Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 69 Karma
Aku menatap ke arah anakku dengan bingung, menengok ke arah Jonathan dengan wajah minta tolong: "Bolehkah aku mendapat waktu lebih lama dengan Bella?"
"Tidak boleh." Jonathan menjawabku datar.
Aku tahu dia membiarkanku bertemu dengan Bella itu sudah merupakan batas kesabarannya, tapi aku sekarang masih istrinya, aku punya hak untuk bertemu anakku, mengapa hanya bertemu sedetik seperti ini kemudian harus berpisah lagi.
Aku tidak rela. Aku melangkah maju, dan mengambil Bella dari Edy, berkata kepada Jonathan: "Biarkan aku memeluknya lebih lama lagi."
"Christine, kalau kamu membuang-buang waktu, kamu tidak akan bertemu dengan Bella lagi lain waktu." Jonathan mengancam dengan suara dingin.
Aku tersentak, mata merahku menatap ke arahnya, dan dengan tidak rela menyerahkan Bella kepada Edy, kemudian menatap lekat-lekat wajah mungilnya yang perlahan hilang dari pandanganku.
Air mataku mengalir deras, hatiku terasa begitu sakit, aku mencengkram dadaku dengan kuat.
"Jonathan, sekarang apa rencanamu untuk membereskan hubungan di antara kita?" Aku memandangnya denga penuh kepedihan, keadaan yang sangat canggung ini benar-benar menyakitiku, suami istri tapi tidak seperti suami istri.
"Menurutmu?" Dia menaikkan alis, memasang ekspresi yang menantangku untuk menebak.
"Kalau aku tahu apa yang kamu pikirkan, tidak perlu repot-repot lagi aku bertanya." Aku berkata dengan kesal, "Jonathan, apa kamu masih menginginkanku?"
Aku rasa aku pasti sudah gila, kalau tidak mana mungkin aku mengatakan hal tidak tahu malu seperti itu, atau mungkin demi Bella, kalau terus bersama dengan Jonathan, memberikan sebuah keluarga yang lengkap untuk Bella, ini baru penting.
Demi anak, aku akan menerima segalanya, meski harus membuang malu.
"Kamu pikir aku akan menginginkanmu?" Bibir Jonathan membentuk sebuah ekspresi gelap yang tidak bisa ditebak.
"Tidak mau ya tidak mau." Hatiku membeku dan berkata sinis, aku sudah menurunkan harga diriku, nyaris saja aku jatuh berlutut, apa dia mau menunjukannya di depan publik, baru bisa mengerti kebencian selama tiga tahun ini?
Sekarang Bella sudah diantar pulang, aku juga sudah tidak perlu berlama-lama di sini, aku melirik tajam ke arahnya dan berkata: "Aku pergi."
Baru berjalan satu langkah, Jonathah menggenggam pergelangan tanganku, dan menarikku berbalik ke dalam pelukannya, aku mendongakkan kepala, melihatnya memandangiku, kemudian berkata: "Kamu mau apa?"
"Apa aku mengijinkanmu pergi?" Dia menekan suaranya di tenggorokan. Tangannya yang besar melingkar di pinggangku, aku meronta dan dia semakin mengencangkan pelukannya.
"Kamu mau apa, ini di kantor, bukan di hotel." Aku menggigit bibir sambil berbisik memperingatkannya.
"Memangnya kenapa?" Jonathan mengabaikan sedang di dalam situasi apa kami ini.
Aku melihat senyum yang menghiasi wajahnya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di hatinya, tidak menginginkanku, mengapa melakukan hal-hal yang membuatku salah paham, menginginkanku, mengapa mengatakan kata-kata yang menyakitkan.
Apakah pria di hadapanku ini pria yang sama dengan pria yang menghangatkan hatiku tiga tahun yang lalu?
Kenapa aku merasa dia seakan sudah berubah kepribadian. Sebenarnya aku sendiri pun juga mengalami perubahan, hal yang paling jelas, rambut panjangku berubah jadi pendek.
"Lepaskan aku." Aku mengulurkan tangan untuk menyingkirkan tangan Jonathan yang diletakkan di pinggangku.
"Malam pergi ke tempat kamu tinggal." Jonathan menunduk dan berbisik di telingaku, aku terkejut, mendorong dadanya, kemudian berkata dengan keras: "Sudah gila, aku tinggal dengan teman, kalau kamu pergi apa jadinya."
"Suami istri tidur bersama, itu normal bukan?" Jonathan menyahut dengan lantang, suami istri, sekarang ini dia menganggapku sebagai istrinya kah? Sepertinya hanya di atas ranjang saja.
Aku tertawa dingin, "Bukankah kamu tidak menginginkanku? Mau apa datang ke tempatku?"
"Harus melihat menginginkan seperti apa, betul kan!" Dia berkata dengan santai, melihat wajah tampannya yang seakan meludah kepadaku.
Aku menundukkan kepala, berusaha untuk menahan amarahku, kemudian mendongak dan tersenyum sambil memandang Jonathan sambil berkata: "Kamu akan meperbaikiku."
Dia mengangguk dan tertawa: "Akhirnya pintar."
Dia melepaskan tangannya, dan aku segera mundur beberapa langkah, melihat Jonathan dan memakinya: "Kamu menggunakan anak untuk mengancamku, kamu pikir kamu sudah sangat hebat."
"Aku tidak pernah berkata aku sangat hebat, kecuali kamu tidak mau bertemu putrimu." Jonathan tertawa datar.
Saat ini detik ini, aku akui dia benar-benar akan memperbaikiku hingga tuntas, aku bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi, "Aku mengerti, di kehidupan yang lalu aku berhutang kepadamu."
"Bukan hanya di kehidupan yang lalu, di kehidupan ini kamu juga berhutang." Setelah berkata demikian, Jonathan kembali melanjutkan: "Baiklah, pulanglah, malam tunggu telepon dariku."
"Iya, aku pulang, menunggumu memberi kartu hijau kepadaku." Aku memasang wajah tersenyum yang sangat palsu, kemudian berbalik meninggalkan kantor Jonathan.
Aku tidak langsung kembali ke Midea, aku pergi mampir ke mall, aku ingin memilihkan beberapa baju anak perempuan untuk Bella dan juga mainan untuknya.
Barang-barang anak kecil sungguh membuat mata bersinar, aku memilih dengan sepenuh hati, tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing di belakangku, aku berbalik perlahan, dan melihat Ardy dengan Linda.
Aku tidak menyangka akan bertemu dengan mereka pasangan penuh kepalsuan seperti ini.
Linda berjalan mendekat dengan perut besar, keliahtannya seperti akan melahirkan lagi.
"Kakak juga datang membeli barang keperluan bayi kah?" Linda bertanya dengan lembut dan sopan.
Pandangan mataku mengarah dari Ardy ke wajah tersenyum Linda, dan menjawab: "Aku hanya berjalan-jalan, tidak ada yang ingin kubeli."
Aku tidak ingin bicara dengan pasangan suami istri ini, bukan karena aku belum melepaskannya, tapi aku merasa jijik. Aku berbalik dan bersiap untuk pergi, tidak kusangka Linda menyindirku dengan suara keras di belakangku.
"Kakak, dengar-dengar, setelah bercerai dengan Yoga kamu menikah dengan bos Chandra dari PT Weiss, kemudian bercerai lagi, apakah Bos Chandra juga menganggap kamu kotor?" Linda berkata dengan suara nyaring, seketika menarik perhatian orang di sekitar kami.
Aku tidak ingin mempedulikannya, tapi dia menyulut kemarahanku.
Aku berbalik dan menatap Linda, kemudian tertawa datar, "Kotor tidak kotor, seorang wanita rubah berumur 10,000 tahun sepertimu tidak pantas untuk berkomentar!"
Aku memejamkan mata dan menghela nafas, kemudian berkata lagi: "Ada bau busuk apa ini, pastinya bukan wanita rubah sepertimu ini diam-diam mencuri makanan di luar rumah suaminya bukan!"
"Christine." Linda melotot dengan penuh kebencian terhadapku.
Aku dengan santai dan manis menyahutnya, "Aku di sini."
Ardy yang melihat kami bertengkar, melangkah mendekat, kemudian menarik Linda pergi, menyuruhnya untuk tidak beradu mulut denganku lagi.
Linda meronta, berbalik, dan memaki Ardy: "Dasar tak tahu aturan, kalau bukan wanita itu yang menyakitimu, Yoga mana mungkin menaruh dendam pada kita, keluarga Santoso ini bagaimana bisa bangkrut? Sekarang ini aku sedang mewakilimu untuk marah, dasar pria berantakan."
Aku terkejut menatap Ardy, setelah dia mengatakan yang sebenarnya saat itu, aku memutuskan hubungan dengan Yoga, kemudian tidak berhubungan lagi dengannya sama sekali, aku belum lama kembali dari luar negeri, jadi tidak tahu kalau keluarga Ardy sudah bangkrut.
"Ardy, sebenarnya apa yang terjadi?" Aku bertanya tak mengerti.
"Tidak apa-apa. hanya bisnis yang buruk, sekarang ekonomi sedang turun, dan investasi merugi." Ardy berkata parau sambil tertawa.
"Ardy, apakah kamu masih tidak bisa melupakan wanita ini, jangan lupa siapa yang menjebloskanmu, membuatmu membayar begitu banyak, kalau bukan karena si Christine, bagaimana mungkin Yoga menyerang keluarga Santoso?" Linda menerocos tanpa henti, seakan nyawanya bergantung pada perkataannya.
Ini dengan wanita lemah lembut yang kutemui pertama kali itu sungguh sangat berbeda.
Ardy yang sangat emosional tiu pergi kemana, apakah karena dia sangat mencintai Linda hingga bisa menerima emosi Linda yang meluap-luap? Atau karena dia hampir melahirkan, jadi berusaha untuk menahannya?
"Kalau benar karenaku, aku sungguh minta maaf kepadamu," Aku memandang tulus kepada Ardy, aku sangat membencinya yang menggunakanku, membenci pengkhianatannya, tapi melihat kesusahan hidupnya saat ini, aku tak mampu merasa senang.
"Apa gunanya kamu minta maaf, apa kamu bisa mengembalikan uang itu kepada keluarga Ardy?" Tangis Linda pun pecah.
Orang-orang di sekitar kami pun mulai berbisik-bisik, aku menyapukan pandangan ke sekitar, dan mengingatkan: "Ini di depan orang banyak, tolong jaga reputasimu."
"Reputasi? Aku hampir miskin, peduli apa tentang reputasi, aku beritahu kamu, Yang Mahakuasa membiarkanku bertemu denganmu di sini, agar aku bisa mendapat keadilan." Seusai bicara, Linda melangkah maju dan merebut tasku.
Sepertinya dia sudah gila, merebutnya dengan tenaga sebesar sekarang.
Ardy yang melihatnya, segera melangkah maju, untung punya diuntung, Linda tak sengaja terdorong jatuh, dalam waktu yang amat singkat, terlihat darah yang mengucur di kaki Linda.
Begitu aku melihatnya, aku langsung tahu dia melahirkan dini.
"Ardy, dasar brengsek, kamu berani mendorongku." Linda menangis tersedu, dia pasti sangat kesakitan, dan tidak bisa berdiri.
Aku melangkah maju untuk memapahnya, tapi dia menolaknya, tidak ada cara lain, aku mengeluarkan ponsel dan menelepon 120.
Ambulans pun datang, Linda dibawa pergi, dan Ardy menemaninya di dalam mobil.
Aku samapi di rumah sakit terakhir, Linda sudah masuk ke ruang bersalin, karena prematur, bayinya terlalu besar, jadi mungkin membutuhkan waktu lebih lama.
Di luar ruang bersalin, Ardy berkata kepadaku: "Ini ketiga kalinya Linda melahirkan, dua yang pertama semuanya perempuan, yang kali ini juga kemungkinan perempuan."
"Kalau perempuan lalu kenapa?" Aku bertanya kepada Ardy setengah memaki, sekarang ini generasi apa, kenapa masih membeda-bedakan laki-laki dan perempuan.
Dia mengangkat kepalanya, kedua matanya menatap ke arahku dan berkata: "Anak perempuan tidak masalah, tetapi kalau kali ini perempuan lagi, keluargaku, keluarga Santoso benar-benar sudah berakhir."
"Kenapa?" Melahirkan anak perempuan atau laki-laki menentukan masa depan keluarga Santoso? Ini pertama kali kudengar.
"Mamaku sangat membedakan laki-laki dan perempuan, setelah Linda melahirkan dua anak perempuan, ibu mertua dan menantu perempuan terus bertengkar, kalau yang ketiga juga perempuan, ada 5 perempuan di satu panggung yang sama, aku takut akan mati." Ardy tertawa pahit dan menatapku, "Menurutmu, apa ini karma yang aku terima, karma karena telah menyakitimu?"
Aku terdiam, aku tidak tahu harus menjawab Ardy apa, karena kehidupanku sekarang juga cukup berbelit kacau, tanpa melibatkannya.
Saat aku meninggalkan rumah sakit, Linda sudah melahirkan anak ketiganya yang juga perempuan, Ardy benar-benar harus melewati hidupnya bersama 5 orang perempuan sekaligus.
Saat aku kembali ke apartemen, aku hanya melihat Stella di ruang tamu, dia mengenakan kacamatanya, dan sedang mencoret-coret draft desain. Ketika meihatku pulang, dia segera memanggilku mendekat.
"Christine, lihat draft ini, kenapa aku merasa ada yang tidak pas?"
Aku melihatnya sekilas, mengambil pensil dari tangannya, dan menggambar sesuatu di bagian pinggang baju itu secara instan dengan garis-garis tipis yang penuh.
Stella berterima kasih dengan riang: "Terima kasih sekali, Christine."
"Draft desainku bahkan belum bergerak sama sekali, kamu tidak akan mengumpulkannya sekarang bukan?" Aku menghela nafas pelan, aku iri dengan Stella yang masih lajang, tidak ada belenggu apapun, ingin melakukan apapun juga tinggal melakukannya, hidup sendirian tampaknya lebih membahagiakan.
"Mana mungkin secepat itu, aku juga baru saja mulai." Stella tersenyum kecut.
Aku menyapu pandangan ke semua sudut, dan bertanya: "Amanda?"
"Pergi kencan." Stella menaikkan kacamatanya di batang hidung, dan berkata dengan iri.
Tidak mungkin dengan Sean kan? Hatiku terasa berat.
Novel Terkait
Waiting For Love
SnowHidden Son-in-Law
Andy LeeThick Wallet
TessaTakdir Raja Perang
Brama aditioRahasia Istriku
MahardikaMenantu Hebat
Alwi GoJalan Kembali Hidupku
Devan HardiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)