Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
Hari itu, aku menemani mama semalaman dan menjaganya dengan tenang.
Hari sudah larut, udaranya menjadi lebih dingin, aku bangun dan menutup jendela kamar, menyisakan sedikit celah untuk sirkulasi.
Mungkin karena aku baru saja pulang, masih jetlag, aku jadi mengantuk dan tertidur di sisi tempat tidur mama.
Aku terbangun karena lenganku kesemutan, aku berusaha mencari posisi tidur yang nyaman, tetapi ketika aku berbalik, aku melihat satu setelan jas yang menyelimuti bahuku terjatuh.
Aku menyeka mataku, membungkuk mengambil jas itu, lalu berdiri. Aku melihat sekelilingku, ada seorang laki-laki sedang merokok di balkon, laki-laki itu terlihat familiar.
Dengan perlahan, aku menghampiri laki-laki itu, dan ketika aku membuka pintu kaca di balkon, aku terkejut.
Jonathan menoleh ke belakang dan menatapku, lalu melemparkan puntung rokoknya ke tanah dan menginjaknya.
Aku melangkah dan menyerahkan jas itu kepadanya, sudah tiga tahun kami tidak berjumpa, tentu saja pertemuan ini membuat jantungku berdegup kencang, seperti anak gadis yang sedang jatuh cinta, tetapi aku menahan diriku, meskipun aku ingin sekali memeluknya.
"Lama tidak berjumpa." Kataku datar.
Raut wajah Jonathan terlihat lelah, dia berbalik dan memandangi bangunan rumah sakit.
Aku melangkah maju dan berdiri berdampingan dengannya, aku tahu, sulit bagi kami untuk melepaskan satu sama lain, tetapi waktu tiga tahun sudah membuat jarak antara kami.
"Ada foto anakku?" Setelah terdiam lama, aku agak tidak tahan dengan suasana canggung ini.
Jonathan memalingkan wajahnya dan menatapku, dia tersenyum mengejek.
"Rupanya masih ingat punya anak?"
"Jangan sinis begitu, deh. Terima kasih ya, sudah menjaga keluargaku selama tiga tahun ini, tapi kamu tidak harus melakukannya untukku..."
"Aku tidak melakukan semua ini untukmu, semua demi nenek dari anakku." Setelah itu, Jonathan mengenakan jasnya dan berbalik pergi, aku mengejarnya dengan gugup.
"Bisakah kamu memberiku foto Bella?" Aku memohon, tetapi melihat reaksi Jonathan, aku tahu kalau dia sangat-sangat membenciku, dia tidak mempedulikanku.
Saat itu Jonathan mengatakan, dia sudah lelah denganku, dan akhirnya kita berpisah.
Jonathan tidak mempedulikan sama sekali, dia begitu saja menghilang dari hadapanku.
Aku tidak tahu apa Christopher yang menelponnya, bagaimana Jonathan tahu kalau aku berada di sini? Tetapi kehadirannya semakin membuatku tidak tenang.
Aku menoleh dan menatap lampu kuning di tempat parkir rumah sakit, memperhatikan mobilnya keluar dari rumah sakit, perasaan sedih menghampiriku. Apakah kepergianku selama tiga tahun ini, hanya sebuah kesalahan?
Malam itu, aku tidak bisa tidur sama sekali, pikiranku terus dibayangi oleh kejadian barusan. Aku diam-diam memandangi wajah mama, lalu termenung.
Keesokan paginya, kakak ipar datang untuk gantian denganku. Ketika aku meninggalkan kamar, aku menelepon Sean, tidak butuh waktu lama sampai dia menjemputku di lobby rumah sakit.
Aku duduk di mobilnya dengan wajah masam, aku bersandar di kursi, memejamkan mata, dan tak lama kemudian aku tertidur.
Aku tertidur nyenyak, dan ketika aku membuka mata, ternyata aku sedang bersandar pada bahu Sean! Aku membeku sesaat dan langsung menjauhkan diriku.
“Kenapa kamu tidak membangunkanku?” Aku mengerutkan kening dan mengeluh.
"Tidak tega." Sean tersenyum.
"Hal semacam ini yang kamu katakan kepada wanita lain, tidak akan berpengaruh kepadaku." Aku keluar dari mobil, memandang ke lingkungan sekitar, dan bertanya, "Lantai berapa, gedung yang mana?"
"Aku antar." Sean juga keluar dari mobil sambil memainkan kunci di tangannya.
"Tidak perlu." Aku melangkah maju, mencoba mengambil kunci dari tangannya, tetapi tidak kusangka, dia menarik tanganku. Dia memelukku dengan paksa.
Aku berusaha melepaskan pelukannya dan menginjak kakinya, tetapi dia sudah lebih pintar daripada tiga tahun lalu, gerakannya menjadi lebih lincah.
"Lepaskan aku!" Teriakku kepada Sean.
Sean mencium pipiku dengan cepat, lalu melepaskan tanganku.
"Sean! Lain kali kamu berani menciumku lagi, akan kupastikan kamu tidak bisa melihat matahari terbit lagi!" Aku mengusap pipiku dengan jijik.
“Wahh galaknya.” Sean tersenyum puas, lalu melemparkan kunci itu kepadaku, dia berkata, “Iya deh, aku tidak naik. Aku takut kehilangan nyawaku. Oh iya, minggu depan kamu harus pergi ke perusahaan temanku untuk daftar.”
"Iya, sudah tahu." Jawabku.
"Kamar 306, lantai 12." Setelah Sean memberitahu dimana kamarku, dia kembali ke mobilnya dan meninggalkanku.
Setelah mobilnya menghilang dari pandanganku, aku naik ke atas dengan sejumlah pertanyaan. Jangan-jangan dia mengira aku menyukainya? Makanya dia bisa melakukan hal itu?
Aku naik ke atas dan melihat dua orang teman yang kembali dari Inggris bersama denganku, Amanda dan Stella. Mereka tampaknya sudah membersihkan kamar mereka.
Begitu aku masuk, mereka menyambutku sambil tersenyum.
“Christine, kamarmu ada di seberangku.” Amanda berkata dengan gembira, melangkah maju dan memegang tanganku, lalu dia bertanya, “Eh, mau tanya dong, Pak Sean pacarmu ya? "
"Pak Sean? Sean yang itu? Tenang saja, dia bukan pacarku. Dan... saran saja ya. Lebih baik kalian jangan pacaran dengannya, deh."
'Memangnya kenapa? Jangan-jangan dia tidak tertarik dengan wanita!" Ujar Amanda dengan penasaran.
"Bukan begitu, justru dia tertarik dengan seluruh wanita yang ada di dunia ini! Setiap ada wanita yang datang, selalu diterima olehnya. Laki-laki seperti itu... tidak cocok dijadikan pacar, hanya bisa menyakiti hati wanita saja." Jawabku.
"Ternyata begitu ya orangnya." Amanda tersenyum-senyum mendengar jawabanku.
"Amanda, lebih baik jangan dekat-dekat dengan laki-laki ini. Nanti kamu pasti akan dibuat sakit hati olehnya." Aku mengingatkan Amanda kembali, tetapi dia masih saja menggodaku.
"Hee... Jangan-jangan kamu bicara seperti ini, karena mau kamu pakai sendiri ya!" Lanjutnya.
"Hus, Amanda, jangan begitu dong. Christine kan bilang begitu demi kebaikanmu sendiri." Stella yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara.
Aku tersenyum pada Stella. Selama tiga tahun di Inggris bersama Stella, dia memang tidak banyak bicara, tetapi dia adalah pekerja keras dan sangat baik kepadaku. Aku senang sekali bisa tinggal dengan mereka setelah pulang.
Setelah mereka berdua membantuku mengatur barang bawaan, kami membersihkan ruangan bersama-sama.
Aku beristirahat selama beberapa jam, hari sudah malam.
Aku berbaring di ranjang, lalu memainkan ponsel seperti biasanya. Tiba-tiba, aku teringat akan Jonathan, nomor ponselnya seperti sudah tertanam di benakku.
Aku ingin melupakannya, tetapi sulit.
Setelah itu, ponselku berdering, ada panggilan masuk. Sean yang menelepon.
"Haloo..." Aku menjawab telepon dengan cuek, suasana hatiku sedang tidak begitu bagus.
"Buka pintu." Terdengar suara Sean di seberang sana, lalu diikuti dengan suara ketukan pintu. Aneh sekali, seharusnnya cukup mengetuk pintu saja kan? Tidak perlu telepon? Atau jangan-jangan dia ingin aku yang membuka pintunya?
Aku bangun dan membuka pintu.
"Surprise! Happy birthday, Christine!" Sean berdiri di depan pintu, dia memegang sebuah kue dengan kedua tangannya. Kue itu bertuliskan "Happy Birthday Christine, semoga cantik selalu."
Semoga cantik selalu? Hanya orang seperti Sean yang bisa menulis permintaan seperti ini.
"Happy birthday to you, happy birthday to you......" Sean menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku, suaranya terdengar hangat. Amanda dan Stella keluar dari kamar, mereka dengan iri menatapku.
"Eh, surprisenya berhasil tidak?" Ujar Sean yang sekarang berdiri di hadapanku.
"Memangnya kamu pikir wanita mana yang senang diingatkan kalau umurnya bertambah tua satu tahun?" Jawabku dengan datar.
Aku memang paling bisa menghancurkan suasana romantis. Aku tidak ingin merayakan ulang tahunku, setelah melahirkan Bella, ulang tahunku tidak pernah terasa spesial lagi.
"Dasar wanita tidak romantis, paling tidak, bereaksi sedikit kek?" Sean tampak kecewa dan menggelengkan kepalanya.
Amanda melangkah maju, meraih lenganku, dan berbicara menggantikan Sean: "Christine, bagaimanapun juga kan dia sudah kemari, make a wish yuk, tiup lilin, lalu makan kue! "
Aku menatap Amanda sejenak, lalu menatap Stella yang mengangguk setuju, dan kemudian berbalik menatap Sean, aku menggigigit bibirku, maju, menutup mataku dan membuat permintaan.
Semoga Sean tidak menyukaiku dan menghilang dari hadapanku sesegera mungkin.
Aku membuka mataku, meniup lilin, dan melirik ke arah Sean.
"Jadii... apa permintaanmu?" Sean penasaran, dia bertanya kepadaku.
"Rahasia! Kalau aku kasih tahu nanti tidak akan terkabul." Jawabku sembari menggelengkan kepalaku.
"Iya betul, permintaan cukup disimpan sendiri saja, kalau tidak, nanti tidak akan terkabul!" Amanda setuju denganku.
Tentu saja aku tidak bisa menyebutkan permintaanku, kalau aku mengatakan, pasti akan ramai sekali.
Ketika Amanda dan Stella sedang menikmati kue, aku berdiri di balkon, menikmati angin malam. Sean muncul dari belakangku dan lagi-lagi bertanya :
"Eh, eh, apa permintaanmu tadi?"
Aku menoleh dan menatapnya, "Sudah kubilang, aku tidak akan bilang, nanti tidak terkabul!"
"Kutebak ya, pasti isi permintaanmu adalah supaya aku cepat menghilang dari hadapanmu." Sean tertawa saat mengatakannya.
Tidak kusangka, ternyata dia menebak dengan benar. Aku berbalik dan memandangnya dengan serius, aku berkata, "Jangan terlalu sering menebak-nebak wanita deh, nanti hidupmu membosankan."
"Justru itu yang menarik." Sean berbalik dan memandangi Amanda lewat pintu kaca di balkon, dia tersenyum licik, "Sepertinya ada yang sudah tidak sabar ingin bermain denganku."
Ketika aku menyadarinya, ternyata Sean dan Amanda sedang bertukar pandang, aku menarik pergelangan tangan Sean dan memperingatkannya, "Jangan sentuh teman sekamarku."
"Aku janji tidak akan menyentuhnya, tapi kalau dia yang menyentuhku duluan...bagaimana?" Ujar Sean disambut tawa penuh percaya diri.
"Sean, kapan sih kamu bisa membicarakan perempuan dengan serius!" Aku memarahi Sean, kalau saja dia tidak memberiku kesempatan untuk belajar di Inggris, aku tidak akan berhubungan lagi dengannya.
"Aku ingin bicara tahu, tapi wanita itu tidak memberiku kesempatan." Sean menatapku lekat-lekat.
"Kamu masih berhubungan dengan Cynthia?" Tidak tahu kenapa, tiba-tiba aku teringat akan Cynthia, lagipula lewat Cynthia aku bisa mengenal orang ini.
"Masih." Sean langsung mengakuinya.
Novel Terkait
I'm Rich Man
HartantoSuami Misterius
LauraYou're My Savior
Shella NaviKembali Dari Kematian
Yeon KyeongKisah Si Dewa Perang
Daron JayCutie Mom
AlexiaPria Misteriusku
LylyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)