuan dingin Jonathan semalam?
"Melihat Jonathan sekarang hidup dengan baik, mempunyai istri sepertimu, juga memiliki 2 putri yang imut, aku masih tidak puas apa, apa yang dikatakan Kak Liao benar, semakin lama aku berada disini, setiap orang akan dibuat gelisah olehku." Bibi Cheng membebankan seluruh kesedihan ke dirinya sendiri.
Aku mengerutkan alis, menggigit bibir, tidak tahu harus berkata apa.
Hatiku merasa sangat tidak nyaman, pagi-pagi begini, kenapa hatiku harus sakit seperti ini?
Novel Terkait
Balas Dendam Malah Cinta
SweetiesAwesome Guy
RobinLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyMenantu Hebat
Alwi GoInventing A Millionaire
EdisonMata Superman
BrickMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)