Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 48 Laki-laki Aneh
Jonathan mengernyitkan dahi, "Kamu tidak tahu?"
Aku menggelengkan kepala dengan bingung, bagaimana aku bisa tahu, apa dia kira, dengan menikah dengannya, aku akan mewarisi semua pengetahuan dari nenek moyangnya dulu sampai sekarang?
Aku tidak pernah mengetahui hal ini, apa alasan Jonathan memilihku karena dulu aku pernah memberinya transfusi darah, menyelamatkan nyawanya?
Aku pernah bertanya padanya alasan mengapa dia memilihku. Aku memang cantik, tapi yang lebih cantik dan berlatar belakang lebih bagus dari aku tak terhitung banyaknya. Dia tidak pernah memberitahuku jawaban yang sesungguhnya, tiba-tiba hari ini dia akhirnya memberitahuku jawaban sesungguhnya yang tak kusangka justru membuatku sedih tanpa alasan.
Jonathan memilihku semata-mata hanya karena aku pernah memberinya tranfusi darah dan menyelamatkan hidupnya?
"Aku tidak peduli apakah wanita keluarga Tanjaya ini pernah menyelamatkan nyawamu, aku tidak bisa menerima wanita yang sudah pernah bercerai, apalagi seorang model, menjadi menantu keluarga kami." Nenek Jonathan bersuara dengan lantang, lalu berkata sambil menatapku, "Nona Christine, keluarga kami tidak sudi menerima wanita sepertimu, segera angkat kaki dari sini!"
"Nek......" Jonathan mengiba, "Nenek tidak bisa menerima istriku, aku akan pergi tinggal di luar bersamanya, lagipula dengan kepergianku, keluarga besar ini hanya akan kehilangan satu cucu laki-laki yang tidak patuh."
"Pergi, pergi sana, jangan harap aku akan sudi menerima seseorang dari keluarga Tanjaya, cih. Jangan pernah berharap." Nenek Jonathan naik pitam. Ibu Jonathan melihatnya, segera mendekat dan membelai punggung nenek, membantunya menenangkan diri.
Jonathan menggenggam erat tanganku, berbalik untuk melangkah pergi tanpa ragu.
Begitu keluar sampai halaman rumah, aku menghentikan langkahku, lalu menariknya, dia menoleh dan menatapku dengan bingung.
"Jonathan, lebih baik kamu kembali dan bujuklah nenek, jangan buat orang tua marah, aku pulang sendiri tidak apa-apa." Aku tidak bermaksud membuat kekacauan di rumah mereka, aku tidak menyangka ternyata kebencian nenek Jonathan terhadapku begitu dalam.
"Mau dibujuk bagaimana?" Jonathan memelototiku, "Yang dia inginkan dariku sekarang adalah meninggalkanmu, kalau menyuruhku memilih antara kamu dan dia, aku sudah menentukan pilihanku tadi. Apa kamu mau aku mengingkari perkataanku sendiri?
Aku tercengang mendengarnya, lalu menggeleng dan mengambil inisiatif untuk mendekat dan memeluknya, "Kalau saja aku bisa menjaga mulutku baik-baik, tidak akan terjadi hal ini."
"Hal ini cepat atau lambat akan terjadi juga," Jonathan menenangkan emosi yang sedang berkecamuk. Tangannya yang besar itu menepuk-nepuk punggungku, "Sudahlah, ibu akan membujuk nenek, kamu jangan khawatir."
Jonathan sepertinya sangat percaya pada ibunya, toh sekarang mereka sudah tahu, jadi sudah tidak perlu menutup-nutupinya lagi.
Kami berdua bersama-sama pulang ke rumah, melihat bayangannya masuk ke dalam kamar, aku tahu, sekarang hatinya sedang kalut, awalnya ingin menyembunyikan pernikahan ini, tapi karena kecerobohanku sendiri akhirnya terbongkar semua.
Aku masuk ke kamar, Jonathan sedang berbaring di atas ranjang, dia tampak sangat kelelahan. Aku duduk di tepi ranjang, mengelus wajah tampannya, lalu berkata, "Jonathan, apa kamu menginginkan aku hanya karena aku pernah memberi tranfusi darah padamu?"
Dia membuka mata dengan lelah, menatapku, dan bertanya, "Menurutmu?"
Aku menggeleng dengan tidak percaya diri, "Aku tidak tahu, kamu begitu sempurna, begitu hebat, mana mungkin seorang sepertimu bisa menyukai seorang yang biasa-biasa saja sepertiku?"
Jonathan menggenggam tanganku, dengan tatapan yang serius berkata, "Aku hanya tidak rela kamu dilecehkan oleh Ardy, aku tidak menyangka dia menjadikanmu seperti sebuah hadiah kepadaku, benar-benar bajingan."
Aku tidak bersuara, hanya menatapnya dalam diam.
"Aku tidak bisa menutup mata melihat kamu tidak bahagia menjalani hari-harimu. Saat aku tahu kamu memberiku tranfusi darah sampai kamu pingsan, nama Christine itu terukir di dalam hatiku untuk selamanya." Kata-kata Jonathan yang datar itu membuatku dibanjiri dengan berbagai emosi.
Aku jadi teringat waktu itu. Karena ada seorang korban kecelakaan mobil mengalami pendarahan parah, darah yang tersedia dalam gudang penyimpanan tidak cukup, begitu melihat pengumuman tersebut, aku langsung mendatangi rumah sakit itu menawarkan darahku untuk menolongnya. Setelah tranfusi itu, aku merasa lemas selama kurang lebih seminggu.
Ternyata korban kecelakaan itu Jonathan. Alam semesta memang senang bermain-main dengan takdir.
Aku mendekap dada Jonathan dalam diam, mendengar suara debaran jantungnya yang kuat. Aku berkata dengan lembut, "Tidak kusangka kita dipertemukan takdir melalui peristiwa itu."
"Kalau aku tidak memberitahumu, apa kamu tidak akan pernah tahu tentang hal itu seumur hidupmu?" Jonathan bertanya dengan pelan.
"Di dalam tubuhmu mengalir darahku, nanti kamu akan jadi milikku." Aku beranjak dari dadanya, mengangkat wajahku, menatapnya dan berkata dengan mantap.
"Lalu?" Dia mengangkat alis dan bertanya.
"Lalu kamu dan aku akan memiliki seorang bayi yang di dalam tubuhnya mengalir darahmu dan darahku." Aku memandang Jonathan, tersipu. Sesudah itu, aku hanya bisa merasakan lembutnya bibirnya menekan bibirku.
Beberapa hari setelah itu, Jonathan mondar-mandir dari rumah ke perusahaan seperti biasa, sedangkan aku mengikuti jadwal yang sudah diatur oleh Kak Dewi, menyelesaikan endorse untuk Sean.
Foto sesi pada hari itu, Sean datang ke studio untuk melihat hasilnya, bertepatan ketika aku sedang berganti baju. Dia tidak mengetuk pintu, atau mengeluarkan suara, langsung masuk. Aku belum menarik resleting belakang gaun panjangku. Aku dengan gugup membalikkan badan melihatnya masuk.
Melihatku gugup, dia tertawa, lalu berkata, "Christine, kamu ini kenapa? Kenapa begitu ketakutan melihatku?"
"Masuk tanpa mengetuk pintu itu apakah merupakan kebiasaan Bapak Sean?" Aku berkata sambil berusaha menaikkan resleting gaunku. Gugup membuatku semakin susah menaikkan resletingnya.
"Ada apa, apa kamu membutuhkan bantuan?" Sean melihatku gugup bertanya. Sepertinya saat masuk dia melihatku kesulitan menaikkan resleting, jadi dia tahu apa yang sedang terjadi.
"Tidak perlu." Aku menatapnya dengan dingin, berkata, "Pak Sean, apa bisa bapak keluar sebentar? Kalau dilihat orang lain, tidak enak kalau sampai dilihat orang lain.
"Tidak enak?" Sean tertawa, "Kamu juga takut dilihat orang? Aku kira tidak peduli siapapun, asal laki-laki kamu pasti mau?"
Kata-kata Sean membuatku terdiam, seorang penanggung jawab dari Joyful Food Industry bisa mengeluarkan kata-kata seperti ini, kepandaian yang dia punya benar-benar tidak berguna.
"Harus lihat dulu seperti apa orangnya, apa dia benar-benar seorang laki-laki." Aku pura-pura tersenyum tenang, tidak tahu kata-kataku itu membuat Sean marah. Dia maju mendekat, membuatku mundur terdesak ke tembok. Dia memelototiku.
"Jadi maksudmu, aku ini bukan laki-laki?" Nafas Sean yang panas menerpa wajahku.
Aku menyambut sorotan matanya itu dan dengan senyum berkata, "Kalau kamu benar-benar laki-laki, kamu tidak akan mencuri-curi foto Cynthia, mengancamnya, dan juga tidak akan patuh dengan perintahnya untuk menyerangku kan?"
Terlihat dengan jelas kata-kataku membuatnya tersinggung, dia meremas daguku dan berkata sambil tersenyum, "Ternyata kamu lebih pintar dari perkiraanku."
"Dan kamu ternyata lebih pengecut dari perkiraanku." Aku menjawab dengan datar.
Dia mengendurkan cengkramannya, melepasku, lalu berjalan mundur, "Cynthia mengatakan kamu ini mudah ditangani, tapi sepertinya dia salah."
Aku hanya diam, aku menatapnya, lalu bertanya, "Apa kamu mencintai Cynthia?"
"Aku tidak tahu apa itu cinta." Sean tampak sinis. "Bagiku wanita cantik ataupun jelek, ketika lampu dipadamkan, semua akan terasa sama."
Aku memandangnya dengan jijik. Beberapa kata yang muncul dari mulutnya mengandung kebenaran, tapi beberapa kata yang lain terdengar vulgar.
"Sepertinya kamu pernah meniduri banyak wanita." Aku mencibir. Dia tiba-tiba kembali mendekat, lagi-lagi mengagetkanku.
"Yang ingin kutiduri setelah ini kamu, apa kamu bersedia?" Kata-kata Sean tersebut membuatku benar-benar terdiam, kalau bukan karena resleting gaunku yang belum aku tarik dengan benar, aku pasti akan menamparnya.
"Lihat dulu apa kamu punya kemampuan itu." Aku menyeringai. Kali ini asistenku berlari masuk, dengan nafas yang masih terengah, dia melihat Sean, lalu pergi.
"Silvia, Pak Sean sudah lelah berdiri, tolong kamu ajak dia duduk di luar." Senyumku disambut dengan tatapan kesal Sean. Lalu aku melihatnya berjalan keluar.
Kemudian Silvia masuk kembali dan membantuku menarik resleting gaunku. Setelah sesi foto selesai, aku mengambil tasku di dalam ruang rias, lalu membereskan alat-alat riasku. Tidak disangka, aku kembali dihadang ketika mau keluar ruangan tersebut.
"Christine, ayo kita makan, kalau kamu menolak ajakanku ini kamu sudah tidak menghormatiku lagi." Sean berdiri di pintu, menghalangiku yang sedang terburu-buru mau pulang.
"Kalau tidak menghormatimu, pak Sean mau apa? Mau membatalkan kontrak perjanjian kita?" Aku menyetujui ajakan makan sebelumnya hanya karena aku punya niatan lain.
Saat ini aku punya bukti percakapan antara dia dan Cynthia, aku tidak takut dengannya, kenapa aku harus repot-repot menyetujui ajakan makannya, yang jelas-jelas dia punya niat buruk.
"Sekarang ini aku masih klien perusahanmu, sikapmu yang seperti ini benar-benar tidak bisa diterima." Sean menggelengkan kepala, lalu berkata dengan sinis.
"Begini saja, aku akan menelepon Kak Dewi untuk menemanimu makan, aku percaya kamu yang begitu tampan, memukau dan beretika ini, Kak Dewi pasti akan dengan senang hati menemanimu." Sembari berkata demikian, aku memasukan tanganku ke dalam tas untuk mengambil ponselku, tapi tiba-tiba di rebut oleh Sean.
"Kembalikan ponselku." Aku mengancamnya.
"Temani aku makan dulu, baru akan aku kembalikan ponselmu." Sean benar-benar tidak punya malu, selamanya aku belum pernah bertemu dengan laki-laki seperti dia.
"Kalau hanya dengan ponsel mau kamu apa-apakan, berarti kamu sudah salah mengenal orang." Setelah berkata demikian, aku mendorongnya dan pergi meninggalkannya.
Aku tidak terlalu mempermasalahkan ponsel itu, kalau tidak dia kembalikan, aku bisa membeli yang baru.
Langkahku belum jauh, Sean sudah memanggilku, "Hei, Christine, ini ponselmu aku kembalikan!"
Begitu aku membalikkan badan, dia sudah melempar ponsel itu ke arahku, kalau bukan karena ketangkasanku, ponselku pasti sudah rusak.
Aku dengan bingung menatapnya, bertanya, "Tiba-tiba punya hati?"
Dia menggelengkan kepala, "Wanita yang semakin sulit didapatkan, aku jadi semakin semangat mengejarnya."
Aku marah, apa aku yang dia maksud?
"Christine, kamu itu tidak bisa kabur ke mana-mana, di dunia ini tidak ada wanita yang tidak takluk pada Sean." Dari bibirnya terlihat senyuman, dengan sombong berkata.
Melihat bayangannya pergi, kenapa aku merasa belakangan ini aku bertemu dengan banyak sekali laki-laki aneh.
Aku menggeleng tak berdaya, baru saja aku akan melangkah, ponselku berdering, Sarah menelponku.
Aku dengan senang mengangkat telponnya, bertanya: "Sarah, kenapa tiba-tiba ingat denganku?"
"Christine, apa kamu sedang sibuk?"
"Tidak sibuk, ada apa?" Aku bertanya dengan bingung. Mendengar nada suaranya, kenapa aku merasa ada keputusasaan dan ketidak berdayaan.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya kangen padamu." Telepon Sarah yang tiba-tiba seperti ini membuatku khawatir ada sesuau yang sedang terjadi.
"Sarah, ada apa, kamu jangan membuatku panik." Hatiku berdebar tak menentu.
"Benar tidak ada apa-apa, aku hanya kangen, kangen mendengar suaramu." Sarah diam sejenak, lalu meneruskan, "Benar-benar enak. Hidup sendiri benar-benar enak."
"Sarah....." Aku memanggil namanya, suara dari sana terdengar aneh, ketika aku memanggilnya lagi, koneksinya terputus.
Aku panik, ketika ponselku berdering kembali, aku langsung mengangkatnya, lalu berkata, "Sarah, aku....."
Belum selesai berbicara, suara ibu Jonathan terdengar di telepon.
"Nona Christine, kamu bujuk Jonathan agar mau pulang ke rumah minta maaf sama nenek. Nenek beberapa hari ini tidak mau makan, tidak mau minum, tante takut kalau begini terus, dia bisa......" Suara ibu Jonathan terdengar panik. "Benar-benar tidak bisa bertemu Jonathan untuk terakhir kalinya."
Aku terkejut, aku benar-benar tidak menyangka nenek Jonathan akan menggunakan cara menyiksa diri untuk membuat Jonathan pulang ke rumah.
Aku menutup telepon masih dalam keadaan syok, pulang ke rumah.
Novel Terkait
Demanding Husband
MarshallPejuang Hati
Marry SuWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiAdieu
Shi QiDark Love
Angel VeronicaBehind The Lie
Fiona LeeCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyBack To You
CC LennyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)