Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu

Pagi-pagi sekali, Bibi Chang sedang bersih-bersih di ruang utama. Melihat kami pulang, dia sangat terkejut, tetapi malah tidak berani menanyakan apapun.

Jonathan naik ke lantai atas, saat memasuki kamar langsung menghempas pintu dengan kuat. Amarah dalam dirinya terlihat sangat jelas. Aku tidak menyusulnya, melainkan berjalan ke kamar Bella, membangunkan dia dari tidur, membawanya sikat gigi, lalu turun ke bawah. Setelah sarapan, aku pun mengantarnya ke taman kanak-kanak.

Saat pulang ke rumah, aku melihat Ibu Mertua sedang turun dengan sangat gembira, sambil membawa koper dan berkata padaku: “Ada beberapa teman viharaku mengajak keluar jalan-jalan.”

“Oh, baiklah.” Aku hanya mengiyakannya. Ibu Mertua bisa keluar dari dunia suram dan jalan-jalan demi mencari kesenangan adalah sesuatu yang baik, setidaknya telingaku bisa diistirahatkan sejenak.

Hanya saja setiap kali akan bepergian, Ibu Mertua selalu memberitahu secara mendadak. Dia pergi kapanpun diinginkan, dan pulang kapanpun diinginkan, terlihat sangat santai, berbeda sekali denganku. Bernice masih kecil, Bella masih harus sekolah, mereka adalah tangung jawabku, aku tidak bisa bertindak sesuka hati, contohnya bepergian dengan bebas.

Ibu Mertua meminta supir mengantarnya ke bandara, tidak lama kemudian Jonathan pun turun ke bawah. Aku menyapanya, lalu berkata: “Ayo sarapan dulu.”

“Ada urusan kantor, tidak makan dulu.” Jonathan pergi terburu-buru.

Dalam rumah yang sebesar istana, tersisa aku, Bernice, dan Bibi Chang, sepi sekali rasanya.

Saat Bernice bangun, aku membawanya berjemur matahari di halaman depan rumah. Saat berpikir dan memilih waktu untuk berkunjung ke rumah Keluarga Lu, Bibi Chang tiba-tiba berjalan keluar, menekan pintu besar rumah Keluarga Yi, pintu otomatis itu pun terbuka secara perlahan. Sebuah mobil Bentley masuk secara pelan.

Begitu melihatnya, aku tahu itu mobil Frederik. Dia turun dari mobil, berdiri di bawah pancaran matahar langsung, lalu tersenyum datar menghadapku. Dengan pelan dia berjalan ke depan dan menghampiriku. Dia menjulurkan tangan mengelus Bernice dengan lembut, bertanya: “Sudah berapa bulan?”

“Hampir satu tahun.” Aku menjawabnya. Aku tidak mengerti apa maksud kedatangan Frederik, apakah karena perkataan Jonathan tadi pagi, dia memilih waktu seperti ini untuk menggali lebih banyak informasi dari mulutku?

“Bolehkah aku menggendongnya?” Terlintas ekspresi kasih sayang dalam matanya, dia melihatku dengan penuh berharap.

Aku melihat Bernice, lalu melihat Frederik lagi. Biasanya Bernice selalu memilih orang, tetapi entah kenapa kali ini dia malah menjulurkan tangan meminta Frederik menggendongnya. Aku mengerti, mungkin saja ini salah satu keunikan hubungan darah.

Aku menganggukkan kepala, menyerahkan Bernice padanya secara hati-hati..

Setelah menerima Bernice dariku, Frederik terlihat sangat senang, situasi di depan mata terasa sangat indah, membuat orang sangat mendambakannya, aku tidak pernah melihat Frederik tersenyum begitu lebar.

Aku tahu maksud kedatangan Frederik bukan khusus untuk melihat Bernice. Setelah cukup bermain dengan Bernice, Frederik kembali menyerahkannya padaku, raut wajah menjadi berat dalam seketika, “Nona Mo, ada beberapa hal yang memerlukan bantuanmu.”

“Aku hanya seorang perempuan, tidak tahu apa-apa, di rumah ini hanya Jonathan yang berhak mengambil keputusan.” Aku menjawab dengan sungkan, perkataan formal seperti itu selalu saja aku andalkan.

“Kamu seorang perempuan yang cerdas, aku belum bertanya apapun, kamu malah sudah menghindar dengan cerdik.” Frederik tersenyum kecil, berkata dengan sedikit sindiran.

Aku menundukkan kepala dengan tidak enak hati. Setelah memanggil ‘Bibi Chang’, aku menitipkan Bernice padanya, sekaligus memintanya membuatkan susu untuk si kecil.

Di dalam halaman rumah hanya tersisa kami berdua. Aku menatap matanya, berkata dengan hati tenang: “Aku tidak menghindari apapun, aku memang tidak tahu apa-apa, semua yang perlu dikatakan sudah dikatakan Jonathan tadi pagi, jika ingin mencari tahu kenyataan yang sebenarnya, tergantung kamu berani mengungkap kenyataan yang memilukan itu atau tidak.”

“Memilukan?” Frederik tertawa kecil, “Tahun itu aku meninggalkan Shopie, memberinya uang, aku akui aku benci dengan perempuan yang mengancamku dengan kehamilan, tetapi aku sama sekali tidak menyangka dia akan bersikeras melahirkan anak itu.”

“Kamu tidak pernah menyangka bahwa Jonathan adalah anakmu, tidak menyangka Direktur Yi yang sedang berjata saat ini adalah anak Keluarga Ouyang, jauh lebih tidak menyangka bisa jatuh ke tangan anak kandung sendiri, maka dari itu kamu datang dengan hati mencoba-coba, ingin mencari tahu dan menggali semakin banyak kenyataan dari mulutku?” Aku tidak kuat menahan tawa.

Frederik mengerutkan kening menatapku, seolah merasa aku pandai sekali berbicara, atau mungkin aku yang tidak terlalu hormat padanya.

“Mohon maaf, Bos Ouyang, aku rasa kamu tidak akan mendapatkan kenyataan yang kamu inginkan disini. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, silahkan temui Jonathan di PT. Weiss, aku percaya dia akan memberitahu semuanya padamu.”

Raut wajah Frederik semakin serius, melihatku dengan pasrah: “Kamu adalah perempuan yang pintar, kenapa waktu itu bisa dibohongi oleh laki-laki bermarga Lu itu?”

Frederik malah mulai mengurusi urusan pribadi orang, kenapa, apakah sekarang dia sudah merasa sebagai Ayah Jonathan, dan bisa mulai berkomentar tentang identitasku?

“Semua orang akan tumbuh besar dan dewasa, tentu tahu bagaimana cara menjaga orang-orang sekitarnya dengan baik. Jika aku masih anak perempuan yang baru lulus tahun itu, aku percaya juga akan dibohongi orang.” Aku tersenyum kecil, sama sekali tidak terpengaruh oleh perkataannya.

“Soal PT. Weiss, nanti saja baru dibicarakan, kamu beritahu Jonathan, jangan cekcok lagi denganku. Apa yang dia inginkan akan aku berikan.” Frederik berkata dengan makna dalam: “Seumur hidup ini aku berjuang, aku berencana, sungguh tidak menyangka, sungguh tidak menyangka……”

Aku melihat Frederik dengan tidak tenang, melihatnya masuk ke dalam mobil, kemudian menjalankan mobil meninggalkan rumah Keluarga Yi.

Saat Jonathan pulang di malam hari, aku menceritakan masalah kedatangan Frederik, juga menyampaikan pesan dari Frederik untuknya. Raut wajah Jonathan sontak menjadi suram, tatapan mata tertuju pada langit gelap.

“Bagaimana menurutmu?” Aku bertanya dengan pelan.

Dia menyampingkan kepala melihatku: “Apakah kamu punya pendapat?”

Aku menggelengkan kepala: “Belakangan ini aku terlalu banyak bicara, rasanya karena terlalu lama menjadi ibu rumah tangga, makanya menjadi semakin cerewet. Jangan tanyakan aku punya pendapat apa, karena begitu menyampaikannya pasti akan berlanjut hingga beberapa hari beberapa malam.”

Aku sengaja berkata demikian, terlihat alis mata Jonathan mengerut, aku tahu beban pikirannya sangat berat, untuk saat ini aku pun tidak ingin semakin memberatkannya.

Kedua ujung bibir Jonathan terangkat, menjulurkan tangan, mencubit hidungku seperti biasa, lalu berkata: “Pasangan seorang Jonathan, memang pintar dan humoris.”

“Aku tidak pintar, aku sangat bodoh, dan juga konyol.” Selesai berbicara, aku mengepal satu tangan, menempelkannya ke pipi, lalu melakukan gerakan kucing hoki. Setelah memberi sebuah tatapan penuh menggoda, aku sendiri merasa mual dan ingin muntah, sudah umur berapa, masih saja sok menggemaskan.

Jonathan sungguh kehabisan kata-kata karena ulahku, tangan besarnya dijulurkan, merangkul bahuku dan berkata: “Kadang-kadang aku berpikir, Christine milikku telah kehilangan saraf yang mana, hingga menjadi begitu konyol?”

Saat mendengarnya, aku langsung tidak senang, apa yang dimaksud kekurangan saraf? Namanya juga hidup, memangnya harus setiap hari bermuka masam? Jika aku cemberut setiap hari, dia juga pasti merasa kesal.

Sejak lahir sifatku memang seperti ini, bercanda seperlunya, yang penting tidak sampai melukai hati siapapun.

“Sudah terlalu malam, jika kamu ingin mandi dulu, cepatlah mandi. Setiap kali mandi tengah malam, lagi-lagi aku harus membantumu mengeringkan rambut.” Aku mendorong Jonathan secara perlahan, baru berbalik badan, tanganku malah ditariknya hingga kembali terjatuh dalam pelukan. Aku mengangkat kepala melihatnya, berkata dengan serius: “Lain kali jika ingin menarik, cobalah lebih pelan, aku takut menabrakmu hingga terjadi luka dalam.”

“Ternyata memang sudah menjadi ibu rumah tangga profesional ya, memang benar-benar cerewet.” Jonathan melihatku dengan tatapan meledek, bertanya: “Memintaku mandi, apakah ini termasuk salah satu kode keras?”

“Kode?” Aku terkejut sesaat, barulah teringat perkataan yang pernah aku ucapkan waktu itu, sontak mendorongnya dan berkata: “Kalau begitu kamu jangan mandi saja, lebih baik seumur hidup tidak mandi.”

“Hari ini aku merasa terlalu lelah, kamu bantu aku ya.” Jonathan malah mengumumkannya secara terang-terangan, tidak lagi meminta pendapatku.

Aku menggelengkan kepala, saat teringat badannya yang terpampang jelas di depan mata, dan juga berada di dalam bak mandi, gambaran-gambaran terlarang itu tidak berani aku bayangkan lagi.

“Takut?” Jonathan mengangkat alis dan tersenyum, tatapan mata penuh menantang, sepertinya karena Ibu Mertua pergi jalan-jalan, dia pun menjadi semakin berani.

“Apa yang aku takutkan, aku hanya takut tiba saatnya nanti kamu tidak tahan.” Aku memberanikan diri menjawabnya.

“Tidak tahan dengan apa?” Jonathan melihatku dengan tatapan hangat.

“Malas berbicara denganmu, sungguh keterlaluan, setiap kali aku selalu kehabisan kata-kata karenamu.” Selesai berkata, aku bersiap-siap pergi karena kehabisan akal, “Kamu mandi sendiri, aku pergi temani anak-anak.”

Bayangan Jonathan malah menghadangku dengan sangat cepat, berkata dengan suara yang serak: “Apa yang membuatmu terlihat begitu panik.”

Aku mengangkat kepala menatap matanya, merapatkan bibir, dalam hati berpikir hari ini dia pasti tidak berencana membiarkanku lolos. Jika memang seperti itu, aku semakin harus mengagetkannya.

“Aku tidak panik, aku sedang berpikir untuk memberimu kejutan.” Aku tersenyum dengan sangat bangga.

“Kejutan?” Benar saja, Jonathan terkejut hingga kedua mata berbinar-binar.

Aku menjinjit, memegang wajahnya dengan dua tangan, lalu menciumnya dengan inisiatif sendiri. Setelah ciuman dalam, aku melepaskan tangan dan berkata: “Setiap kali selalu kamu yang inisiatif, hari ini giliranku.”

Jonathan sungguh kaget dengan ciuman dadakan dariku. Setelah itu dia tersenyum dengan penuh kasih dan berkata: “Kejutan darimu terlalu singkat.”

Selesai berbicara, tanpa menungguku bereaksi, tangan besarnya dijulurkan melingkar di pinggangku, menekan dengan erat ke badannya, membuat badan kami menempel tidak terlepaskan. Dia menundukkan kepala, menciumiku dengan sangat alami.

Bibir Jonathan terasa sangat lembut, dengan lincah dia menjelajahi bibirku, bahkan ke dalam rongga mulut. Hawa-hawa panasnya tersalurkan ke wajahku, aku merasa seperti melayang dalam dunia berdua, tidak tahan untuk merangkul lehernya sekuat mungkin. Dia memeluk dan mengangkat badanku berputar beberapa kali, terakhir mendekap ke sudut dinding.

Jonathan melepaskan bibirnya, bertanya dengan nafas kurang stabil: “Jika tidak ingin membantuku mandi, pilihan lainnya adalah mandi bersama.”

Begitu mendengar perkataannya, wajahku sontak memanas, memerah, dan menunduk. Kenapa laki-laki selalu bisa mengucapkan kata-kata itu degan mudah, sebagai pendengar saja aku merasa malu.

Jonathan memegang daguku, memaksaku menatapnya, “Sudah berapa tahun menjadi pasangan, apa lagi yang kamu takutkan?”

Aku melihatnya dengan serius, kemudian menjawab: “Takut ditertawakan orang.”

“Siapa yang bisa menertawakanmu di kamar ini?” Jonathan melihatku dengan usil: “Jelas-jelas hati sudah menginginkan, mulut masih saja berbohong.”

Perkataan Jonathan semakin membuatku malu, aku berencana mendorongnya sekuat tenaga, hanya saja genggamannya pada pergelangan tanganku terlalu kuat, berkata dengan arogan: “Aku menginginkan kamu, terang-terangan menginginkanmu.”

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu