Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)

“Masalah Vivian, aku juga harus minta maaf padamu, aku selalu mengabaikan perasaanmu.” Jarang-jarang Jonathan membuka hatinya padaku seperti ini, begitu mendengar perkataan yang begitu intim yang diucapkannya padaku, aku tak dapat menahan kedua mataku yang mulai berkaca-kaca.

Lembut kupeluk dirinya, menyandarkan wajahku di dadanya, kataku: “Kita jangan bertengkar lagi ya? Aku berjanji selanjutnya aku pasti bisa mengendalikan emosiku, tidak akan sembarangan marah-marah lagi.”

“Benarkah?” dengan lembut Jonathan mengelus rambutku.

Aku dengan serius mengangguk, “Aku bersumpah, tidak akan lagi bikin ribut tanpa alasan lagi, aku memang…aku memang bodoh.”

Aku bisa mendengar suara Jonathan tertawa kecil, meski sangat pelan tapi terdengar dengan sangat jelas.

“Christine Mo, coba kamu panggil sayangku sekali lagi, coba lihat apakah aku akan muntah?” Jonathan mendorong tubuhku menjauh, menundukkan kepalanya sambil menggoda memandangku.

Dia memang ingin menggoda dan menertawakanku, pria ini memang terlalu bisa berpura-pura, aku tidak akan masuk dalam perangkapnya, nanti waktu aku memanggilnya, dia pasti akan bilang aku sudah salah makan obat.

“Coba kamu lakukan sekali lagi gerakan mengusap kakimu seperti tadi itu, lalu ditambah gerakan goyangan kaki seperti mematikan puntung rokok itu lho, sambil nyanyi sepotong lagu sembarang saja, pasti menampilkan pemandangan yang indah.” Kata-kata iseng Jonathan ini membuatku seketika merasa canggung sampai tidak bisa berkata-kata.

Kami berbaikan, karena aku duluan mengalah, dia juga merunduk.

Selanjutnya ada kakak ipar yang membantu menjaga anak, maka aku dan Jonathan menjadi jauh lebih santai. Sementara ibu mertua merubah rencananya, ingin menambah liburan beberapa hari lagi, ketika Bella video call dengan kami, jelas terlihat kulitnya menjadi jauh lebih gelap.

Malam hari, selesai aku mandi dan keluar dari kamar mandi, Jonathan menepuk-nepuk ranjang, memintaku duduk.

Sambil mengeringkan rambutku aku berjalan mendekatinya, duduk di sampingnya dan bertanya: “Ada apa?”

“Suruhlah kakak ipar pulang.” Jonathan pertama kalinya membuka mulut membicarakan soal kakak ipar, dan itu adalah menyuruh dia segera pergi, aku merasa tidak mengerti memandangnya, tanyaku: “Mengapa?”

“Kamu tidak merasa kakak iparmu itu sedikit aneh?” Jonathan bertanya padaku dengan nada mengingatkan, sebaliknya aku sedikitpun tidak bisa merasakan keanehannya ada di mana, berusaha mengingat-ingat, aku hanya merasa setelah kakak ipar di sini penampilannya terlihat jauh lebih baik, raut wajahnya menjadi lebih merah dan segar, juga menjadi lebih cantik.

Selain itu, aku tidak terpikirkan hal lainnya lagi.

“Hari ini aku pulang lebih awal, kakak iparmu itu sedang berada dalam kamar kita, mengenakan pakaianmu, berdandan menjadi sepertimu, kamu tidak merasa itu aneh?” Alis Jonathan berkerut, mengatakan semua hal ini, membuatku terkejut.

Mengapa bisa kakak ipar masuk ke kamar kami, dan mengenakan pakaianku?

Aku menganggapnya sebagai keluarga dekat, sejak semula tidak waspada akan semua hal ini, aku percaya sikapnya yang tidak akan sampai melakukan pencurian, kalau apa yang dikatakan oleh Jonathan itu benar, mengapa kakak ipar sampai bisa mengenakan pakaianku, apakah karena dia tidak punya baju baru?

Mukaku menjadi serius, aku menunduk dan berkata perlahan: “Tunggulah aku akan berbicara dengan kakak ipar.”

“Christine Mo, kamu belum mengerti maksudku, aku bilang, pikiran kakak iparmu sepertinya bermasalah, sebaiknya kamu membawanya pergi untuk diperiksa.” Nada bicara Jonathan sangat serius, jelas sekali berusaha membuatku mengerti beberapa hal ini.

Otakku memang lambat, setiap kali asalkan masalah itu ada hubungannya dengan orang-orang terdekatku, biasanya aku tidak bisa menanggapinya dengan benar.

“Katamu mengerti sedikit, selain mengenakan pakaianku, dia melakukan hal keterlaluan apa lagi?” Aku orangnya paling tidak tahan menghadapi orang yang bicaranya setengah-setengah.

“Dia berusaha menggodaku.” Perkataan terus terang Jonathan sungguh membuatku sangat kaget.

Bagaimana mungkin, kakak ipar begitu mencintai kakakku, bagaimana bisa sampai menggoda Jonathan, tidak mungkin begitu, pasti ini Jonathan yang berpikir terlalu jauh, merasa diri terlalu tampan, merasa seluruh wanita di dunia ini terpikat oleh pesonanya.

Meskipun hati ini tidak berani mempercayainya, tapi aku tetap berdiri dari ranjang, dengan perasaan tidak tenang berjalan keluar kamar, menuju ke kamar tamu, perlahan kudorong pintu kamar, kulihat kakak ipar sedang menggendong Bernice berjalan kian kemari dalam kamar berusaha membuatnya tidur.

Melihat aku masuk, dia memberi kode padaku agar aku tidak menimbulkan suara yang keras.

Aku mengangguk, memberi kode pada kakak ipar bahwa aku menunggunya di ruang keluarga, ada yang mau dibicarakan. Kakak ipar mengerti maksudku, lalu aku turun ke bawah, dengan raut wajah murung dan hati yang gundah kutunggu kakak ipar turun.

Kira-kira setelah lewat sepuluh menit, kakak ipar turun, terlihat kikuk di depanku menarik-narik ujung bajunya, menatapku dengan tidak wajar.

“Kakak ipar, duduklah, kita ini kan keluarga, kamu tidak perlu begitu canggung.” Melihat reaksi kakak ipar, aku jadi sedikit percaya perkataan Jonathan. Dia membalikkan badan, dan perlahan duduklah di sofa di hadapanku.

“Christine, apa yang mau kamu bicarakan denganku?” kakak ipar bertanya dengan tidak tenang, matanya berkedip berkali-kali, sama sekali terlihat tidak bisa berkonsentrasi.

Aku menatapnya lekat-lekat, ingin mencoba membaca dan mengerti pemikirannya yang sesungguhnya dari dalam sorot matanya, tapi aku tidak bisa menangkap maksudnya.

“Kakak ipar, apakah kamu suka memakai pakaianku?” pertanyaanku yang tiba-tiba ini membuat kakak ipar seketika mengangkat kepalanya, tatapan matanya beradu dengan tatapanku.

Dia yang tadinya duduk seketika berdiri, dengan panik berusaha menjelaskan: “Maaf, maafkan, aku hanya penasaran seketika saja, aku tidak punya maksud jelek.”

“Kakak ipar, apa yang kamu takutkan?” Aku bingung melihatnya, jujur saja katakana, kalau memang suka, aku akan memberikan untuknya, ini ada apa, apakah mungkin dia ada maksud hati yang lain, aku hanya menarik satu ujung dari gunung es, apakah semuanya jadi berubah?

“Aku tidak takut.” Sangkal kakak ipar.

“Kakak ipar, besok kamu pulang saja! Hari-hari ini sudah merepotkanmu, pada waktunya aku akan memberikan uang yang berhak kamu terima.” Selesai aku berkata dengan nada dingin, baru saja aku berdiri dan mulai melangkah, terdengar suara kakak ipar dari belakangku.

“Botol yang ada dalam laci itu bukan vitamin C kan?”

Langkah kakiku terhenti, terkejut aku menoleh melihat kakak ipar, alisku berkerut melihatnya, tanyaku: “Apa yang hendak kamu lakukan?”

“Aku merasa berat meninggalkan rumah keluarga Yi, Christine, aku sungguh sangat iri melihat kehidupanmu, sama-sama wanita, mengapa kamu bisa begitu beruntungnya?” kakak ipar memandangku dengan gugup, “Kamu cantik, berkarisma, berhasil mendapat satu demi satu suami yang kaya, tinggal di rumah yang begitu besar, CEO Yi memperlakukanmu dengan begitu baik, tapi mengapa pria yang kumiliki, yaitu kakakmu tidak bisa begitu perhatian seperti CEO Yi?”

“Kakak ipar, sadarkah kamu apa yang sedang kamu katakana?”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu