Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 38 Kamu Menikahiku
Aku tidak membalas pesan Jonathan, dia tidak tahu hal apa yang sedang terjadi, dia hanya mendengar cerita dari sepihak kemudian bertanya denganku, dengan begitu, aku merasa tidak perlu untuk menjelaskan apapun kepadanya.
Aku meletakkan ponsel di bawah bantalku, seluruh tubuhku terasa lelah dan aku pun tertidur.
Tiba-tiba mama mendorong pintu dengan keras sampai terbuka, dan membuatku terbangun, aku melirik sedikit dan melihat Christopher berdiri di belakang mama, begitu melihat ekspresi di wajah mama, aku langsung tahu, Christopher pasti memberitahu mama tentang keinginanku untuk membatalkan pertunangan.
Aku berusaha untuk bangkit dan bangun untuk menatap mereka.
"Christine, kenapa kamu mau membatalkan pertunangannya, kurang bagus apa si Yoga itu, kamu jangan mencari-cari masalah dengannya." Mama bertanya kepadaku, aku melihat tatapan Christopher di belakang mama dan aku tidak bisa berdebat lagi.
Bibirku terasa kering dan pucat, aku menarik selimut, menutupi diriku, lalu menyahut: "Aku tidak mau bertunangan, tidak ada alasan."
Mama menepuk-nepuk aku di dalam selimut.
Aku memegang selimutku erat-erat, air mata kembali mengalir di pipiku.
Pada hari-H pertunangan, aku tidak pergi, tidak peduli seberapa keras mama menangis, memohon, aku tetap diam tak bergeming, aku tidak akan membuat kesalahan lagi, melihat mama yang hampir berlutut, aku tetap tidak bergerak sedikit pun.
Aku memang orang yang seperti ini, sangat sangat kaku.
Aku tidak muncul di acara pertunangan, keluarga Sudirman menjadi bahan tertawaan seluruh kota F, aku tidak melihat berita di internet, ponselku juga mati, aku bersembunyi di dalam kamar, kamar menjadi jalan teraman yang bisa kuambil.
Aku tidak tahu berapa lama aku berada di dalam kamar tanpa keluar, aku ditarik paksa untuk keluar oleh mama, dia berkata kalau aku tidak keluar mungkin akan tumbuh lumut di tubuhku.
Beberapa hari ini, meskipun mama tidak mempedulikanku, aku tetap anaknya sendiri, dia tidak ingin melihatku seperti ini. Sejujurnya, sekarang aku juga tidak tahu apa yang bisa aku lakukan?
Matahari musim dingin menyinari tubuhku, terasa hangat, dan sangat nyaman.
Setelah keramas, dengan raambut basah terurai di bahu, aku menutup kedua mataku, menikmati ketenangan yang susah didapat ini. Beberapa hari ini ponselku dalam keadaan mati, aku seakan sedang menutup diriku sendiri.
Mama menghampiriku ke teras dan memanggilku: "Christine, ada telepon untukmu!
Aku menjawabnya dengan malas, "Dari siapa?"
"Seorang pria, suaranya tidak asing, tapi aku tidak bisa ingat itu siapa." Mama mengerutkan dahi berusaha untuk mengingat, "Cepat angkat, nanti keburu ditutup."
"Tutup ya tutup lah!" Meskipun berkata demikian, aku perlahan bangkit, dan berjalan ke ruang tamu, lalu melangkah maju dan mengangkat telepon itu, berkata "Halo" dengan pelan.
"Ini aku." Suara tidak asing dari Jonathan terdengar jelas di telingaku, tidak tahu kenapa, begitu mendengar suaranya, hidungku terasa seperti tersumbat.
"Ada apa?" Aku berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa.
"Ayo ketemu."
"Oke." Aku mengiyakannya.
"Aku akan menjemputmu." Setelah itu, terdengar suara "tutututut" dari telepon itu, aku menaruh gagang telepon itu perlahan, lalu tiba-tiba mama sudah berdiri di belakangku, kemudian bertanya: "Siapa, Yoga ya?"
Aku hanya diam, mama terus mengikutiku untuk mendapatkan jawaban.
Aku masuk ke kamar, menutup pintu kemudian duduk di kursi meja rias, melihat bayangan wajahku yang begitu pucat, aku hampir tidak mengenali diriku sendiri.
Apakah ini masih Christine yang cantik dan percaya diri?
Sama sekali tidak, penampilanku sekarang benar-benar terlihat seperti orang yang sudah dikhianati, seperti orang yang putus asa, hampir saja terlihat seperti orang gila.
Aku merias diri sedikit, agar warna wajahku tidak terlihat terlalu buruk, aku tidak ingin mempermalukan diriku lebih dari ini di depan Jonathan.
Untuk menutupi kekusutanku, aku memilih untuk mengenakan pakaian berwarna merah jambu, untuk membuat diriku terlihat lebih segar dan langsing.
Setelah aku menyalakan ponsel, notifikasi datang bertubi-tubi, aku mengabaikannya, dan segera mengirim pesan ke Jonathan, memberitahunya untuk tidak menjemputku ke rumah, dan langsung bertemu di taman dekat rumah, aku akan menunggunya di sana.
Aku membuka pintu kamar, dan melihat mama berdiri di luar kamar, dengan senang dia menatapku, "Yoga mengajakmu untuk kencan kan? Jelaskan baik-baik dengannya tentang pertunangan itu, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan."
"Ma, jangan terlalu ikut campur bisa tidak?" Aku berkata dengan tidak sabar kepada mama.
"Baiklah, baiklah, baiklah, aku tidak akan bicara lagi, jangan pulang malam-malam, nanti malam aku akan membuatkan bubur ketan angco untuk memulihkan tubuhmu." Mama berkata sambil tersenyum kepadaku.
Aku mengerti, mama berharap aku menikah dengan Yoga, tapi bagaimana mungkin aku bisa menikah dengannya, kalau aku ingin menikah dengannya, aku pasti akan datang waktu acara pertunangan, tidak perlu menuggu sampai sekarang.
Aku sampai ke taman lebih dulu dari Jonathan, di sana sangat tenang, angin dingin menerpa wajahku, permukaan air danau mulai mencair, dari jauh kulihat cerminan bayangan pohon di tengah danau.
Ketenangan yang sangat sulit didapat, beberapa hari ini kulewati dengan hati kacau, aku benar-benar mengira seumur hidup aku tidak akan bisa mengalami kehidupan yang tenang.
Mendengar suara deham seseorang di belakangku, aku meninggalkan pemandangan indah itu dan berbalik, melihat Jonathan berdiri di belakangku, kemudian aku kembali berpaling melihat ke pemandangan.
Jonathan melangkah maju dan berdiri di sebelahku, dia mengikuti arah pandanganku ke pemandangan.
"Kenapa tidak pergi ke acara pertunangan?" Jonathan bertanya dengan lembut, suaranya tidak terdengar keras, seperti agak sungkan.
Aku tidak menjawab, hanya menutup kedua mataku dan mendengarkan suara tiupan angin yang berhembus di telingaku.
"Aku sedang bertanya kepadamu, kenapa mengkhianati Yoga, kalau tidak menyukainya, kamu seharusnya berkata kepadanya sejak awal." Karena aku hanya diam, suara Jonathan menjadi agak keras.
Aku membuka mataku perlahan, dan melirik ke arahnya, kemudian menjawab dengan acuh tak acuh: "Terus kenapa?"
"Christine, apa menurutmu mempermainkan seorang pria itu merupakan sesuatu yang sangat mengasyikan?" Jonathan bertanya dengan ketus kepadaku dan menatap tajam.
Aku cemberut, dan menjawabnya dengan datar: "Aku tidak pernah mempermainkan perasaan orang lain."
"Bagaimana denganku?" Jonathan mencengkeram bahuku kuat-kuat, dan menunduk untuk melihatku.
Aku mendongak dan menatap pandangannya, matanya sangat jernih, aku bisa melihat bayangan diriku di kedua bola matanya, aku tertawa ringan, "Kamu nikahi aku, setelah itu aku akan mendengarkan perkataanmu baik-baik, tidak akan mempermainkan perasaan orang lain."
Aku tidak tahu mengapa aku bisa mengatakan hal yang begitu gila, aku tahu mungkin sebentar lagi Jonathan akan bertunangan dengan Cynthia, mungkin ini merupakan caraku balas dendam terhadap Cynthia, mungkin juga ini karena cintaku terhadap Jonathan, aku tidak bisa tahu dengan pasti.
Aku melihat ekspresi membeku Jonathan, dan aku menertawakan diri sendiri, kemudian mendorongnya menjauh lalu berbalik, memunggunginya sambil berkata: "Aku hanya bercanda, kamu tidak perlu memasang ekspresi seperti itu."
Saat aku hamil anaknya pun aku tidak memintanya untuk menikahiku, sekarang atas dasar apa aku memintanya?
Aku tidak punya apa-apa, bahkan martabatku pun sudah diinjak-injak orang, apa lagi yang aku punya agar dia menikahiku, aku baru saja membuat lelucon besar.
"Jonathan, kamu tidak perlu merasa bersalah, aku...."
"Baiklah, aku akan menikahimu." Empat kata yang diucapkan dengan sangat jelas oleh Jonathan itu terngiang di belakangku, aku segera menengok dengan penuh keterkejutan, mataku membelalak lebar.
Dia barusan bilang apa, pasti aku sedang bermimpi atau salah mendengar?
Jonathan mau menikahiku? Aku tidak salah dengar bukan, dia mau menikahiku, kenapa? Mengasihaniku, atau mencintaiku?
"Barusan kamu bilang apa?" Aku tidak percaya dan ingin mendengarnya mengatakannya sekali lagi.
"Lusa hari Senin pukul 11 pagi, aku akan menunggumu di KUA." Setelah mengatakan demikian, Jonathan berbalik dan pergi, meninggalkanku di situ termenung sendirian.
Hari ini dia mengajakku untuk bertemu sebenarnya untuk apa? Jangan-jangan leluconku barusan merusak semua rencananya, tidak, leluconku barusan itu merusak semua rencanaku.
Kenapa aku menuntut untuk menikah? Apakah aku sudah mempersiapkan diri untuk menikah dengan Jonathan?
Tidak, aku belum mempersiapkan sedikit pun, aku tidak bisa membayangkan bencana apa yang akan menimpa keluargaku kalau Jonathan menikahiku, aku benar-benar tidak tahu kenapa Jonathan mau menikahiku?
Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai ke rumah, otakku serasa kosong, semua isi otakku hanya gambaran Jonathan berkata ingin menikahiku.
Mama menyambutku.
"Ada apa? Mama bertanya kepadaku.
"Tidak apa-apa." Aku tentu saja tidak akan memberitahu mama tentang pertemuanku dengan Jonathan, mulut besarnya itu bisa-bisa terdengar sampai ke telinga Cynthia, kalau begitu aku pasti tidak akan bisa menikah dengan Jonathan.
Aku kembali ke kamar, segera mengeluarkan KTP dan surat cerai, bisa dikatakan aku sudah paham, setelah pernah menikah dan pernah bercerai, aku tahu prosedurnya.
Apakah Jonathan benar-benar ingin menikahiku? Dia sedang bercanda, atau.....
Aku sangat mempertanyakan hidupku sekarang, biasanya, wanita yang sudah bercerai tentunya akan menjadi lebih berhati-hati dengan pernikahan keduanya, tapi aku begitu saja sembarangan meminta Jonathan untuk menikahiku?
Oh iya, barusan di taman, kata-kataku itu, apakah merupakan suatu lamaran?
Aku jatuh terduduk di atas ranjang, kenapa aku harus mengucapkan kata-kata itu, Jonathan pasti menertawakanku di dalam hati berulang-ulang kali, dan aku masih dengan bodohnya mempersiapkan KTP dan surat ceraiku untuk hari Senin nanti.
Tidak, aku tidak boleh pergi, kalau aku pergi, bukannya aku kembali melibatkan diri ke lubang api raksasa keluarga kaya lagi?
Aku tidak bisa tidur selama dua malam berturut, terus berguling di kasur tidak menentu.
Hari Senin pagi, setelah sarapan, aku kembali masuk kamar dengan ekspresi sedih, aku melihat ke arah jam dinding, pukul setengah sembilan lebih, haruskah aku pergike KUA?
Kalau aku datang, tapi Jonathan tidak datang, bukankah itu akan sangat memalukan?
Sudahlah, tidak usah pergi.
Tapi.... kalau aku tidak datang, dan Jonathan datang, bukankah dia akan kembali berprasangka buruk dan mengatakan aku mempermainkan perasaannya, membohonginya?
Aku berusaha menyanggul rambutku, terlihat begitu berantakan.
Sebenarnya apa yang sedang kulakukan? Aku menegakkan diri, melihat bayanganku di cermin, merapikan rambutku, dan berkata dengan mantap kepada diriku sendiri: "Christine, bukankah ini hanya sebuah pernikahan? Kalau tidak sanggup cerai lagi saja."
Setelah berkata demikian, aku mengenakan baju yang bagus, dan menyambar dokumenku, diam-diam membuka pintu, kemudian melihat sekeliling, aku melihat mama sedang menyuapi papa, aku diam-diam membuka pintu depan, dan keluar pelan-pelan seperti seorang pencuri, dan segera turun.
Aku memanggil taksi untuk mengantarku ke KUA, sudah pukul 9 lebih.
Pasangan yang datang untuk menikah cukup banyak, satu per satu mereka masuk untuk mengambil nomor antrian, aku juga ikut masuk untuk mengambilnya, kemudian duduk seorang diri di ruang tunggu.
Waktu bergulir perlahan, menunggu seseorang merupakan suatu hal yang melelahkan dan mendebarkan, aku melihat waktu yang tertera di layar ponselku, sudah pukul 11 lebih.
Sebentar lagi sudah sampai pada nomor antrianku, aku menukarkannya dengan pasangan di belakangku.
Angka di layar sudah hampir bergulir hingga nomorku lagi, aku berdiri, menggenggam erat kertas itu di tanganku, aku paham, Jonathan pasti tidak akan datang, hanya hatiku yang masih mengharapkan kedatangannya.
Aku sangat mengerti perasaanku, aku mencintainya, jadi aku baru bisa menunggunya tanpa malu seperti ini di KUA, dan dia, tidak datang pun aku bisa sepenuhnya mengerti.
Lagipula dari awal aku hanya dijadikan alat pertukaran saja, setelah pertukaran itu selesai, hanya tersisa aku seorang yang mengingatnya dan tidak bisa melupakannya.
Novel Terkait
Istri kontrakku
RasudinLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyAnak Sultan Super
Tristan XuDewa Perang Greget
Budi MaThis Isn't Love
YuyuGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)