Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 70 Tidak Meninggalkanmu

"Dia sekarang sangat mesra dengan Bos Sean, senang sekali." Stella tertawa dengan iri, "Amanda kali ini sepertinya sangat serius."

Aku tertawa dingin dan menggelengkan kepala, siapa yang serius dengan Sean, itu pasti orang bodoh.

"Oh iya, malam mau makan apa?" Aku bangkit berdiri, melangkah maju, dan membuka kulkas, kosong, sama sekali tidak ada apa-apa.

"Tidak tahu mau makan apa, kalau tidak kita ke supermarket dulu saja." Stella sangat suka jalan-jalan, sangat senang membeli sayuran diskon, dia benar-benar memiliki jiwa keibuan, siapa saja yang mendapatkan menantu seperti dia, pasti sangat beruntung.

Aku dan Stella pergi ke supermarket, membeli sayuran, baikut, telur, dan juga beberapa macam acar, beberapa bisa dimakan untuk sarapan besok pagi. Setelah pulang ke apartemen, sudah kira-kira pukul 3-4 sore.

Stella pun mulai sibuk di dapur, dan aku membereskan ruang tamu, balkon, juga kamar mandi.

Saat aku mencium bau harum makanan yang sudah disajikan di atas meja makan, aku segera duduk di kursi, dan mengambil nasi putih, sebelum aku melahap satu suapan, ponselku berdering.

Setelah aku melirik nama yang muncul di layar ponselku, wajahku membeku, aku meletakkan mangkok serta sumpit, kemudian mengangkat telepon itu, "Halo!"

"Kirim lokasi kepadaku." Jonathan berkata seakan memerintahku.

Aku pun juga aneh, sekarang aku tidak berhutang padanya, tidak makan darinya, tidak tinggal dengannya, tidak bergantung kepadanya, tapi aku masih dengan patuh mengirimkan lokasi kepada Jonathan.

Buddha berkata kalau di kehidupan lalu melakukan kesalahan, maka harus membayarnya di kehidupan kali ini, sepertinya di kehidupan yang lalu aku adalah seorang penjahat.

"Siapa?" Stella menatap wajah muram ku, dan bertanya tak mengerti.

Aku kembali tersadar, dan menatap Stella lalu berkata: "Nanti ada teman yang mau datang, kamu tidak keberatan kan!"

Stella menggeleng, mata besarnya menatapku lekat, kemudian dia pun tertawa, "Jangan-jangan pacarmu?"

Aku menundukkan kepala dengan canggung, dan bergumam: Pacar apanya, kalau perceraiannya sukses, ini adalah mantan suami kedua.

"Christine, kamu sepertinya sangat misterius, kurasa pria di sekitarmu semuanya sangat punya uang, contohnya, bos Sean?" Stella bertanya dengan ragu-ragu, matanya berkedip-kedip, dia yang biasanya tidak banyak bicara, kenapa setelah kembali dari luar negeri. Dia sangat memperhatikanku.

Aku menatap Stella dengan aneh, aku merasa dia menggunakan kata yang aneh, punya uang? Mengapa Stella berkata pria di sekitarku semuanya punya uang, jangan-jangan dia juga wanita yang pengertian?

Aku mengangkat mangkokku dengan penuh kecurigaan, menyantap makanan dengan sekali telan, dan melihat ke arah Stella yang tak banyak bicara dengan alis mengerut, sepertinya dia sedang berusaha untuk menyenangkanku, jangan-jangan dia mau aku mengenalkannya pada seseorang?

Benar juga, umur Stella juga tidak muda, kepribadiannya stabil, seringnya dia tidak begitu memilki inisiatif, tubuhnya tidak tinggi, dan dia cukup baik, tapi dia jarang tersenyum, seperti terlihat selalu tidak senang.

Aku menemani Stella sampai selesai makan, dan membantunya membereskan mangkok dan sumpit, kemudian ponselku kembali berdering, Jonathan meneleponku, menyuruhku untuk menjemputnya di bawah.

Tidak ada cara lain, siapa yang menyuruhnya untuk memakanku habis-habisan, aku hanya bisa berkompromi, dan turun menjemputnya.

Begitu masuk, Stella berdiri di ruang tamu, dan dengan penuh antusias melihatku kemudian bertanya: "Temanmu mana?"

"Oh, di luar, aku menyuruhnya menunggu sebentar, agar tidak mengagetkanmu." Aku menjawab dengan canggung, berharap Stella akan kembali ke kamarnya lebih dahulu, lagipula aku membawa suamiku datang kesini, aku tidak tahu bagaimana menjelaskan statusnya.

"Dia sangat jelek kah?" Stella bertanya tak mengerti.

Aku menggelengkan kepala, "Bukan sangat jelek, hanya......" Sebelum aku selesai bicara, Jonathan sudah membuka pintu dan masuk begitu saja.

"Mau membuat aku menunggu di luar berapa lama?" Jonathan berjalan masuk dengan aacuh tak acuh, mengeluh kepadaku.

Aku melirik ke arah Stella, dia tampak sangat terkejut kedua matanya melotot berbinar-binar menatap Jonathan, seperti pertama kalinya aku melihat Jonathan.

Saat itu begitu lampu menyala, aku benar-benar sepenuhnya terpaku dengan ketampanan Jonathan.

Bukan hal baik seorang pria tampak begitu tampan, jadi mudah menarik bunga persik.

"Christine, dia siapa?" Stella bertanya dengan suara kecil yang manja.

"Dia..." Aku masih tidak tahu perkenalan apa yang tepat, Jonathan menyapukan pandangan ke semua sudut, melihat pintu kamar tengah yang agak terbuka, dan langsung menarik tanganku untuk masuk, dan menutup pintu.

Aku bertanya dengan terkejut: "Bagaimana kamu bisa tahu ini kamarku?"

"Menggunakan mata untuk melihat." Pandangan Jonathan sungguh sangat tajam, aku tahu, pasti dia melihat bajuku yang ada di atas kasur, aku benar-benar bodoh, masih pula menanyakan hal bodoh seperti itu.

"Temanku mau berkenalan denganmu, aku belum memberitahunya bahwa aku sudah menikah, bolehkan aku mengenalkanmu sebagai pacarku?" Aku bertanya dengan suara pelan, dia hanya menatapku dengan pandangan main-main.

"Pacar?" Dia tertawa, dan langkah demi langkah mendorongku sampai dinding, kedua tanganku mencegahnya, dan mencicit: "Jangan begini, kesannya tidak bagus."

"Dari suami menjadi pacar? Mau apa, pacaran?" Dia menyorongkan kepalanya ke tenguk leherku, dan menghembuskan nafas panas di belakang telingaku. Tangannya perlahan mulai menyingkirkan rambut pendekku, kemudian menghirup lembut aroma parfum di leherku, dan berbisik menggoda: "Wangi sekali."

Sekujur tubuhku terasa tegang dan kaku, tak berani bergerak, dan berkata: "Jonathan, bisakah keluar sebentar, kita seperti ini langsung masuk kamar, bagaimana pandangan temanku terhadapku?"

"Dia melihatmu bagaimana, apa urusannya denganku?" Dia sangat suka bersandar di belakang telingaku yang merupakan titik sensitifku, suaranya rendah, dan menggelitik telingaku.

"Aku mohon." Aku berbisik memohon.

"Tidak ada tindakan nyata." Dia tertawa dengan nakal, senyumnya benar-benar terlihat sadis, tapi senyumnya ini juga sangat memabukkan.

Aku menggigit bibir, memejamkan mata, sebelum aku berinisiatif untuk menciumnya, dia sudah mendaratkan bibirnya di bibirku. Ciumannya sangat pelan, lembut, tidak ada gairah nafsu, dan dengan cepat melepaskan bibirku.

Aku membuka mataku perlahan dan menatapnya dengan cermat, pandanganku masih terasa buram.

"Masih mau?" Dia menggoda, dan aku seketika pun tersadar, menundukkan kepala, mendorongnya, dan dengan berat hati menggelengkan kepala sambil berkata: "Tidak."

"Bukankah kamu bilang, temanmu mau berkenalan denganku?" Jonathan mengingatkanku, aku tersentak kagum, dan membuka pintu.

Stella masih berdiri termangu di ruang tamu, wajahnya tampak kecewa, dan sorot matanya tampak terluka, dan berkata: "Apakah temanmu membenciku?"

Aku menggeleng cepat, "Tidak, dia bukan orang seperti itu, dia terbiasa bermain keren."

Setelah aku selesai bicara, Jonathan muncul di belakangku, dan bersandar di belakangku, tangan kanannya merengkuh bahuku, membentuk sebuah gambaran mesra yang romantis.

"Pacarmu?" Stella bertanya dengan heran, di kedua matanya jelas tersorot kekecewaan.

"Iya, pacarku, Jojo." Aku tertawa canggung, setelah memperkenalkannya, tampak sorot kekagetan di mata Jonathan karena aku memberinya nama pangilan Jojo.

Aku tentu tidak berani mengucapkan nama aslinya, di kota F, siapa yang tidak kenal PT Weiss, siapa yang tidak kenal Jonathan Chandra, kalau aku mengatakan nama lengkapnya, Stella pasti akan sangat terkejut, kenapa pria di sekelilingku semuanya orang kaya.

Tiba-tiba Stella menarikku ke samping, dan berbisik di telingaku:"Christine, pacarmu itu pasti sangat kaya!"

Aku mengedipkan mata, "Kenapa bertanya begitu?"

"Aku barusan melihat, mobilnya yang berhenti di bawah itu Bentley, setelan jasnya juga spesial, jangan-jangan juga keluarga kaya tersohor juga?" Stella bertanya heran, matanya tak henti-hentinya melirik ke arah Jonathan.

Aku tidak mengerti, Stella yang biasanya hanya berdiam diri di dalam, kenapa akhir-akhir ini selalu mengikuti semua hal yang ada di luar, keluarga kaya tersohor apa, keluarga besar apa, kalau pintu itu tidak tepat, menikahinya hanya akan menjadi menantu perempuan yang diintimidasi, dan tidak akan bisa mengangkat kepalanya seumur hidup.

"Bukan keluarga kaya, dia menyewa setelan jas dan mobilnya." Aku berkata pelan, tidak tahu kenapa Stella bertanya tentang ini, tapi satu hal yang pasti, kemanapun Jonathan pergi, pasti akan menjadi bahan pembicaraan wanita.

Jadi aku yang awalnya percaya diri, di hadapannya selalu terjatuh.

Stella tidak peduli apakah dia pacarku, dia mengumpulkan keberanian dan melangkah maju, mengulurkan tangannya, dan memperkenalkan diri: "Halo, Jojo, namaku Stella, teman kelas Christine di luar negeri, sekarang tinggal bersama."

Jonathan menatap Stella dengan dingin, bahkan dia pun tidak menjabat tangannya, dan merespon "halo" dengan datar.

Stella tertawa cangung. Dia mengira Jonathan sama seperti Sean, setiap kali bertemu dengan wanita, mulutnya selalu mengucap manis, seketika, kepercayaan dirinya pun tergores dalam.

Jonathan dan Sean adalah dua orang yang sangat berbeda dengan kepribadian yang sangat berbeda pula, Jonathan sangat mirip denganku, perasaannya terlihat jelas di wajahnya, tidak suka, tidak senang bisa dilihat begitu saja di matanya.

Sean, selamanya memasang wajah seperti itu, selalu berbicara manis kepada wanita, selamanya tidak pernah tahu perasaannya yang sesungguhnya.

"Kalian mengobrol lah." Setelah mengatakannya dengan patah hati, Stella segera kembali ke kamarnya.

Aku menarik Jonathan ke dalam kamar, dan menutup pintunya sambil bertanya: "Kenapa kamu seperti itu ke temanku, dia itu wanita, tidak bisakah kamu lebih lembut sedikit?"

"Temanmu juga bukan punyaku." Jonathan berkata santai.

Kata-katanya cukup masuk akal, temanku, dia tidak perlu mengenalnya, tapi kenapa dia datang kesini?

"Jonathan, apa kamu tahu hal terburuk darimu?" Aku melotot ke arahnya, dan bertanya dengan dingin.

"Aku buka telinga untuk mendengarkanmu." Jonathan menatapku dengan acuh tak acuh, dengan senyum tipis di matanya.

"Terlalu membenarkan diri sendiri."

"Katakan sekali lagi." Jonathan menatapku tajam, dan menyuruhku untuk mengulangnya.

"Kamu terlalu membenarkan diri sendiri, kamu pikir kamu siapa, punya uang lalu kenapa, punya wajah tampan juga kenapa, pria yang lembut terhadap wanita, barulah seorang pria yang sesungguhnya, barulah disukai wanita." Aku mengeluh panjang.

Jonathan menatapku dalam diam, setelah lewat beberapa waktu dia berkata: "Aku hanya menginginkan cinta darimu seorang, wanita lain, apa urusannya denganku."

Seusai bicara, aku menatapnya terkejut, dan melihatnya melangkah maju, tangannya memeluk pinggangku, dia menundukkan kepala, dan bibirnya mengunci bibirku.

Saat dia menciumku benakku seperti kosong, hanya putih belaka, kata-katanya barusan itu apakah berarti aku mencintaimu? Dia sedang menyatakan perasaan kepadaku?

Aku mendorong Jonathan, dengan suara bergetar aku bertanya sambil menatapnya: "Jonathan, kamu mencintaiku?"

"Yang kukatakan tidak jelas?" Dia menaikkan alis.

Aku menggelengkan kepala, "Tidak, aku ingin kamu mengatakannya dengan jelas kepadaku, sebenarnya kamu mencintaiku atau tidak?"

"Menurutmu?" Dia tertawa, kata-katanya membuatku cemas, mengatakan cinta padaku merupakan hal yang sesulit itu kah?

"Jonathan, kamu hanya perlu mengatakan kamu mencintaiku, seumur hidupku meskipun langit runtuh, atau bumi gempa, aku tidak akan meninggalkanmu." Aku bersumpah, dan menatapnya dengan penuh harap.

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu