Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
"Dia sekarang sangat mesra dengan Bos Sean, senang sekali." Stella tertawa dengan iri, "Amanda kali ini sepertinya sangat serius."
Aku tertawa dingin dan menggelengkan kepala, siapa yang serius dengan Sean, itu pasti orang bodoh.
"Oh iya, malam mau makan apa?" Aku bangkit berdiri, melangkah maju, dan membuka kulkas, kosong, sama sekali tidak ada apa-apa.
"Tidak tahu mau makan apa, kalau tidak kita ke supermarket dulu saja." Stella sangat suka jalan-jalan, sangat senang membeli sayuran diskon, dia benar-benar memiliki jiwa keibuan, siapa saja yang mendapatkan menantu seperti dia, pasti sangat beruntung.
Aku dan Stella pergi ke supermarket, membeli sayuran, baikut, telur, dan juga beberapa macam acar, beberapa bisa dimakan untuk sarapan besok pagi. Setelah pulang ke apartemen, sudah kira-kira pukul 3-4 sore.
Stella pun mulai sibuk di dapur, dan aku membereskan ruang tamu, balkon, juga kamar mandi.
Saat aku mencium bau harum makanan yang sudah disajikan di atas meja makan, aku segera duduk di kursi, dan mengambil nasi putih, sebelum aku melahap satu suapan, ponselku berdering.
Setelah aku melirik nama yang muncul di layar ponselku, wajahku membeku, aku meletakkan mangkok serta sumpit, kemudian mengangkat telepon itu, "Halo!"
"Kirim lokasi kepadaku." Jonathan berkata seakan memerintahku.
Aku pun juga aneh, sekarang aku tidak berhutang padanya, tidak makan darinya, tidak tinggal dengannya, tidak bergantung kepadanya, tapi aku masih dengan patuh mengirimkan lokasi kepada Jonathan.
Buddha berkata kalau di kehidupan lalu melakukan kesalahan, maka harus membayarnya di kehidupan kali ini, sepertinya di kehidupan yang lalu aku adalah seorang penjahat.
"Siapa?" Stella menatap wajah muram ku, dan bertanya tak mengerti.
Aku kembali tersadar, dan menatap Stella lalu berkata: "Nanti ada teman yang mau datang, kamu tidak keberatan kan!"
Stella menggeleng, mata besarnya menatapku lekat, kemudian dia pun tertawa, "Jangan-jangan pacarmu?"
Aku menundukkan kepala dengan canggung, dan bergumam: Pacar apanya, kalau perceraiannya sukses, ini adalah mantan suami kedua.
"Christine, kamu sepertinya sangat misterius, kurasa pria di sekitarmu semuanya sangat punya uang, contohnya, bos Sean?" Stella bertanya dengan ragu-ragu, matanya berkedip-kedip, dia yang biasanya tidak banyak bicara, kenapa setelah kembali dari luar negeri. Dia sangat memperhatikanku.
Aku menatap Stella dengan aneh, aku merasa dia menggunakan kata yang aneh, punya uang? Mengapa Stella berkata pria di sekitarku semuanya punya uang, jangan-jangan dia juga wanita yang pengertian?
Aku mengangkat mangkokku dengan penuh kecurigaan, menyantap makanan dengan sekali telan, dan melihat ke arah Stella yang tak banyak bicara dengan alis mengerut, sepertinya dia sedang berusaha untuk menyenangkanku, jangan-jangan dia mau aku mengenalkannya pada seseorang?
Benar juga, umur Stella juga tidak muda, kepribadiannya stabil, seringnya dia tidak begitu memilki inisiatif, tubuhnya tidak tinggi, dan dia cukup baik, tapi dia jarang tersenyum, seperti terlihat selalu tidak senang.
Aku menemani Stella sampai selesai makan, dan membantunya membereskan mangkok dan sumpit, kemudian ponselku kembali berdering, Jonathan meneleponku, menyuruhku untuk menjemputnya di bawah.
Tidak ada cara lain, siapa yang menyuruhnya untuk memakanku habis-habisan, aku hanya bisa berkompromi, dan turun menjemputnya.
Begitu masuk, Stella berdiri di ruang tamu, dan dengan penuh antusias melihatku kemudian bertanya: "Temanmu mana?"
"Oh, di luar, aku menyuruhnya menunggu sebentar, agar tidak mengagetkanmu." Aku menjawab dengan canggung, berharap Stella akan kembali ke kamarnya lebih dahulu, lagipula aku membawa suamiku datang kesini, aku tidak tahu bagaimana menjelaskan statusnya.
"Dia sangat jelek kah?" Stella bertanya tak mengerti.
Aku menggelengkan kepala, "Bukan sangat jelek, hanya......" Sebelum aku selesai bicara, Jonathan sudah membuka pintu dan masuk begitu saja.
"Mau membuat aku menunggu di luar berapa lama?" Jonathan berjalan masuk dengan aacuh tak acuh, mengeluh kepadaku.
Aku melirik ke arah Stella, dia tampak sangat terkejut kedua matanya melotot berbinar-binar menatap Jonathan, seperti pertama kalinya aku melihat Jonathan.
Saat itu begitu lampu menyala, aku benar-benar sepenuhnya terpaku dengan ketampanan Jonathan.
Bukan hal baik seorang pria tampak begitu tampan, jadi mudah menarik bunga persik.
"Christine, dia siapa?" Stella bertanya dengan suara kecil yang manja.
"Dia..." Aku masih tidak tahu perkenalan apa yang tepat, Jonathan menyapukan pandangan ke semua sudut, melihat pintu kamar tengah yang agak terbuka, dan langsung menarik tanganku untuk masuk, dan menutup pintu.
Aku bertanya dengan terkejut: "Bagaimana kamu bisa tahu ini kamarku?"
"Menggunakan mata untuk melihat." Pandangan Jonathan sungguh sangat tajam, aku tahu, pasti dia melihat bajuku yang ada di atas kasur, aku benar-benar bodoh, masih pula menanyakan hal bodoh seperti itu.
"Temanku mau berkenalan denganmu, aku belum memberitahunya bahwa aku sudah menikah, bolehkan aku mengenalkanmu sebagai pacarku?" Aku bertanya dengan suara pelan, dia hanya menatapku dengan pandangan main-main.
"Pacar?" Dia tertawa, dan langkah demi langkah mendorongku sampai dinding, kedua tanganku mencegahnya, dan mencicit: "Jangan begini, kesannya tidak bagus."
"Dari suami menjadi pacar? Mau apa, pacaran?" Dia menyorongkan kepalanya ke tenguk leherku, dan menghembuskan nafas panas di belakang telingaku. Tangannya perlahan mulai menyingkirkan rambut pendekku, kemudian menghirup lembut aroma parfum di leherku, dan berbisik menggoda: "Wangi sekali."
Sekujur tubuhku terasa tegang dan kaku, tak berani bergerak, dan berkata: "Jonathan, bisakah keluar sebentar, kita seperti ini langsung masuk kamar, bagaimana pandangan temanku terhadapku?"
"Dia melihatmu bagaimana, apa urusannya denganku?" Dia sangat suka bersandar di belakang telingaku yang merupakan titik sensitifku, suaranya rendah, dan menggelitik telingaku.
"Aku mohon." Aku berbisik memohon.
"Tidak ada tindakan nyata." Dia tertawa dengan nakal, senyumnya benar-benar terlihat sadis, tapi senyumnya ini juga sangat memabukkan.
Aku menggigit bibir, memejamkan mata, sebelum aku berinisiatif untuk menciumnya, dia sudah mendaratkan bibirnya di bibirku. Ciumannya sangat pelan, lembut, tidak ada gairah nafsu, dan dengan cepat melepaskan bibirku.
Aku membuka mataku perlahan dan menatapnya dengan cermat, pandanganku masih terasa buram.
"Masih mau?" Dia menggoda, dan aku seketika pun tersadar, menundukkan kepala, mendorongnya, dan dengan berat hati menggelengkan kepala sambil berkata: "Tidak."
"Bukankah kamu bilang, temanmu mau berkenalan denganku?" Jonathan mengingatkanku, aku tersentak kagum, dan membuka pintu.
Stella masih berdiri termangu di ruang tamu, wajahnya tampak kecewa, dan sorot matanya tampak terluka, dan berkata: "Apakah temanmu membenciku?"
Aku menggeleng cepat, "Tidak, dia bukan orang seperti itu, dia terbiasa bermain keren."
Setelah aku selesai bicara, Jonathan muncul di belakangku, dan bersandar di belakangku, tangan kanannya merengkuh bahuku, membentuk sebuah gambaran mesra yang romantis.
"Pacarmu?" Stella bertanya dengan heran, di kedua matanya jelas tersorot kekecewaan.
"Iya, pacarku, Jojo." Aku tertawa canggung, setelah memperkenalkannya, tampak sorot kekagetan di mata Jonathan karena aku memberinya nama pangilan Jojo.
Aku tentu tidak berani mengucapkan nama aslinya, di kota F, siapa yang tidak kenal PT Weiss, siapa yang tidak kenal Jonathan Chandra, kalau aku mengatakan nama lengkapnya, Stella pasti akan sangat terkejut, kenapa pria di sekelilingku semuanya orang kaya.
Tiba-tiba Stella menarikku ke samping, dan berbisik di telingaku:"Christine, pacarmu itu pasti sangat kaya!"
Aku mengedipkan mata, "Kenapa bertanya begitu?"
"Aku barusan melihat, mobilnya yang berhenti di bawah itu Bentley, setelan jasnya juga spesial, jangan-jangan juga keluarga kaya tersohor juga?" Stella bertanya heran, matanya tak henti-hentinya melirik ke arah Jonathan.
Aku tidak mengerti, Stella yang biasanya hanya berdiam diri di dalam, kenapa akhir-akhir ini selalu mengikuti semua hal yang ada di luar, keluarga kaya tersohor apa, keluarga besar apa, kalau pintu itu tidak tepat, menikahinya hanya akan menjadi menantu perempuan yang diintimidasi, dan tidak akan bisa mengangkat kepalanya seumur hidup.
"Bukan keluarga kaya, dia menyewa setelan jas dan mobilnya." Aku berkata pelan, tidak tahu kenapa Stella bertanya tentang ini, tapi satu hal yang pasti, kemanapun Jonathan pergi, pasti akan menjadi bahan pembicaraan wanita.
Jadi aku yang awalnya percaya diri, di hadapannya selalu terjatuh.
Stella tidak peduli apakah dia pacarku, dia mengumpulkan keberanian dan melangkah maju, mengulurkan tangannya, dan memperkenalkan diri: "Halo, Jojo, namaku Stella, teman kelas Christine di luar negeri, sekarang tinggal bersama."
Jonathan menatap Stella dengan dingin, bahkan dia pun tidak menjabat tangannya, dan merespon "halo" dengan datar.
Stella tertawa cangung. Dia mengira Jonathan sama seperti Sean, setiap kali bertemu dengan wanita, mulutnya selalu mengucap manis, seketika, kepercayaan dirinya pun tergores dalam.
Jonathan dan Sean adalah dua orang yang sangat berbeda dengan kepribadian yang sangat berbeda pula, Jonathan sangat mirip denganku, perasaannya terlihat jelas di wajahnya, tidak suka, tidak senang bisa dilihat begitu saja di matanya.
Sean, selamanya memasang wajah seperti itu, selalu berbicara manis kepada wanita, selamanya tidak pernah tahu perasaannya yang sesungguhnya.
"Kalian mengobrol lah." Setelah mengatakannya dengan patah hati, Stella segera kembali ke kamarnya.
Aku menarik Jonathan ke dalam kamar, dan menutup pintunya sambil bertanya: "Kenapa kamu seperti itu ke temanku, dia itu wanita, tidak bisakah kamu lebih lembut sedikit?"
"Temanmu juga bukan punyaku." Jonathan berkata santai.
Kata-katanya cukup masuk akal, temanku, dia tidak perlu mengenalnya, tapi kenapa dia datang kesini?
"Jonathan, apa kamu tahu hal terburuk darimu?" Aku melotot ke arahnya, dan bertanya dengan dingin.
"Aku buka telinga untuk mendengarkanmu." Jonathan menatapku dengan acuh tak acuh, dengan senyum tipis di matanya.
"Terlalu membenarkan diri sendiri."
"Katakan sekali lagi." Jonathan menatapku tajam, dan menyuruhku untuk mengulangnya.
"Kamu terlalu membenarkan diri sendiri, kamu pikir kamu siapa, punya uang lalu kenapa, punya wajah tampan juga kenapa, pria yang lembut terhadap wanita, barulah seorang pria yang sesungguhnya, barulah disukai wanita." Aku mengeluh panjang.
Jonathan menatapku dalam diam, setelah lewat beberapa waktu dia berkata: "Aku hanya menginginkan cinta darimu seorang, wanita lain, apa urusannya denganku."
Seusai bicara, aku menatapnya terkejut, dan melihatnya melangkah maju, tangannya memeluk pinggangku, dia menundukkan kepala, dan bibirnya mengunci bibirku.
Saat dia menciumku benakku seperti kosong, hanya putih belaka, kata-katanya barusan itu apakah berarti aku mencintaimu? Dia sedang menyatakan perasaan kepadaku?
Aku mendorong Jonathan, dengan suara bergetar aku bertanya sambil menatapnya: "Jonathan, kamu mencintaiku?"
"Yang kukatakan tidak jelas?" Dia menaikkan alis.
Aku menggelengkan kepala, "Tidak, aku ingin kamu mengatakannya dengan jelas kepadaku, sebenarnya kamu mencintaiku atau tidak?"
"Menurutmu?" Dia tertawa, kata-katanya membuatku cemas, mengatakan cinta padaku merupakan hal yang sesulit itu kah?
"Jonathan, kamu hanya perlu mengatakan kamu mencintaiku, seumur hidupku meskipun langit runtuh, atau bumi gempa, aku tidak akan meninggalkanmu." Aku bersumpah, dan menatapnya dengan penuh harap.
Novel Terkait
Loving Handsome
Glen ValoraLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyMi Amor
TakashiLove at First Sight
Laura VanessaYama's Wife
ClarkKamu Baik Banget
Jeselin VelaniCinta Yang Tak Biasa
WennieMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)