Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)

"Aku bersalah, aku panik, kamu benar-benar sangat mengerti aku." mata Jonathan memancarkan kedinginan, juga memancarkan kekecewaan.

Aku tidak mau kalah dan berkata, "Aku memang seperti ini. Apa kamu baru tahu sekarang?"

Selesai berkata, Jonathan berbalik dan membanting pintu keluar. Suara pintu yang tertutup keras membuat tangisku langsung pecah. Aku menundukkan badan, memeluk lutut dan menangis. Memangnya salah aku melakukan ini. Apa setelah mengusir Siti Yun pergi, aku bisa menghilangkan kemarahan dalam hati?

Setalah Siti Yun pergi, apa akan datang wanita lain lagi ke rumah ini?

Apa karena aku terlalu bosan, jadinya sepanjang hari berpikir sembarangan, baru bisa bertengkar dengan Jonathan. Kalau begini terus, aku benar-benar bisa tidak berguna.

Perlahan-lahan, aku mulai tidak bersahabat dengan Siti Yun. Kadang kala mengatakan makanannya tidak enak, kadang kala mengatakan pekerjaan rumahnya kurang bersih. Ibu mertua terkadang tidak terima dan akan bertengkar kecil denganku.

Aku tidak mempedulikan, hanya naik ke lantai atas dan kesal sendiri.

Kondisi kejiwaanku semakin tidak baik. Kadang kala akan merasa sekujur tubuhku tidak enak. Kadang kala saat tidur aku merasa ada orang yang ingin melukaiku. Bahkan saat tidur, setiap hari aku juga bermimpi Jonathan dan Siti bekerja sama menjebakku.

Tapi setelah terbangun dari mimpi, semuanya kembali seperti biasa.

Semenjak aku dan Jonathan perang dingin, dia rata-rata tidak mempedulikanku. Aku juga tidak mempedulikannya. Atas hak apa setiap kali selalu aku yang menunduk duluan. Karena aku terbiasa mengaku salah, dia merasa dia sendiri sangat hebat.

Perang dingin setiap hari seperti ini, menetap di rumah dengan bosan, menjaga anak, aku benar-benar sudah tidak bisa tahan lagi. Setiap kali aku menelepon pada Guru Michael, ingin mendengar berita mengenai dunia luar, tapi Guru Michael memberitahuku, karena sudah memilih keluarga, maka fokus saja mengurus rumah tangga!

Aku menatap kejauhan dari balkon sambil tersenyum pahit. Wanita demi keluarga, apa memang seharusnya menjadi pelayan tua?

Dulu ketika aku berkata pada Jonathan kalau usahaku gagal, aku pun menjual diri, selamanya menjadi ibu rumah tangga. Tapi aku tidak rela. Jelas-jelas ada pembantu, ada ibu mertua, bahkan ada pembantu harian yang datang ke rumah setiap hari. Aku hampir tidak perlu melakukan apa-apa. Rasanya benar-benar menjadi orang tidak berguna.

Malam datang. Setelah mobil Jonathan masuk ke rumah Keluarga Yi, aku yang ada di balkon, melihatnya berjalan masuk ke dalam ruang tamu. Tidak lama kemudian, dia membuka pintu kamar, masuk, menarik dasi dan melemparkan dasi ke samping. Saat dia bersiap untuk pergi ke ruang baca untuk melanjutkan kesibukkan, aku memanggilnya.

"Jonathan, mari kita bicara!" aku berjalan masuk dari balkon dengan tenang.

Dia menoleh dan melihatku, "Aku tidak ingin bertengkar denganmu. Kalau masalah membosankan itu lagi, aku rasa kita tidak perlu bicara."

"Ya sudah kalau begitu. Aku bicarakan secara singkat saja. Aku mau bekerja." aku langsung bicara intinya, karena aku benar-benar tidak mau terus seperti ini lagi. Awalnya aku kira baik-baik menjadi ibu rumah tangga di rumah saja, semuanya akan membaik.

Tapi kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Tidak tahu kenapa hubunganku dengan Jonathan semakin buruk. Ini sama sekali bukan harapanku. Aku yang memiliki keinginan besar, dipaksakan untuk tinggal di rumah. Apalagi tidak ada kerjaan untukku lakukan. Ini jelas-jelas sedang pelan-pelan mengikis kesabaranku.

Setelah aku selesai berkata, Jonathan terdiam.

Lama kemudian, dia berkata pelan, "Waktu itu aku pernah berkata padamu, kamu lebih baik tinggal di rumah. Bella dan Bernice membutuhkan ibu mereka. Kamu berhutang tiga tahun kasih ibu pada Bella. Jangan lupakan itu."

"Aku tidak lupa." jawabku, "Tapi aku juga adalah orang yang mandiri. Menyuruhku tinggal di rumah setiap hari, terlalu tidak enak. Aku akan berpikir sembarangan. Aku merasa jarak aku dan kamu semakin besar. Bahkan aku curiga, sekarang kamu sudah tidak mencintaiku lagi."

"Kamu berpikir terlalu banyak." Jonathan menjawab dengan tidak peduli lalu membalikkan badan. Ketika dia meletakkan tangannya di ganggangan pintu, aku sekali lagi menghentikannya.

"Apakah hanya dengan cerai baru kamu bisa mengizinkan aku pergi bekerja? Apa dengan cara itu, kamu baru tidak akan seperti ini membatasi kebebasanku?" aku tidak tahu keberanian dari mana, berani-beraninya mengungkit kata "cerai" di hadapan Jonathan.

Kata mengerikan itu tidak pernah muncul dalam benakku. Bukannya terlalu implusif, tapi kata itu keluar tanpa aku sadari. Aku berdiri di tempat dengan tersentak. Melihat mata Jonathan yang mengerikan itu terarah ke tubuhku.

"Coba kamu katakan sekali lagi?" dia mengancamku dengan suara kencang dan perlahan-lahan berjalan ke arahku. Aku terkejut dan berjalan mundur karena takut, sampai punggungku merasakan dinding yang dingin.

Aku menatapnya balik dengan tatapan sedih pada wajahnya yang tampan. Mataku berkaca-kaca, "Jonathan, aku ingin tinggal di rumah dengan patuh. Menjagamu, menjaga anak, tapi aku menyadari hal muda seperti itu bagiku, malah lebih sulit dari naik ke langit."

Begitu mendengar aku berkata seperti itu, Jonathan tersenyum merendahkan, "Jadi maksudmu aku membatasi kebebasanmu?"

Aku diam, tidak ingin menjawab.

"Jawab!" dia berteriak dan membuat aku terkejut.

Jantungku berdetak cepat cukup lama dan tubuhku sedikit bergetar. Aku menggertakkan gigi, memelototinya, lalu menjawab dengan serius, "Benar, kamu telah membatasi kebebasanku. Dalam hatiku, kita seharusnya setara. Tapi aku sekarang tidak melihat kesetaraan apapun. Kamu membatasiku dengan pernikahan, dengan anak. Saat kamu tertawa bersama Siti, apakah kamu memikirkan perasaanku?"

"Apa hubungannya pernikahan kita dengan Siti?" Jonathan berseru marah kepadaku, "Christine, kamu benar-benar semakin tidak masuk akal."

Aku tersenyum sedih dan memaksakan senyum, "Iya, tidak masuk akal. Tinggal di rumah, aku selalu sembarangan berpikir. Kamu kira apa aku masih bisa terus berbesar hati seperti ini?"

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu