Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
"Christine?" Terdengar suara mama di telepon, seperti tidak percaya dengan suaraku.
"Ini Christine kan?" Teriak mama.
"Iya ma, ini Christine." Jawabku.
"Kemana saja kamu selama ini? Sekarang kamu dimana?" tanya mama. Dia menghujaniku dengan berbagai pertanyaan, aku melirik ke selimut, di sana tertulis nama rumah sakit tempat aku berada sekarang.
"Christine di RSUD, ma."
Baru saja aku menutup telepon, Jonathan memasuki ruangan, dia menghampiriku lalu duduk di samping tempat tidur.
"Aku tadi ambil hasil lab dan USG." Ujarnya sembari memberiku laporan hasil pemeriksaan.
"Bayinya sudah lima bulan, hasil tes darah dan lainnya semuanya bagus." Tambahnya lagi, kali ini, dia tersenyum.
"Kamu juga mencurigai kalau anak di perutku bukan anakmu, kan?" Tanyaku dengan ragu-ragu.
Jonathan menggeleng, dia memandangku lekat-lekat.
"Christine, kata-kata nenek jangan diambil hati, dia kan sudah tua. Kita sebagai anak muda mengalah saja."
"Mengalah?" aku tersenyum pahit mendengar kata-kata Jonathan.
"Kamu kan juga dengar sendiri apa yang dikatakan nenekmu, sepertinya aku sudah tidak dianggap sebagai manusia lagi, ya? Katamu aku harus mengalah?
"Kamu tidak tahu kan? Alasan kenapa Yoga menculikku? Itu semua Cynthia yang mengatur!" Kataku sembari terisak.
"Cynthia?" Jonathan mengangkat alisnya, seakan tidak percaya.
"Jonathan, kamu tidak percaya denganku?" Aku menatapnya dengan nanar. Aku tahu, pasti dia mengira aku mengalami depresi saat hamil, makanya dia curiga.
Kondisi mentalku sekarang sedang sensitif, pasti karena insiden penyekapan oleh Yoga.
"Aku percaya." Jawab Jonathan dengan lembut, dia memelukku dan menepuk-nepuk punggungku, berusaha menenangkan aku yang sedang terguncang.
Mungkin ada baiknya aku menuruti kata-kata Jonathan, biarkan kondisi rumah tenang dulu dan tidak membuat keributan apapun. Aku harus menjadi cucu yang penurut.
Tapi... aku tidak bisa. Bahkan aku tidak tahu apa yang aku takutkan, jangan-jangan, insiden kemarin sudah membuatku gila?
Mama datang menengokku, dia sempat bertukar salam dengan Jonathan, lalu duduk di sampingku. Melihat wajahku yang semakin tirus, sepertinya dia khawatir.
"Christine, selama ini kamu kemana saja? Tidak pernah memberi kabar. Jonathan mengatakan, kamu pergi jalan-jalan." Tanya mama.
Pandanganku dan Jonathan bertemu, aku tahu, dia tidak mengatakan yang sebenarnya karena takut mama khawatir.
Suara mama terdengar menggelegar di ruangan ini, meskipun menyebalkan, tetapi sangat nyata. Aku merasa terharu dan memeluk mama erat-erat.
"Sudah sebesar ini masih manja!" Ujar mama sambil menepuk punggungku, meskipun begitu, mama tersenyum hangat.
Aku pulang dari rumah sakit setelah dua hari. Dari kabar terpercaya mama, aku mendengar bahwa setelah Sarah meninggal, kedua anaknya hidup dengan ayahnya, tidak sampai satu bulan, suaminya sudah menikah lagi.
Mama mengatakan, mungkin suami Sarah melakukan KDRT terhadapnya, belum lagi selingkuh dengan wanita lain, akhirnya dia tidak tahan dan memilih melakukan hal bodoh.
Karena kejadian itu, aku tidak bisa hadir di pemakamannya, tidak bisa mengantarnya di perjalanan terakhirnya.
Jonathan mengantarku ke rumah keluarga Chandra. Di rumah mewah nan megah inilah, yang mulia nenek Jonathan tinggal. Nenek melihatku kembali, raut wajahnya terlihat tidak senang.
Aku juga tidak mengharapkan akan disambut olehnya.
Waktu makan malam, nenek dengan angkuh menghabiskan buburnya, dia duduk di kursi utama.
"Kamu harus makan yang banyak, kamu kurus sekali." Ujar Jonathan sembari mengambilkan makanan untukku.
Baru saja aku membuka mulutku, terdengar suara sendok dibanting ke meja. Ternyata nenek. Dia berdiri dan bersiap meninggalkan ruang makan.
"Nenek sudah kenyang?" Tanya Jonathan dengan sopan.
"Tidak perlu pedulikan nenek, pedulikan saja wanita itu. Jangan bilang nenek tidak mengingatkan kamu ya, kamuflase terbaik seorang wanita adalah air mata dan kehamilan!" Ujar nenek dengan ketus. Nenek memandangku sinis, kemudian bergegas meninggalkan ruang makan.
Tentu saja aku merasa sakit hati, tapi apa boleh buat. Aku menahan air mataku supaya tidak jatuh. Di bawah atap ini, apapun yang terjadi, aku harus menundukkan kepala.
Setiap malam, Jonathan membawa pekerjaannya ke rumah. Katanya, dia bisa bekerja sekaligus menjagaku.
Hal ini membuatku terharu, oleh karena itu, demi Jonathan aku harus bisa menahan semuanya. Aku tidak ingin membuatnya susah.
Aku bertanya kepada Jonathan perihal rumah yang kami tinggali dulu di pusat kota, apakah sudah terjual.
"Belum terjual kok.. Lagipula, untuk apa dijual? Kita juga tidak sedang kekurangan uang." Jawabnya.
Maksudku menanyakan ini adalah, karena pen recorder yang kusimpan di laci rumah itu. Aku mencari waktu untuk pergi kesana dan mengambilnya, lalu akan kubawa ke rumah ini.
Aku tidak sabar ingin menunjukkan diri Cynthia yang sebenarnya. Aku ingin membuktikan kepada dirinya, bahwa aku tidak mudah ditindas.
Malam itu, aku menunggu Jonathan di taman, tetapi aku tidak tahan dengan gigitan nyamuk disana, akhirnya aku memutuskan untuk naik ke atas.
Aku melewati kamar nenek Jonathan, pintu kamarnya tidak tertutup rapat, terdengar suara dari dalam.
Sebenarnya, aku tidak berniat mencuri dengar, tetapi nenek sedang membicarakanku.
Rupanya nenek sedang bicara dengan Cynthia melalui telepon. Mereka membicarakan banyak hal buruk tentangku, malas, karakterku yang buruk, keras kepala, dihamili oleh orang lain, dan banyak lainnya. Nenek meminta Cynthia supaya menemukan cara untuk mengusirku.
Aku terperanjat, ternyata semua usahaku selama ini sia-sia. Untuk apa kulakukan semua ini?
Aku tersenyum pahit, ini adalah pilihanku sendiri. Apapun yang terjadi, aku harus terus melangkah maju.
Hari-hariku di rumah ini terasa panjang dan tanpa arti. Tetapi, hari itu mama meneleponku. Katanya, Christopher berhutang uang dan tidak mampu membayarnya, akibatnya tiga ruas jarinya habis dipotong. Sekarang dia sedang di rumah sakit.
Sesampainya aku di rumah sakit, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Di pintu UGD, aku melihat mama sedang memeluk kakak iparku yang menangis histeris.
Ada sesuatu yang menarik perhatianku. Aku melihat perut kakak iparku yang terlihat langsing. Aku terperanjat kaget.
"Tunggu...... Bukankah dia sedang hamil? Kok perutnya rata?!" Pikirku dalam hati.
Rasa penasaranku tak terbendung lagi, aku tidak tahan untuk bertanya soal perutnya yang rata.
"Kak, bukannya sudah mau tujuh bulan? Kok perutnya.........."
"Sudah tidak ada." Kata kakak ipar dengan senyuman pahit.
"Maksudnya? Bagaimana bisa?" Tanyaku dengan memaksa. Aku memahami arti dari senyuman pahit itu, tentu saja aku mengerti perasaan kakak ipar. Karena aku juga mengalami hal yang sama dengan anak pertamaku.
"Kakakmu tidak bisa lepas dari kecanduan judinya. Suatu hari, dia pulang dan mengambil uang, lalu kami bertengkar hebat. Dia mendorongku dengan keras sampai terbentur meja, dengan begitu, aku kehilangan bayiku." jawab kakak iparku sembari menghela nafas.
Christopher sialan. Dia memang layak dipotong-potong. Kalau jari-jarinya tidak bisa tersambung kembali, dia akan menjadi cacat, aku jadi mengkhawatirkan keluarga ini.
Operasi berjalan selama tiga jam lebih dan ternyata operasinya gagal. Jari-jarinya gagal diselamatkan karena sel-selnya sudah mati.
Kata-kata dokter membuat kakak ipar tak kuasa menahan tangisnya,
Mama terlihat syok, bersandar di dinding dan kemudian terjatuh. Aku dan kakak ipar segera membantu mama bangun dan memapahnya ke samping. Aku memberi mama minum.
"Apa yang salah dengan keluarga ini? Ya Tuhan, mengapa Engkau memberikan cobaan yang begitu berat kepada kami?" Ujar mama. Mama menangis histeris.
Setelah itu, Jonathan menelepon, aku mengatakan aku sedang di rumah sakit, tetapi aku tidak membicarakan masalah Christopher kepadanya.
Kakak ipar tidak menunggu sampai Christopher keluar dari ruang operasi, dia berjalan sendirian menyusuri koridor rumah sakit yang panjang. Melihat sosoknya yang begitu lemah, aku mengikutinya.
"Jadi... bagaimana rencana kakak selanjutnya?" Aku tidak kuasa menatap kakak iparku, dia sudah mengalami banyak hal buruk.
"Aku ingin cerai." Ujar kakak iparku dengan mantap. Aku tidak heran kata-kata itu meluncur keluar dari mulut kakak ipar, kalau aku yang di posisinya, dari awal aku juga sudah tidak tahan.
"Bagaimanapun keputusan kakak, aku akan mendukung." Kataku.
Air mata kakak ipar tumpah, beban berat ini sudah ditanggungnya selama bertahun-tahun. Setelah puas menangis, kakak ipar langsung pergi meninggalkan rumah sakit.
Sekembalinya aku ke ruang tunggu, mama menanyakan keberadaan kakak ipar karena dia tidak bersamaku.
"Sudah pergi." Jawabku.
"Apa maksudnya sudah pergi? Suaminya belum keluar kok sudah ditinggal. Istri macam apa itu???" Protes mama.
Aku terdiam, tidak menjawab mama.
Tiba-tiba, aku merasa sangat kesal dengan kakakku sendiri.
"Christopher brengsek! Sebrengsek apapun dia, di mata mama dia akan selalu menjadi anaknya. Padahal sampah begitu!" Ujarku dalam hati.
Christopher keluar dari ruangan operasi, dia melihat sekelilingnya, seperti mencari-cari sesuatu.
"Mana kakak iparmu?"
“Sudah pergi. Dia ingin cerai denganmu." Jawabku singkat, padat, jelas.
Mendengar jawabanku, Christopher menjadi tidak tenang, dia melempar selimut yang menutupi tubuhnya, bangun dari tempat tidur dan melepas selang infus dari tangannya.
"Wanita sialan! Berani-beraninya ingin cerai denganku!" Ujar Christopher dengan marah.
”Memangnya kenapa dia tidak boleh cerai denganmu?" Aku kembali bertanya kepada Christopher dan menahan tubuhnya.
Christopher dan mama terdiam, mereka menatapku dengan bingung.
"Kamu pikir saja sendiri. Selama ini, bagaimana caramu memperlakukan kakak ipar? Selain judi, apa lagi yang kamu lakukan? Apakah selama ini dia bahagia hidup bersamamu? Kami, wanita tidak menuntut macam-macam, yang kami perlukan bukan kemewahan, kami hanya ingin hidup damai dalam kepastian, hidup bahagia, selama ini, apa yang pernah kamu berikan padanya?"
Christopher diam mematung mendengar kata-kataku, dia tidak bisa berkata apa-apa.
"Kalau kamu tidak bisa membahagiakan dia, sudahlah lepaskan saja! Biar dia mencari laki-laki lain yang tulus mencintainya. Jangan ganggu dia lagi." Lanjutku geram.
Aku memberikan sebuah kartu debit kepada mama untuk membayar tagihan rumah sakit Christopher lalu pergi meninggalkan mereka.
Sesampainya aku di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Aku sudah bersiap untuk menarik selimut dan tidur ketika Jonathan masuk ke kamar. Dia menyibak selimutku.
"Pulang-pulang langsung tidur, memangnya ada apa sih tadi?"
"Tidak ada apa-apa." Ujarku sembari menggelengkan kepala.
Jonathan tidak perlu tahu persoalan yang sedang dihadapi keluargaku.
Aku bangun dan masuk ke pelukan Jonathan, aku memeluk pinggangnya erat.
"Jonathan... Kamu akan memperlakukanku dengan baik kan? Aku juga akan baik-baik denganmu, selamanya kita tidak akan pernah berpisah. Janji ya?"
"Bodoh, kalau aku tidak baik ke kamu, memangnya aku mau baik ke siapa lagi?" Jawab Jonathan sembari tersenyum.
Novel Terkait
My Cold Wedding
MevitaLove at First Sight
Laura VanessaLelaki Greget
Rudy GoldLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyYour Ignorance
YayaThe Richest man
AfradenSee You Next Time
Cherry BlossomMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)