Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil

"Aku hamil anakmu!"

Aku melihat Jonathan, aku bisa merasakan nafas yang tenang itu sedang bergetar, dia melepaskan tangan yang menarik koper, dengan dingin mengusap rambutku yang panjang.

Aku bisa merasakan ujung jarinya menyentuh kulit kepalaku melewati rambut yang cantik, perasaan itu sangat nyaman.

"Kamu ini memaksa menikah?" Jonathan bertanya padaku dengan serius.

Aku membenamkan kepalaku erat didalam pelukannya, hening, aku hanya ingin membuatnya tinggal, aku tidak ingin karena salah paham dan mengakhiri hubungan ini, tidak apa-apa kalau tidak menikah, apapun juga tidak masalah, tapi aku tidak bisa menerima dia pergi meninggalkan aku.

Jonathan mendorongku pelan, tangan besarnya mengelus wajah kecilku, dengan perlahan mengusap air mata, "Aku harus bagaimana terhadapmu?"

Aku menarik ingus, menggigit bibir, berkata: “Jangan marah lagi ya?"

"Kalau minta kamu menunggu aku empat jam, apa kamu akan marah?" Jonathan balik bertanya, "Apa kamu tahu aku naik pesawat sepuluh jam lebih hanya karena ingin bertemu denganmu."

Ucapan Jonathan baru berlalu, aku menjinjitkan kaki, dan mencium bibirnya, "Maaf, sudah membiarkan kamu menunggu lama."

"Hanya begini?" Jonathan memandangku tidak puas, bertanya dengan mengerutkan alis.

"Aku hamil, kalau belum hamil, kamu boleh melakukan apapun." Aku berbicara dengan suara kecil, kenapa aku merasa aku menjadi seorang yang tidak tahu malu, dulu saat bersama Ardy, aku selalu berusaha menjadi wanita yang baik, sama sekali tidak berani sembarangan bicara.

Setelah Jonathan mendengar ucapanku ini, dia mendekap aku dalam pelukannya, berkata dengan suara dalam: “Apa kamu tahu? Saat aku meneleponmu, dan kamu berbohong padaku, aku sungguh sangat marah. Christine, aku tidak berharap kamu menyembunyikan apapun dariku, mengerti?"

Aku dengan patuh menganggukan kepala, "Ya, mengerti."

"Besok pergi undurkan diri dari perusahaan itu." Jonathan berkata dengan nada memerintah, awalnya aku yang masih tenang membiarkan dia mendekap aku dalam pelukannya, begitu mendengar ucapan ini, langsung mendorongnya.

Aku menggelengkan kepala, menolak berkata: "Tidak bisa, aku tidak mudah mendapatkan pekerjaan ini."

Ucapan baru berlalu, Jonathan marah, melihat aku dengan tatapan yang tajam, dia menggunakan keheningan memaksaku agar patuh padanya.

"Begini saja, kita ambil jalan tengah, tunggu sampai perutku sudah besar baru aku mengundurkan diri, bagaimana?" Nada bicaraku sangat lembut, aku mengamati ekspresinya, takut membuatnya marah.

Sekarang baru hamil belum lama, kalau aku tidak mengatakan, siapa yang bisa tahu aku sudah hamil.

"Besok undurkan diri, aku tidak ingin banyak bicara." Jonathan memandangku dengan serius, berjalan maju menggendongku, aku terbiasa merangkul lehernya.

Aku tidak ingin melawan, dengan tenang bersandar di dalam pelukannya.

Dia mengantarkan aku sampai kamar tidur, menarik selimut dan menyelimuti aku, kalau bukan karena aku hamil, aku percaya saat ini kita pasti sudah melakukannya.

Dia membalikkan badan, melonggarkan dasi, melepaskan jas, naik ke atas ranjang, menarik selimut yang sama denganku, tangan besarnya menjulur dan memelukku.

"Kenapa?" Aku mengusap keningnya perlahan, hanya melihat dia menggelengkan kepala, memejamkan mata.

"Terlalu lelah, hanya ingin tidur sambil memelukmu, besok masih harus naik pesawat kembali meeting." Selesai berkata, tidak sampai dua menit, dia tertidur lelap.

Aku memandang wajah tampan Jonathan dengan hati sedih, perlahan bersandar, mencium bibirnya, kenapa semua yang dia lakukan membuatku terharu, aku mengerti, hatiku perlahan sudah mendekat padanya.

Keesokan hari, perlahan aku membuka mata, melihat Jonathan sedang berpakaian.

Aku bangkit duduk, melihat punggungnya yang lebar, bertanya: "Apa sudah mau pergi?"

"Iya, kamu tidak perlu bangun menyiapkan sarapan, di pesawat ada makanan." Jonathan selesai memakai jas, memalingkan kepala, melihatku, "Masalah anak, tunggu aku pulang, aku akan memberikan penjelasan padamu."

"Masih seminggu lagi ya?" Aku hanya khawatir waktu dia dinas saja, tidak disangka dia mengerutkan alis, tersenyum datar, bertanya: "Takut aku menghilang, tidak bertanggung jawab?"

Aku terpaku dan menggelengkan kepala, memegang wajahnya, berkata dengan serius: "Kepercayaanku padamu tidak tertandingi."

Ucapan berlalu, aku menyadari di depan Jonathan, aku makin pandai berbicara.

Dia mencium keningku, tersenyum, "Aku tidak bisa menang kalau beradu mulut denganmu."

Aku memandangnya dalam diam, kabut semalam semuanya menghilang, aku membuka selimut turun dari ranjang, ingin mengantar dia keluar pintu, namun dia tidak membiarkan aku mengantar, dia berkata sekarang aku sedang hamil, lebih baik tidak banyak berjalan, berlebihan sekali, seperti mau mengurung aku saja.

Setelah dia keluar pintu, sekali lagi memerintahkan aku, setelah dia pulang dinas, aku harus mengundurkan diri. Aku dengan setengah hati mengangguk setuju.

Mataku mengantarkan dia pergi dijemput supir, dengan cepat aku selesai mandi dan pergi kerja, ucapan Jonathan bagiku, cukup didengar saja, aku benar-benar tidak ingin melewati hari tanpa melakukan apapun. Sekarang meskipun pekerjaan ini rumit, tapi uang yang dihasilkan dari mengandalkan kedua tangan sendiri, aku bebas menggunakannya.

Setelah aku---Selesai mengetik nota, menghitungnya, memeriksanya, tiba-tiba mendengar ada orang yang sedang berteriak di depan.

Sepertinya menendang barang yang dikirim oleh pelanggan sampai rusak, saat ini David berlari masuk, berkata padaku: "Christine, kamu jangan keluar."

Aku memandangnya tidak mengerti, "Kenapa?"

"Orang-orang diluar sepertinya kemari mencarimu, apa kamu berhutang pada rentenir sejenisnya?" Ucapan David membuatku terlihat sedikit bodoh, rentenir? Aku sama sekali tidak pernah meminjam uang sepersen pun pada orang lain, meskipun bercerai juga berpisah dengan baik-baik, aku juga sama sekali tidak pernah berhutang atau merugikan siapapun.

Aku bangkit, tidak peduli David yang menghalangi dan berjalan keluar, melihat diluar ada tiga orang, di lengannya ada tato, rambutnya disemir berwarna-warni, begitu melihat aku keluar, pemimpinnya berjalan mendekat, memelototi aku, bertanya: "Kamu Christine?"

"Benar aku Christine, kamu mencariku?" Aku dengan tenang memandang tiga orang asing di depanku, memastikan tidak kenal dengan mereka, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan, mungkin mereka salah mencari orang.

Orang itu melihat aku dari atas ke bawah kemudian menjulurkan tangannya dengan genit, aku segera melangkah mundur, dia tidak menyentuhku, tersenyum berkata: "Cantik begini kerja disini, sayang sekali, ikut sama aku, aku jamin kamu bisa hidup enak."

"Siapa kalian?" Aku menatap pemimpin mereka dengan marah, bertanya dengan tegas. Orang itu tiba-tiba maju ke depan, dengan kuat menarik pergelangan tanganku, menarik aku pergi.

David melihat situasi ini, segera memanggil beberapa orang di kantor, mereka mengelilingi dan melindungi aku, tidak membiarkan orang itu masuk dan menarik aku pergi.

Aku melihat orang itu menatap rekan kerjaku dengan galak, berteriak: "Ini masalah pribadi, lebih baik kalian jangan ikut campur, kalau tidak, tanggung sendiri akibatnya."

"Urusan pribadi apa, katakan dengan jelas." David menghalangi orang itu.

Orang itu masih menekan pergelangan tanganku dengan erat, matanya memelototi aku sekilas, berkata dengan suara yang sangat kasar: "Christopher berhutang satu juta pada bos kami, dia mengatakan kamu adalah nyonya perusahaan Lu's Enterprise, dan kamu yang akan menggantikan dia membayar hutang, kamu kerja disini, dia juga yang memberitahu kami, menyuruh kami mencarimu untuk membayar hutang."

Kakakku mencelakai aku tanpa perasaan, air mataku tertahan, sekuat tenaga aku menahan agar tidak keluar. Christopher pasti mengikuti aku, jadi dia tahu tempat aku bekerja.

"Aku tidak punya uang." Aku berkata dengan datar, "Christopher berhutang ke kalian, kalian mau melakukan apa, terserah kalian."

Orang itu melepaskan tanganku, tertawa dengan menantang, "Maaf, Christopher dan kakak iparmu sekarang ada di bosku sana, kalau mau dipotong, sepertinya kakak ipar akan sekalian dipotong."

Aku terkejut, kakak ipar juga ditangkap? Kenapa?

"Kenapa kalian juga menangkap kakak iparku?" Aku terkejut memelototi orang itu.

"Buat jaminan! Kalau tidak, untuk apa kami menangkapnya? Kami keluar bekerja itu juga beralasan, kita tidak akan melakukan hal yang melanggar hukum." Orang itu tertawa tanpa malu, matanya juga tidak beranjak dari atas wajahku sedikitpun.

Jaminan? Aku menundukkan kepala, kakak ipar ini wanita bodoh, pasti tidak tahan dengan permohonan kakak, jadi pergi menjadi penjamin, dari awal aku sudah mengatakan padanya, orang yang berjudi tidak pantas dikasihani, bagus, membuat keadaan sampai seperti hari ini, siapa yang bisa mengatasinya.

David maju ke depan, mendekat ke telingaku, bertanya: "Christine, apa mau lapor polisi?"

Aku menggelengkan kepala, aku tahu tidak ada gunanya lapor polisi, meskipun orang-orang ini hari ini ditangkap, besok setelah dilepas masih akan mencari masalah denganku, atau mungkin akan berubah menjadi lebih agresif.

Kedatangan mereka ke kantor membuat seluruh orang di kantor tahu masalah ini, pengaruhnya sangat tidak baik. Aku mengerti, walau tidak mengundurkan diri, sepertinya juga akan dipecat, barang kiriman yang barusan ditendang rusak oleh orang-orang ini, mungkin masih akan di potong dari gajiku.

Aku menggertakkan gigi, memelototi orang itu, berkata: "Aku yang akan melunasi hutang Christopher, kamu lepaskan mereka, dalam seminggu, aku akan mencari cara mengumpulkan uang untuk kalian."

”Seminggu?" Orang itu mengerutkan alis, berkata: "Terlalu lama, takutnya seminggu kemudian 2 Milyar akan berubah menjadi 2,5 Milyar, tiga hari, waktu tiga hari, kalau tiga hari tidak bayar, jangan salahkan kami kalau kami melakukan sesuatu."

Selesai orang itu berbicara, mereka pergi.

Aku tidak tahu kenapa aku bisa mengatakan hal yang begitu bodoh, aku sudah pernah mengatakan akan membiarkan Christopher hidup dan mati sendiri, tapi aku tidak bisa melihat kakak ipar yang kasihan itu ikut menerima siksaan dari kakak.

Tunggu mereka dilepaskan, aku akan meminta Christopher menggadaikan rumah yang mereka tinggali sekarang, lihat harga pasaran berapa, hanya ada cara ini saja.

Aku sama sekali tidak punya uang, barusan bisa dengan suara keras berjanji mengembalikan uang, hanya keberanian sesaat.

Meskipun aku dan Ardy belum bercerai, dia juga tidak mungkin memberikan begitu banyak uang padaku. Kalau meminjam Jonathan, aku tidak berani.

2 Milyar, mungkin baginya tidak besar, tapi kalau aku mengambil uang dari Jonathan, aku merasa aku sedang menjual diriku, memalukan sekali.

Aku masih berdiri dalam diam, rekan kerja sudah kembali, sedang membicarakan aku di belakang. David yang selalu sangat baik padaku menepuk pundakku, tidak bicara apapun, kemudian berjalan pergi.

Bagi seorang karyawan, 2 Milyar benar-benar jumlah yang sangat besar, orang-orang ini segera menjaga jarak denganku, karena takut aku meminjam uang ke mereka.

Tapi bagaimana mungkin aku bisa meminjam uang ke mereka, uang mereka di dapatkan dengan susah payah, bagaimana mungkin aku meminjam uang mereka untuk membayar hutang judi Christopher?

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu