Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
Aku mengangguk, bertatapan serius dengannya, menjawab: "Benar, apa katanya tadi benar semuanya."
Begitu mendengar kata-kataku, Jonathan seketika tersenyum mengejek, "Ini adalah lelucon paling lucu yang pernah kudengar."
Aku menggelengkan kepala, "Jonathan, bukan lelucon, ini kenyataan. Bibi Cheng adalah ibu kandungmu, bahkan ibu sudah membenarkannya."
Kata-kataku mungkin mengejutkan Jonathan, matanya yang memelototiku sangat dingin, mungkin karena aku terlalu lama baru mengatakan kebenarannya, atau mungkin karena dia sama sekali tidak bersedia percaya, namun aku malah menekankannya lagi.
Jonathan terdiam.
Aku maju, menarik tangan Jonathan dan memohon: "Jonathan, kamu pergilah, jenguk Bibi Cheng, ketemu dia untuk terakhir kalinya, meskipun kamu tidak mengakui dia sebagai ibumu, anggap saja dia sebagai teman dan pergi menjenguknya."
"Aku sangat sibuk." Jonathan mengibas tanganku, tatapannya berpaling ke samping, berkata kepada sekretarisnya dengan dingin: "Kenapa masih berdiri disana, naik mobil."
Edy sudah menghentikan mobilnya disana, Jonathan tidak memedulikan permohonanku dan langsung pergi.
Aku tidak tahu kenapa setelah dia mendengar kebenaran ini, dia masih bisa pergi tanpa berperasaan seperti itu, apakah setelah berbisnis begitu lama, bahkan hatinya juga sudah mati?
Dia sangat lembut padaku, memanjakanku, mempermainkanku. Tapi mengapa dia harus sekejam itu terhadap ibu kandungnya sendiri, meskipun dulu ibunya memberikannya ke orang lain, tapi itu karena dia terpaksa, Jonathan bahkan tidak bertanya dan langsung pergi begitu saja.
Refaldy melangkah maju, menatapi sosok mobil yang menjauh dengan tatapan kecewa, mengumpat: "Benar-benar seorang lelaki brengsek."
Aku melihat ke arah pintu keluar dengan hati yang sakit, hatiku terus terasa seperti diremas, Jonathan, di dalam hatiku kamu selamanya adalah lelaki yang bertanggung jawab, dulu aku merasa kamu begitu ekstrim hanya terhadap masalah pekerjaan, tapi mengapa kamu bisa begitu tidak berperasaan juga terhadap ibu kandungmu?
"Nona Mo, aku kembali ke rumah sakit dulu, yang seharusnya kukatakan sudah kukatakan, di kehidupan ibuku kali ini ada aku, sudah cukup." Refaldy berkata, kemudian naik mobil dan pergi.
Aku seorang diri berdiri diam sekian lama di basement, baru perlahan-lahan mengemudi dan pergi, aku tidak pulang ke rumah dan pergi Rumah sakit Central, setelah menghubungi Refaldy, aku pergi ke kamar pasien Bibi Cheng.
Di kamar hanya ada Bibi Cheng, di kamar pasien yang putih dan bersih, melihat Bibi Cheng yang tinggal kulit dan tulang karena disiksa penyakit, membuat hatiku sakit.
Dia menutup matanya, seperti tidur atau tidak, dia sedang bernafas menggunakan mulutnya.
Refaldy melihat Bibi Cheng dengan ekspresi sedih, kemudian melihatku dan berkata: "Dia sudah tidak bisa bernafas sendiri, seluruh organnya gagal, dia masih memberontak dengan susah payah, hanya demi menunggu Jonathan."
Mendengar perkataan Refaldy, kemudian melihat Bibi Cheng, dia bernafas menggunakan mulut, suaranya sudah sangat keras. Aku maju, memanggil dengan ringan: "Bibi Cheng, aku datang, bolehkah kamu membuka mata melihatku?"
Aku memanggilnya sekali, dia tetap tidak bereaksi, aku mengeraskan suaraku, memanggilnya sekali lagi: "Bibi Cheng, aku Christine, aku datang melihatmu."
Tidak peduli bagaimana aku memanggilnya, dia tetap menutup matanya, bola matanya sama sekali tidak bergerak dan hanya melihat ke depan, pipinya yang kering, mulutnya yang melengkung ke dalam terus bergetar karena bernafas.
Aku sesengukan, berbalik melihat Refaldy dan berkata: "Di tenggorokan Bibi Cheng sepertinya ada dahak, suruh dokter sedot dahaknya, kalau tidak terlalu tidak nyaman untuk Bibi Cheng."
Refaldy menggelengkan kepala, "Tidak ada gunanya, sekarang dia hanya bertahan dengan satu tali, hanya demi menunggu Jonathan Yi."
"Kamu tidak coba menolongnya, kamu bagaimana bisa tahu tidak berguna?" Aku dengan sakit hati melihat Bibi Cheng bernafas kasar, dia jelas-jelas sedang kesusahan.
Di saat seperti ini, dia sebenarnya masih sadar, hanya saja karena organnya, ekspresinya sudah tidak bisa mewakili perasaannya.
"Ibu disiksa penyakit ini sudah terlalu lama, ketika dia masih sadar dia sudah memperingatkanku berulang kali, jangan mempertahankan dia, membiarkan dia hidup lebih sehari, berarti menderita lebih sehari, tapi dia sekarang tidak bersedia menutup mata seluruhnya, aku mengerti, itu karena dia masih ada penyesalan." suara Refaldy sangat berat, wajahnya keras, aku tahu dia sedang menahan emosinya.
Meskipun Bibi Cheng adalah ibu tirinya, tapi mereka saling menemani selama bertahun-tahun, perasaan di antara mereka sudah melewati segalanya, aku bisa melihat samar air mata di matanya, namun dengan sangat cepat disembunyikan kembali olehnya.
Jonathan tidak datang, dia sama sekali tidak mungkin datang, karena dia tidak akan segampang itu mempercayai kata-kata orang, selama beberapa tahun ini, semua orang tahu asal muasal ketenarannya di dunia bisnis, seorang diri menopang seluruh keluarga Yi, dia harus melakukan lebih banyak dibandingkan orang lain, lebih kejam dan ekstrim.
Sekarang keadaan Bibi Cheng seperti ini, meskipun Jonathan datang, dia juga belum tentu bisa membuka matanya untuk melihat Jonathan.
Aku mengeluarkan ponsel, menelepon Jonathan di depan Bibi Cheng, namun tak disangka yang mengangkat telepon adalah sekretarisnya, dia memberitahuku, Jonathan sedang berbicara bisnis dengan pelanggan yang sangat penting, sementara tidak bisa berbicara.
Aku menyuruh sekretarisnya memberitahu Jonathan bahwa aku menunggunya di Rumah sakit Central lantai 6 ruang 608, minta tolong dia harus datang.
Aku tidak tahu apakah Jonathan akan datang, aku duduk diam di samping Bibi Cheng, menatapinya.
Dulu ketika menghadapi kematian, atau menghadapi orang yang akan segera mati, aku sangat ketakutan, tapi sekarang sudah tidak takut, mungkin karena sudah mengalami begitu banyak kematian, oleh karena itu hatiku sudah kuat, atau bisa dibilang hatiku sudah kebas.
Refaldy menuangkan air untukku ke cangkir sekali pakai dan menyerahkannya kepadaku, berkata: "Terima kasih kamu begitu baik hati, dari pertama kali melihatmu, aku sudah tahu kamu adalah perempuan baik."
Perempuan baik?
Aku diam-diam mengejek diri sendiri, aku termasuk perempuan baik apa, perempuan yang bahkan tidak bisa menjadi seorang ibu yang baik, perempuan yang tidak bisa menjadi istri yang baik. Bahkan sumpah yang pernah kubuat juga kulanggar begitu saja, aku bahkan tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikan diriku sendiri.
"Kalau Jonathan tidak datang, kamu jangan menyalahkan dia." Aku berpaling melihat Refaldy, terlihat jelas sudut bibirnya yang terangkat.
"Dia benar-benar sangat beruntung, menikahi perempuan sebijaksana kamu." Refaldy tertawa kagum.
Aku tidak menjelaskan bahwa aku sekarang bukan istri Jonathan, meskipun kita tinggal di satu atap, tapi kita sudah cerai, sementara masih belum rujuk.
Aku terdiam, kadang-kadang melihat waktu di ponsel yang berlalu perlahan, aku berjaga di rumah sakit hampir satu hari satu malam, namun Jonathan tidak datang.
Dia pasti sudah mendengar pesan yang kutinggalkan ke sekretarisnya, tapi dia tidak menghubungiku, aku mengerti, dia sama sekali tidak ingin datang.
Keesokan harinya, ibu mertua datang pagi-pagi, dia datang untuk mengantar teman baiknya ini.
Ibu mertua memanggil Bibi Cheng dengan suara kecil di samping telinga Bibi Cheng, namun Bibi Cheng tidak bangun, ibu mertua menangis, menangis dengan sangat sedih, sampai-sampai aku tidak tahan dan ikut menangis.
Kita mengerti, Bibi Cheng bisa pergi kapanpun juga, setiap orang tidak berani meninggalkan kamar ini, takut baru saja keluar, Bibi Cheng sudah menutup mata untuk selamanya.
Di siang hari, Jonathan muncul di depan pintu kamar, ketika Ibu mertua melihat Jonathan, dia sangat terkejut.
Jonathan berjalan ke kasur dengan sangat tenang, matanya melihat perempuan yang ada di atas kasur dengan tatapan yang kompleks, dia tidak bersuara, hanya menatapinya.
Keajaiban terjadi, Bibi Cheng yang terus bernafas kasar membuka sedikit matanya, dia tidak bisa berbicara, matanya basah, sudut bibirnya terangkat sedikit namun miring.
Aku mengerti keadaan ini, di dunia kedokteran, ini disebut cahaya yang kembali, kalau muncul keadaan seperti ini, berarti sudah tidak jauh dari kematian.
Refaldy sangat senang melihat Bibi Cheng sadar, dia tidak mengerti Bibi Cheng sedang menggunakan tenaganya yang tersisa untuk melihat dunia ini untuk terakhir kalinya, dia juga sudah melihat Jonathan.
Suasana di dalam kamar sangat berat, mata Bibi Cheng berkedip dua kali, tiba-tiba bola matanya berputar ke atas, mulutnya yang awalnya bernafas seketika tertutup.
Refaldy langsung melempar dirinya, memanggil Bibi Cheng dengan sekuat tenaga.
Ibu mertua juga ikut berteriak dan menangis.
Aku berdiri diam di samping, air mataku terus mengalir.
Hanya Jonathan, dia seperti seorang penonton, kematian Bibi Cheng sama sekali tidak mempengaruhinya.
Refaldy terus menerus menekan bel pemanggil dokter, ketika dokter dan perawat tiba, mereka mengumumkan waktu kematian.
Ketika Jonathan keluar dari kamar pasien, kakiku mengikutinya.
Dia masuk ke lift, aku juga ikut masuk lift.
Aku mengelap air mataku, melihat Jonathan yang tidak berekspresi, berkata: "Jonathan, dia adalah ibumu, setidaknya kamu memanggilnya sekali, kenapa kamu harus begitu tidak berperasaan menghadapi perempuan yang sangat kasihan seperti itu?"
"Jadi?" tatapan Jonathan yang dingin bak es melihat ke arahku, "Kamu merasa aku seharusnya menangis dan menjerit keras, dengan begitu perempuan itu tidak akan mati?"
Aku menatapi Jonathan dengan tatapan bingung, nada suaranya ini sangat aneh.
"Christine, kamu berbuat keterlaluan, aku tidak ingin menyalahkanmu, tapi kamu setiap kali berbicara tanpa melalui otak seperti ini, sangat menyebalkan." kemudian, pintu lift terbuka, dia pun pergi seperti tidak terjadi apa-apa.
Aku berdiri membeku di dalam lift, sampai pintu lift kembali tertutup.
Apa maksudnya dia berbicara seperti itu? Aku tidak punya otak? Aku ikut menangis, aku menemani ibu kandungnya, semua hal ini salah?
Aku mengakui, aku terlalu emosional, tapi itu karena aku mementingkan keluarga.
Setiap kepergian orang yang dekat selalu menambah luka di hatiku, aku tidak mengerti, hati Jonathan terbuat dari apa, apakah dia tidak bisa merasa sakit?
Lift mengantarkanku kembali ke lantai 6, ketika aku masuk ke kamar, kain hitam sudah menutupi wajah Bibi Cheng.
Perempuan yang muncul hanya sejenak di hidupku ini, menutup matanya untuk selamanya begitu saja. Refaldy sesenggukan di samping, terlihat sangat sedih.
Putra kandung pergi begitu saja, putra tiri malah menangis mati-matian.
Mungkin ini juga adalah takdir.
Aku yang kembali ke kamar tidak menangis lagi, ibu mertua tetap sedang menangis, aku mengerti, kematian Bibi Cheng membuatnya sakit, tapi juga membuatnya senang, tidak ada orang yang akan merebut putranya lagi.
Beberapa hari ini, acara pemakaman Bibi Cheng diadakan di Kota F, kata Refaldy awalnya dia bermaksud membawa Bibi Cheng pulang ke luar negeri, tapi Bibi Cheng pernah bilang, orang yang meninggal harus kembali ke tempal asalnya, oleh karena itu tetap diadakan di kota F.
Setelah mengurus pemakaman, Refaldy berkata dia juga mau tinggal disini, ingin bekerja di kota F.
Aku tidak memedulikannya, aku merasa kalau terlalu banyak ikut campur, maka di masa depan semakin banyak masalah.
Ketika aku menemani ibu mertua pulang ke rumah, ibu mertua tiba-tiba bertanya padaku: "Christine, hari itu kenapa Jonathan bisa datang ke rumah sakit, apakah dia tahu sesuatu?"
Aku menunduk dengan panik, tidak berani menjawab pertanyaannya, aku takut begitu aku bilang, aku akan dibunuh.
"Apakah kamu sudah memberitahu Jonathan?" Ibu mertua tiba-tiba menginterogasiku dengan suara tajam.
Novel Terkait
Baby, You are so cute
Callie WangAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanDiamond Lover
LenaLove at First Sight
Laura VanessaCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)