Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
"Apa kamu ini memaksaku untuk membawamu rujuk di biro urusan sipil?" Jonathan mencengkram lenganku dengan kuat, lalu tatapannya mengunci tatapanku, "Coba kamu katakan sekali lagi. Kamu single, jadi kamu bebas?"
Aku jelas sekali merasakan cengkraman di lenganku pelan-pelan bertambah kuat. Mengatakan perkataan yang tidak mau hidup seperti itu, memangnya aku begitu bodoh? Aku menjilat bibirku, tersenyum datar, lalu berkata ringan, "Aku masih belum sesombong itu. Melihat wajahmu yang tampan, bagaiamana mungkin aku menggoda Refaldy. Benar bukan. Kamu harus lebih percaya diri pada dirimu sendiri."
Setelah aku memuji Jonathan, suasana hatinya seketika membaik dan tersenyum. Dia melepaskan tanganku, lalu berkata, "Aku kalah lagi di mulutmu ini."
Selesai berkata, Jonathan tiba-tiba mendekatiku, menempelkan wajahnya di wajahku. Aku mundur, menatapnya bingung dan bertanya, "Ngapain?"
"Melihat apakah tubuhmu ada wangi orang lain?" dia terlalu dekat, bahkan napasnya yang hangat menyapu ke wajahku.
Aku teringat saat pertama kali kita bertemu. Dia cemburu pada Ardy Lu dan ingin menciumku, aku segera berjalan mundur dua langkah ke belakang dan berkata dengan waspada, "Jangan cium aku."
"Siapa yang bilang mau menciummu?" Jonathan mengerutkan dahi dan langsung mengejek, "Atau jangan-jangan, kamu sedang menantikan ciumanku?"
"Iya, menantikan." aku tersenyum. Setelah selesai menertawakan diri sendiri, aku segera menutup mulut dan naik ke atas. Baru saja melewati kamar ibu mertua, aku sudah dipanggil.
"Christine, kamu masuk sebentar." suara ibu mertua sangat tajam, begitu mendengar suaranya, hatiku langsung panik.
Setiap kali berinteraksi dengan ibu mertua, rasanya panik seperti di pertempuran. Tapi mau tidak mau tetap harus dihadapi.
Aku diam-diam menelan air liur, bernapas ringan, lalu membuka pintu. Ibu mertua sedang duduk sambil menutup mata. Mendengar pintu tertutup, matanya baru pelan-pelan terbuka.
Melihat wajahnya yang tegas, aku tidak tahu harus memanggilnya apa. Memanggil ibu, pasti akan dimarahi.
Memanggil bibi, tidak baik kali?
Memanggil hei? Sama saja dengan cari mati.
Baiklah, lebih baik aku diam saja. Mau marah, mau pukul, terserah. Yang jelas kemarin aku sudah tinggal dengan tidak tahu malu di sini, jadi aku juga sudah melakukan persiapan untuk dimarahi olehnya.
Dia menatapku dengan tajam lalu bertanya, "Sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan sekarang?"
"Aku .... tanya padaku ya?" ditanya begitu tiba-tiba oleh ibu mertua, aku malah tidak tahu harus menjawab apa. Aku kira dia akan memarahiku tidak tahu malu, atau yang lain yang lebih tidak enak didengar, tapi siapa yang tahu dia malah bertanya pendapatku?
"Apa di kamar ini ada orang lain? Kalau bukan bertanya padamu, aku bertanya pada siapa?" mendengar ibu mertua berkata tegas, aku malah jauh lebih tenang. Dia seharusnya memiliki sikap seperti ini baru normal.
Aku merasa aku sendiri sudah tidak dapat ditolong lagi, memerlukan orang lain untuk meningkatkan kesegaran.
"Aku ingin kembali ke samping Jonathan." setelah aku mengumpulkan keberanian dan menjawab dengan jujur, aku semakin menundukkan kepala. Aku tadi menjawab bibi dengan begitu jujur, kelihatannya mukaku memang tebal.
Awalnya aku kira setelah menjawab, bibi pasti akan marah. Siapa yang tahu dia hanya berdiri, berjalan ke arahku, berputar mengelilingiku dua kali. Setelah lama mengamatiku, dia berkata, "Wanita sepertimu, mempunyai kharisma seperti apa sampai membuat Jonathan begitu mencintaimu?"
Aku juga sangat penasaran terhadap pertanyaannya, tapi aku tidak berani bertanya.
"Jangan berpura-pura patuh di hadapanku, aku tahu kalau kamu tidak mempunyai trik khusus, Jonathan tidak mungkin dibuat cinta sampai tidak dapat melepaskanmu pergi seperti ini." pandangan ibu mertua tidak pernah lepas dari tubuhku.
Dia menatapku, ingin mengertiku dengan jelas, tapi aku adalah pengecualian. Satu-satunya wanita yang tidak bisa dilihat jelas.
Aku tidak menjawab perkataan ibu mertua. Di hadapannya, apapun yang aku katakan salah. Lebih baik menundukkan kepala dengan patuh dan membiarkan dia memarahi, melampiaskan kekesalan saja.
Mungkin aku yang diam membuat ibu mertua marah. Dia melambaikan tangan dan berkata, "Keluar saja. Begitu melihat wajahmu, aku langsung pusing."
"Baiklah." setelah aku menjawab kecil, aku keluar lalu menutup pintu dengan pelan.
Begitu menutup pintu, aku menepuk-nepuk dadaku yang berdebar kencang. Kalau dipanggil beberapa kali lagi, mungkin aku harus ke dokter, takut jantungku kenapa-napa.
Aku tidak tahu kenapa ibu mertua mencariku untuk bicara, mungkin Jonathan sudah mengatakan pada dia kalau aku akan rujuk, jadi aku baru bisa dipanggil olehnya!
Semua ini hanya tebakanku saja.
Jonathan sepertinya tidak memaksaku untuk langsung rujuk. Aku juga sangat tidak tahu malu. Sering menjaga Bernice, juga sering membantu Bibi Chang beres-beres rumah.
Dua hari kemudian, Refaldy Ying menjemput ibunya keluar rumah sakit, datang ke rumah Keluarga Yi.
Aku pertama kalinya melihat ibu Refaldy Ying. Wanita yang tinggi, kurus, dan memiliki wajah yang segar. Matanya memancarkan rasa depresi, mirip salah satu artis zaman dulu. Mungkin karena kecelakaan, wajahnya sangat pucat, tapi memiliki semangat yang bagus.
Saat bertemu dengan ibu mertua, ibu Refaldy menjabat tangan ibu mertua dengan semangat, dan matanya memancarkan sinar spesial.
Aku rasa, mereka pasti mempunyai hubungan persahabatan yang dalam.
Aku berdiri di samping, menatap mereka dalam diam.
Refaldy Ying tiba-tiba melihat ke arahku, menaikkan alisnya, lalu berkata pada ibunya, "Ibu, ini adalah Christine Mo. Perempuan yang waktu itu aku bilang, yang mendonorkan darah padamu."
Perempuan?
Hehe! Sudah berapa tahun tidak mendengar penjelasan seperti itu dari orang lain. Kedengarannya aneh dan juga tidak cocok.
Ibu Refaldy Ying menoleh menatapku, tersenyum dan berkata dengan suara sangat kecil, "Terima kasih banyak untuk pertolongan Nona Mo."
Mataku dengan cepat mengedip dua kali lalu menjawab dengan canggung, "Jangan sungkan, hanya kebetulan saja."
“Nona Mo sekali dilihat adalah wanita yang sangat baik hati." setelah ibu Refaldy Ying memujiku, dia menilaiku naik turun.
Tidak tahu kenapa, aku merasa di mata ibu Refaldy Ying ada banyak hal. Mungkin karena aku terlalu sensitif, kenapa aku merasa dia sangat aneh.
Terlebih lagi dia berkata dengan sangat lemah. Meskipun kecelakaan dan tinggal di rumah sakit, tapi tidak seharusnya lemah sampai tahap seperti ini. Melihat tangan Refaldy Ying yang memapah ibunya dengan hati-hati, menjaga dengan serius.
Mungkin aku yang terlalu berpikir banyak. Jonathan pulang dari perusahaan. Begitu masuk ke ruang tamu, dia langsung memanggilku.
Aku berlari keluar dari dapur. Melihat mawar merah besar yang ada di tangannya, aku berdiri di tempat dan bengong untuk waktu yang lama.
Jonathan ngapain?
Berbuat romantis, mengejarku kembali?
"Jangan menatapku dengan pandangan semangat seperti itu. Bunga ini aku pungut." selesai berkata, Jonathan mendekat, lalu memasukkan bunga itu ke tanganku.
Pungut? Aku melihat punggungnya yang dengan cepat pergi. Dilihat lagi bunga mawar yang cantik ini. Beli ya beli saja. Bilang saja sengaja beli untuk memberikan padaku. Mungkin aku akan senang seharian, kalau dibilang pungut, coba saja pungut setiap hari padaku.
Aku menghirup bunga mawar itu. Meskipun tidak berkata-kata manis, tapi dapat membuatku terharu.
Aku benar-benar terlalu gagal. Perbuatan seperti ini saja sudah mampu membuatku terharu seharian.
Kelihatannya aku juga harus melakukan performa yang baik. Bagaimana kalau malam ini lebih berinisiatif? Atau ... tidak bisa, kenapa aku menyerah secepat ini. Dulu ketika dia cerai denganku, meskipun ada kesulitannya sendiri, tapi aku juga sangat menderita.
Ketika pikiranku sedang ada konflik, pundakku ditepuk orang.
Aku terkejut, bunga mawar di tanganku terjatuh dan kelopak bunga banyak yang rontok. Aku berjongkok dengan perasaan sayang, baru saja mau berdiri dan mengomel, baru menyadari kalau orang itu adalah ibu Refaldy Ying.
"Menganggetkanmu?" ibu Refaldy Ying menatapku dengan bersalah. Matanya selalu ada selapis kabut. Wanita ini pasti saat muda adalah wanita cantik yang sangat berkharisma.
Aku menatapnya dan berkata, "Bukan, aku yang tidak memegangnya baik-baik. Tidak ada hubungan denganmu."
"Aku tadi mendengar bunyi mobil, jadi keluar untuk melihat." selesai berkata, pandangan ibu Refaldy Ying mengedar ke sekeliling, seperti sedang mencari sesuatu.
"Oh, Jonathan yang pulang." aku menjawab dengan asal. Melihat kelopak bunga yang terjatuh, aku merasa sedih, ini adalah bunga yang pertama kali Jonathan beli untukku.
Sudah lewat beberapa tahun, meskipun tidak menantikan, romantis yang tiba-tiba datang, rasa haru belum sampai dua menit, sudah berubah menjadi kesedihan.
"Aku pernah melihat Jonathan di majalah, internet, dan TV. Sangatlah tampan." kata ibu Refaldy Ying sambil tersenyum. Ketika berkata mengenai Jonathan, jelas sekali nada bicaranya berubah jauh lebih cepat dan juga penuh pujian.
"Tuan Ying juga lumayan tampan." aku membalas dengan sungkan.
"Benar, benar, benar, semuanya tampan."
"Bibi, kalau ..." aku tidak tahu bagaimana memanggil ibu Refaldy Ying, hanya bisa memanggil bibi saja.
"Margaku Cheng. Panggil aku Bibi Cheng saja." Bibi Cheng tersenyum kecil. Senyum di wajahnya kelihatan begitu kesepian.
"Baik, Bibi Cheng. Kalau tidak ada apa-apa lagi, aku naik ke atas dulu." hatiku penuh rasa sedih terhadap bunga, tidak memperhatikan ekspresi kesepian di wajahnya dan langsung naik ke atas.
Membuka pintu kamar, Jonathan keluar dari kamar mandi. Telanjang badan, handuk melingkar di pinggang, tubuhnya yang berotot, membuatku menikmati sampai agak lama baru tersadar.
"Sudah puas belum melihatnya?" Jonathan mendekat ke telingaku dan mengejek.
"Siapa bilang aku melihatmu." aku pura-pura santai dan melihat ke arah lain, lanjut berkata, "Siapa suruh kamu keluar seperti ini?"
"Setelah mandi, kalau tidak seperti ini, memangnya keluar telanjang bulat?" setelah Jonathan membalas kalimat seperti ini, aku semakin merasa canggung. Kemampuan bicaranya ini ... dulu tidak pernah melihat dia begitu tidak serius seperti ini.
"Aku tidak dapat mengalahkanmu." aku kalah, lalu menoleh dengan sedikit tidak senang, memandangnya. Aku menyodorkan bunga yang dia berikan ke hadapannya dan berkata, "Tadi tidak sengaja terjatuh, kelopak bunganya rata-rata jadi rontok."
"Kamu terlalu tidak mengerti menghargai barang. Ini adalah pertama kalinya aku membeli bunga dan memberikannya padamu ..." belum selesai berkata, aku mengangkat alis menatapnya.
Mungkin dia mengira dia telah salah bicara dan segera menjelaskan, "Yang jelas juga pungut, tidak apa-apa kalau hancur seperti ini."
"Pungut?" aku bertanya sambil menahan tawa.
"Iya, pungut." Jonathan dibuat kesal karena nada bicaraku yang memancing seperti ini. Melihat tatapan mataku yang curiga, dia menghela napas, dan akhirnya mengakui, "Ya sudah, aku mengakui bunga itu aku beli. Jangan membuat seperti aku telah melakukan suatu kejahatan berat ..."
"Aku sangat suka." aku menarik kembali senyum licikku tadi dan berkata dengan serius.
Jonathan tersentak. Mata gelap itu menatapku dengan senang.
Aku membalas tatapannya dan sekali lagi berkata, "Aku sangat suka. Jonathan, bukan hanya bunga, tapi terlebih lagi hatimu ini."
Novel Terkait
Step by Step
LeksHanya Kamu Hidupku
RenataAfter The End
Selena BeeThe Richest man
AfradenDemanding Husband
MarshallAku bukan menantu sampah
Stiw boyPergilah Suamiku
DanisMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)