Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
Pagi-pagi sekali, Bibi Chang sedang bersih-bersih di ruang utama. Melihat kami pulang, dia sangat terkejut, tetapi malah tidak berani menanyakan apapun.
Jonathan naik ke lantai atas, saat memasuki kamar langsung menghempas pintu dengan kuat. Amarah dalam dirinya terlihat sangat jelas. Aku tidak menyusulnya, melainkan berjalan ke kamar Bella, membangunkan dia dari tidur, membawanya sikat gigi, lalu turun ke bawah. Setelah sarapan, aku pun mengantarnya ke taman kanak-kanak.
Saat pulang ke rumah, aku melihat Ibu Mertua sedang turun dengan sangat gembira, sambil membawa koper dan berkata padaku: “Ada beberapa teman viharaku mengajak keluar jalan-jalan.”
“Oh, baiklah.” Aku hanya mengiyakannya. Ibu Mertua bisa keluar dari dunia suram dan jalan-jalan demi mencari kesenangan adalah sesuatu yang baik, setidaknya telingaku bisa diistirahatkan sejenak.
Hanya saja setiap kali akan bepergian, Ibu Mertua selalu memberitahu secara mendadak. Dia pergi kapanpun diinginkan, dan pulang kapanpun diinginkan, terlihat sangat santai, berbeda sekali denganku. Bernice masih kecil, Bella masih harus sekolah, mereka adalah tangung jawabku, aku tidak bisa bertindak sesuka hati, contohnya bepergian dengan bebas.
Ibu Mertua meminta supir mengantarnya ke bandara, tidak lama kemudian Jonathan pun turun ke bawah. Aku menyapanya, lalu berkata: “Ayo sarapan dulu.”
“Ada urusan kantor, tidak makan dulu.” Jonathan pergi terburu-buru.
Dalam rumah yang sebesar istana, tersisa aku, Bernice, dan Bibi Chang, sepi sekali rasanya.
Saat Bernice bangun, aku membawanya berjemur matahari di halaman depan rumah. Saat berpikir dan memilih waktu untuk berkunjung ke rumah Keluarga Lu, Bibi Chang tiba-tiba berjalan keluar, menekan pintu besar rumah Keluarga Yi, pintu otomatis itu pun terbuka secara perlahan. Sebuah mobil Bentley masuk secara pelan.
Begitu melihatnya, aku tahu itu mobil Frederik. Dia turun dari mobil, berdiri di bawah pancaran matahar langsung, lalu tersenyum datar menghadapku. Dengan pelan dia berjalan ke depan dan menghampiriku. Dia menjulurkan tangan mengelus Bernice dengan lembut, bertanya: “Sudah berapa bulan?”
“Hampir satu tahun.” Aku menjawabnya. Aku tidak mengerti apa maksud kedatangan Frederik, apakah karena perkataan Jonathan tadi pagi, dia memilih waktu seperti ini untuk menggali lebih banyak informasi dari mulutku?
“Bolehkah aku menggendongnya?” Terlintas ekspresi kasih sayang dalam matanya, dia melihatku dengan penuh berharap.
Aku melihat Bernice, lalu melihat Frederik lagi. Biasanya Bernice selalu memilih orang, tetapi entah kenapa kali ini dia malah menjulurkan tangan meminta Frederik menggendongnya. Aku mengerti, mungkin saja ini salah satu keunikan hubungan darah.
Aku menganggukkan kepala, menyerahkan Bernice padanya secara hati-hati..
Setelah menerima Bernice dariku, Frederik terlihat sangat senang, situasi di depan mata terasa sangat indah, membuat orang sangat mendambakannya, aku tidak pernah melihat Frederik tersenyum begitu lebar.
Aku tahu maksud kedatangan Frederik bukan khusus untuk melihat Bernice. Setelah cukup bermain dengan Bernice, Frederik kembali menyerahkannya padaku, raut wajah menjadi berat dalam seketika, “Nona Mo, ada beberapa hal yang memerlukan bantuanmu.”
“Aku hanya seorang perempuan, tidak tahu apa-apa, di rumah ini hanya Jonathan yang berhak mengambil keputusan.” Aku menjawab dengan sungkan, perkataan formal seperti itu selalu saja aku andalkan.
“Kamu seorang perempuan yang cerdas, aku belum bertanya apapun, kamu malah sudah menghindar dengan cerdik.” Frederik tersenyum kecil, berkata dengan sedikit sindiran.
Aku menundukkan kepala dengan tidak enak hati. Setelah memanggil ‘Bibi Chang’, aku menitipkan Bernice padanya, sekaligus memintanya membuatkan susu untuk si kecil.
Di dalam halaman rumah hanya tersisa kami berdua. Aku menatap matanya, berkata dengan hati tenang: “Aku tidak menghindari apapun, aku memang tidak tahu apa-apa, semua yang perlu dikatakan sudah dikatakan Jonathan tadi pagi, jika ingin mencari tahu kenyataan yang sebenarnya, tergantung kamu berani mengungkap kenyataan yang memilukan itu atau tidak.”
“Memilukan?” Frederik tertawa kecil, “Tahun itu aku meninggalkan Shopie, memberinya uang, aku akui aku benci dengan perempuan yang mengancamku dengan kehamilan, tetapi aku sama sekali tidak menyangka dia akan bersikeras melahirkan anak itu.”
“Kamu tidak pernah menyangka bahwa Jonathan adalah anakmu, tidak menyangka Direktur Yi yang sedang berjata saat ini adalah anak Keluarga Ouyang, jauh lebih tidak menyangka bisa jatuh ke tangan anak kandung sendiri, maka dari itu kamu datang dengan hati mencoba-coba, ingin mencari tahu dan menggali semakin banyak kenyataan dari mulutku?” Aku tidak kuat menahan tawa.
Frederik mengerutkan kening menatapku, seolah merasa aku pandai sekali berbicara, atau mungkin aku yang tidak terlalu hormat padanya.
“Mohon maaf, Bos Ouyang, aku rasa kamu tidak akan mendapatkan kenyataan yang kamu inginkan disini. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, silahkan temui Jonathan di PT. Weiss, aku percaya dia akan memberitahu semuanya padamu.”
Raut wajah Frederik semakin serius, melihatku dengan pasrah: “Kamu adalah perempuan yang pintar, kenapa waktu itu bisa dibohongi oleh laki-laki bermarga Lu itu?”
Frederik malah mulai mengurusi urusan pribadi orang, kenapa, apakah sekarang dia sudah merasa sebagai Ayah Jonathan, dan bisa mulai berkomentar tentang identitasku?
“Semua orang akan tumbuh besar dan dewasa, tentu tahu bagaimana cara menjaga orang-orang sekitarnya dengan baik. Jika aku masih anak perempuan yang baru lulus tahun itu, aku percaya juga akan dibohongi orang.” Aku tersenyum kecil, sama sekali tidak terpengaruh oleh perkataannya.
“Soal PT. Weiss, nanti saja baru dibicarakan, kamu beritahu Jonathan, jangan cekcok lagi denganku. Apa yang dia inginkan akan aku berikan.” Frederik berkata dengan makna dalam: “Seumur hidup ini aku berjuang, aku berencana, sungguh tidak menyangka, sungguh tidak menyangka……”
Aku melihat Frederik dengan tidak tenang, melihatnya masuk ke dalam mobil, kemudian menjalankan mobil meninggalkan rumah Keluarga Yi.
Saat Jonathan pulang di malam hari, aku menceritakan masalah kedatangan Frederik, juga menyampaikan pesan dari Frederik untuknya. Raut wajah Jonathan sontak menjadi suram, tatapan mata tertuju pada langit gelap.
“Bagaimana menurutmu?” Aku bertanya dengan pelan.
Dia menyampingkan kepala melihatku: “Apakah kamu punya pendapat?”
Aku menggelengkan kepala: “Belakangan ini aku terlalu banyak bicara, rasanya karena terlalu lama menjadi ibu rumah tangga, makanya menjadi semakin cerewet. Jangan tanyakan aku punya pendapat apa, karena begitu menyampaikannya pasti akan berlanjut hingga beberapa hari beberapa malam.”
Aku sengaja berkata demikian, terlihat alis mata Jonathan mengerut, aku tahu beban pikirannya sangat berat, untuk saat ini aku pun tidak ingin semakin memberatkannya.
Kedua ujung bibir Jonathan terangkat, menjulurkan tangan, mencubit hidungku seperti biasa, lalu berkata: “Pasangan seorang Jonathan, memang pintar dan humoris.”
“Aku tidak pintar, aku sangat bodoh, dan juga konyol.” Selesai berbicara, aku mengepal satu tangan, menempelkannya ke pipi, lalu melakukan gerakan kucing hoki. Setelah memberi sebuah tatapan penuh menggoda, aku sendiri merasa mual dan ingin muntah, sudah umur berapa, masih saja sok menggemaskan.
Jonathan sungguh kehabisan kata-kata karena ulahku, tangan besarnya dijulurkan, merangkul bahuku dan berkata: “Kadang-kadang aku berpikir, Christine milikku telah kehilangan saraf yang mana, hingga menjadi begitu konyol?”
Saat mendengarnya, aku langsung tidak senang, apa yang dimaksud kekurangan saraf? Namanya juga hidup, memangnya harus setiap hari bermuka masam? Jika aku cemberut setiap hari, dia juga pasti merasa kesal.
Sejak lahir sifatku memang seperti ini, bercanda seperlunya, yang penting tidak sampai melukai hati siapapun.
“Sudah terlalu malam, jika kamu ingin mandi dulu, cepatlah mandi. Setiap kali mandi tengah malam, lagi-lagi aku harus membantumu mengeringkan rambut.” Aku mendorong Jonathan secara perlahan, baru berbalik badan, tanganku malah ditariknya hingga kembali terjatuh dalam pelukan. Aku mengangkat kepala melihatnya, berkata dengan serius: “Lain kali jika ingin menarik, cobalah lebih pelan, aku takut menabrakmu hingga terjadi luka dalam.”
“Ternyata memang sudah menjadi ibu rumah tangga profesional ya, memang benar-benar cerewet.” Jonathan melihatku dengan tatapan meledek, bertanya: “Memintaku mandi, apakah ini termasuk salah satu kode keras?”
“Kode?” Aku terkejut sesaat, barulah teringat perkataan yang pernah aku ucapkan waktu itu, sontak mendorongnya dan berkata: “Kalau begitu kamu jangan mandi saja, lebih baik seumur hidup tidak mandi.”
“Hari ini aku merasa terlalu lelah, kamu bantu aku ya.” Jonathan malah mengumumkannya secara terang-terangan, tidak lagi meminta pendapatku.
Aku menggelengkan kepala, saat teringat badannya yang terpampang jelas di depan mata, dan juga berada di dalam bak mandi, gambaran-gambaran terlarang itu tidak berani aku bayangkan lagi.
“Takut?” Jonathan mengangkat alis dan tersenyum, tatapan mata penuh menantang, sepertinya karena Ibu Mertua pergi jalan-jalan, dia pun menjadi semakin berani.
“Apa yang aku takutkan, aku hanya takut tiba saatnya nanti kamu tidak tahan.” Aku memberanikan diri menjawabnya.
“Tidak tahan dengan apa?” Jonathan melihatku dengan tatapan hangat.
“Malas berbicara denganmu, sungguh keterlaluan, setiap kali aku selalu kehabisan kata-kata karenamu.” Selesai berkata, aku bersiap-siap pergi karena kehabisan akal, “Kamu mandi sendiri, aku pergi temani anak-anak.”
Bayangan Jonathan malah menghadangku dengan sangat cepat, berkata dengan suara yang serak: “Apa yang membuatmu terlihat begitu panik.”
Aku mengangkat kepala menatap matanya, merapatkan bibir, dalam hati berpikir hari ini dia pasti tidak berencana membiarkanku lolos. Jika memang seperti itu, aku semakin harus mengagetkannya.
“Aku tidak panik, aku sedang berpikir untuk memberimu kejutan.” Aku tersenyum dengan sangat bangga.
“Kejutan?” Benar saja, Jonathan terkejut hingga kedua mata berbinar-binar.
Aku menjinjit, memegang wajahnya dengan dua tangan, lalu menciumnya dengan inisiatif sendiri. Setelah ciuman dalam, aku melepaskan tangan dan berkata: “Setiap kali selalu kamu yang inisiatif, hari ini giliranku.”
Jonathan sungguh kaget dengan ciuman dadakan dariku. Setelah itu dia tersenyum dengan penuh kasih dan berkata: “Kejutan darimu terlalu singkat.”
Selesai berbicara, tanpa menungguku bereaksi, tangan besarnya dijulurkan melingkar di pinggangku, menekan dengan erat ke badannya, membuat badan kami menempel tidak terlepaskan. Dia menundukkan kepala, menciumiku dengan sangat alami.
Bibir Jonathan terasa sangat lembut, dengan lincah dia menjelajahi bibirku, bahkan ke dalam rongga mulut. Hawa-hawa panasnya tersalurkan ke wajahku, aku merasa seperti melayang dalam dunia berdua, tidak tahan untuk merangkul lehernya sekuat mungkin. Dia memeluk dan mengangkat badanku berputar beberapa kali, terakhir mendekap ke sudut dinding.
Jonathan melepaskan bibirnya, bertanya dengan nafas kurang stabil: “Jika tidak ingin membantuku mandi, pilihan lainnya adalah mandi bersama.”
Begitu mendengar perkataannya, wajahku sontak memanas, memerah, dan menunduk. Kenapa laki-laki selalu bisa mengucapkan kata-kata itu degan mudah, sebagai pendengar saja aku merasa malu.
Jonathan memegang daguku, memaksaku menatapnya, “Sudah berapa tahun menjadi pasangan, apa lagi yang kamu takutkan?”
Aku melihatnya dengan serius, kemudian menjawab: “Takut ditertawakan orang.”
“Siapa yang bisa menertawakanmu di kamar ini?” Jonathan melihatku dengan usil: “Jelas-jelas hati sudah menginginkan, mulut masih saja berbohong.”
Perkataan Jonathan semakin membuatku malu, aku berencana mendorongnya sekuat tenaga, hanya saja genggamannya pada pergelangan tanganku terlalu kuat, berkata dengan arogan: “Aku menginginkan kamu, terang-terangan menginginkanmu.”
Novel Terkait
Love And War
JaneEverything i know about love
Shinta CharityAsisten Bos Cantik
Boris DreyDemanding Husband
MarshallPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeMy Enchanting Guy
Bryan WuHalf a Heart
Romansa UniverseMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)