Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 69 Karma

Aku menatap ke arah anakku dengan bingung, menengok ke arah Jonathan dengan wajah minta tolong: "Bolehkah aku mendapat waktu lebih lama dengan Bella?"

"Tidak boleh." Jonathan menjawabku datar.

Aku tahu dia membiarkanku bertemu dengan Bella itu sudah merupakan batas kesabarannya, tapi aku sekarang masih istrinya, aku punya hak untuk bertemu anakku, mengapa hanya bertemu sedetik seperti ini kemudian harus berpisah lagi.

Aku tidak rela. Aku melangkah maju, dan mengambil Bella dari Edy, berkata kepada Jonathan: "Biarkan aku memeluknya lebih lama lagi."

"Christine, kalau kamu membuang-buang waktu, kamu tidak akan bertemu dengan Bella lagi lain waktu." Jonathan mengancam dengan suara dingin.

Aku tersentak, mata merahku menatap ke arahnya, dan dengan tidak rela menyerahkan Bella kepada Edy, kemudian menatap lekat-lekat wajah mungilnya yang perlahan hilang dari pandanganku.

Air mataku mengalir deras, hatiku terasa begitu sakit, aku mencengkram dadaku dengan kuat.

"Jonathan, sekarang apa rencanamu untuk membereskan hubungan di antara kita?" Aku memandangnya denga penuh kepedihan, keadaan yang sangat canggung ini benar-benar menyakitiku, suami istri tapi tidak seperti suami istri.

"Menurutmu?" Dia menaikkan alis, memasang ekspresi yang menantangku untuk menebak.

"Kalau aku tahu apa yang kamu pikirkan, tidak perlu repot-repot lagi aku bertanya." Aku berkata dengan kesal, "Jonathan, apa kamu masih menginginkanku?"

Aku rasa aku pasti sudah gila, kalau tidak mana mungkin aku mengatakan hal tidak tahu malu seperti itu, atau mungkin demi Bella, kalau terus bersama dengan Jonathan, memberikan sebuah keluarga yang lengkap untuk Bella, ini baru penting.

Demi anak, aku akan menerima segalanya, meski harus membuang malu.

"Kamu pikir aku akan menginginkanmu?" Bibir Jonathan membentuk sebuah ekspresi gelap yang tidak bisa ditebak.

"Tidak mau ya tidak mau." Hatiku membeku dan berkata sinis, aku sudah menurunkan harga diriku, nyaris saja aku jatuh berlutut, apa dia mau menunjukannya di depan publik, baru bisa mengerti kebencian selama tiga tahun ini?

Sekarang Bella sudah diantar pulang, aku juga sudah tidak perlu berlama-lama di sini, aku melirik tajam ke arahnya dan berkata: "Aku pergi."

Baru berjalan satu langkah, Jonathah menggenggam pergelangan tanganku, dan menarikku berbalik ke dalam pelukannya, aku mendongakkan kepala, melihatnya memandangiku, kemudian berkata: "Kamu mau apa?"

"Apa aku mengijinkanmu pergi?" Dia menekan suaranya di tenggorokan. Tangannya yang besar melingkar di pinggangku, aku meronta dan dia semakin mengencangkan pelukannya.

"Kamu mau apa, ini di kantor, bukan di hotel." Aku menggigit bibir sambil berbisik memperingatkannya.

"Memangnya kenapa?" Jonathan mengabaikan sedang di dalam situasi apa kami ini.

Aku melihat senyum yang menghiasi wajahnya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di hatinya, tidak menginginkanku, mengapa melakukan hal-hal yang membuatku salah paham, menginginkanku, mengapa mengatakan kata-kata yang menyakitkan.

Apakah pria di hadapanku ini pria yang sama dengan pria yang menghangatkan hatiku tiga tahun yang lalu?

Kenapa aku merasa dia seakan sudah berubah kepribadian. Sebenarnya aku sendiri pun juga mengalami perubahan, hal yang paling jelas, rambut panjangku berubah jadi pendek.

"Lepaskan aku." Aku mengulurkan tangan untuk menyingkirkan tangan Jonathan yang diletakkan di pinggangku.

"Malam pergi ke tempat kamu tinggal." Jonathan menunduk dan berbisik di telingaku, aku terkejut, mendorong dadanya, kemudian berkata dengan keras: "Sudah gila, aku tinggal dengan teman, kalau kamu pergi apa jadinya."

"Suami istri tidur bersama, itu normal bukan?" Jonathan menyahut dengan lantang, suami istri, sekarang ini dia menganggapku sebagai istrinya kah? Sepertinya hanya di atas ranjang saja.

Aku tertawa dingin, "Bukankah kamu tidak menginginkanku? Mau apa datang ke tempatku?"

"Harus melihat menginginkan seperti apa, betul kan!" Dia berkata dengan santai, melihat wajah tampannya yang seakan meludah kepadaku.

Aku menundukkan kepala, berusaha untuk menahan amarahku, kemudian mendongak dan tersenyum sambil memandang Jonathan sambil berkata: "Kamu akan meperbaikiku."

Dia mengangguk dan tertawa: "Akhirnya pintar."

Dia melepaskan tangannya, dan aku segera mundur beberapa langkah, melihat Jonathan dan memakinya: "Kamu menggunakan anak untuk mengancamku, kamu pikir kamu sudah sangat hebat."

"Aku tidak pernah berkata aku sangat hebat, kecuali kamu tidak mau bertemu putrimu." Jonathan tertawa datar.

Saat ini detik ini, aku akui dia benar-benar akan memperbaikiku hingga tuntas, aku bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi, "Aku mengerti, di kehidupan yang lalu aku berhutang kepadamu."

"Bukan hanya di kehidupan yang lalu, di kehidupan ini kamu juga berhutang." Setelah berkata demikian, Jonathan kembali melanjutkan: "Baiklah, pulanglah, malam tunggu telepon dariku."

"Iya, aku pulang, menunggumu memberi kartu hijau kepadaku." Aku memasang wajah tersenyum yang sangat palsu, kemudian berbalik meninggalkan kantor Jonathan.

Aku tidak langsung kembali ke Midea, aku pergi mampir ke mall, aku ingin memilihkan beberapa baju anak perempuan untuk Bella dan juga mainan untuknya.

Barang-barang anak kecil sungguh membuat mata bersinar, aku memilih dengan sepenuh hati, tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing di belakangku, aku berbalik perlahan, dan melihat Ardy dengan Linda.

Aku tidak menyangka akan bertemu dengan mereka pasangan penuh kepalsuan seperti ini.

Linda berjalan mendekat dengan perut besar, keliahtannya seperti akan melahirkan lagi.

"Kakak juga datang membeli barang keperluan bayi kah?" Linda bertanya dengan lembut dan sopan.

Pandangan mataku mengarah dari Ardy ke wajah tersenyum Linda, dan menjawab: "Aku hanya berjalan-jalan, tidak ada yang ingin kubeli."

Aku tidak ingin bicara dengan pasangan suami istri ini, bukan karena aku belum melepaskannya, tapi aku merasa jijik. Aku berbalik dan bersiap untuk pergi, tidak kusangka Linda menyindirku dengan suara keras di belakangku.

"Kakak, dengar-dengar, setelah bercerai dengan Yoga kamu menikah dengan bos Chandra dari PT Weiss, kemudian bercerai lagi, apakah Bos Chandra juga menganggap kamu kotor?" Linda berkata dengan suara nyaring, seketika menarik perhatian orang di sekitar kami.

Aku tidak ingin mempedulikannya, tapi dia menyulut kemarahanku.

Aku berbalik dan menatap Linda, kemudian tertawa datar, "Kotor tidak kotor, seorang wanita rubah berumur 10,000 tahun sepertimu tidak pantas untuk berkomentar!"

Aku memejamkan mata dan menghela nafas, kemudian berkata lagi: "Ada bau busuk apa ini, pastinya bukan wanita rubah sepertimu ini diam-diam mencuri makanan di luar rumah suaminya bukan!"

"Christine." Linda melotot dengan penuh kebencian terhadapku.

Aku dengan santai dan manis menyahutnya, "Aku di sini."

Ardy yang melihat kami bertengkar, melangkah mendekat, kemudian menarik Linda pergi, menyuruhnya untuk tidak beradu mulut denganku lagi.

Linda meronta, berbalik, dan memaki Ardy: "Dasar tak tahu aturan, kalau bukan wanita itu yang menyakitimu, Yoga mana mungkin menaruh dendam pada kita, keluarga Santoso ini bagaimana bisa bangkrut? Sekarang ini aku sedang mewakilimu untuk marah, dasar pria berantakan."

Aku terkejut menatap Ardy, setelah dia mengatakan yang sebenarnya saat itu, aku memutuskan hubungan dengan Yoga, kemudian tidak berhubungan lagi dengannya sama sekali, aku belum lama kembali dari luar negeri, jadi tidak tahu kalau keluarga Ardy sudah bangkrut.

"Ardy, sebenarnya apa yang terjadi?" Aku bertanya tak mengerti.

"Tidak apa-apa. hanya bisnis yang buruk, sekarang ekonomi sedang turun, dan investasi merugi." Ardy berkata parau sambil tertawa.

"Ardy, apakah kamu masih tidak bisa melupakan wanita ini, jangan lupa siapa yang menjebloskanmu, membuatmu membayar begitu banyak, kalau bukan karena si Christine, bagaimana mungkin Yoga menyerang keluarga Santoso?" Linda menerocos tanpa henti, seakan nyawanya bergantung pada perkataannya.

Ini dengan wanita lemah lembut yang kutemui pertama kali itu sungguh sangat berbeda.

Ardy yang sangat emosional tiu pergi kemana, apakah karena dia sangat mencintai Linda hingga bisa menerima emosi Linda yang meluap-luap? Atau karena dia hampir melahirkan, jadi berusaha untuk menahannya?

"Kalau benar karenaku, aku sungguh minta maaf kepadamu," Aku memandang tulus kepada Ardy, aku sangat membencinya yang menggunakanku, membenci pengkhianatannya, tapi melihat kesusahan hidupnya saat ini, aku tak mampu merasa senang.

"Apa gunanya kamu minta maaf, apa kamu bisa mengembalikan uang itu kepada keluarga Ardy?" Tangis Linda pun pecah.

Orang-orang di sekitar kami pun mulai berbisik-bisik, aku menyapukan pandangan ke sekitar, dan mengingatkan: "Ini di depan orang banyak, tolong jaga reputasimu."

"Reputasi? Aku hampir miskin, peduli apa tentang reputasi, aku beritahu kamu, Yang Mahakuasa membiarkanku bertemu denganmu di sini, agar aku bisa mendapat keadilan." Seusai bicara, Linda melangkah maju dan merebut tasku.

Sepertinya dia sudah gila, merebutnya dengan tenaga sebesar sekarang.

Ardy yang melihatnya, segera melangkah maju, untung punya diuntung, Linda tak sengaja terdorong jatuh, dalam waktu yang amat singkat, terlihat darah yang mengucur di kaki Linda.

Begitu aku melihatnya, aku langsung tahu dia melahirkan dini.

"Ardy, dasar brengsek, kamu berani mendorongku." Linda menangis tersedu, dia pasti sangat kesakitan, dan tidak bisa berdiri.

Aku melangkah maju untuk memapahnya, tapi dia menolaknya, tidak ada cara lain, aku mengeluarkan ponsel dan menelepon 120.

Ambulans pun datang, Linda dibawa pergi, dan Ardy menemaninya di dalam mobil.

Aku samapi di rumah sakit terakhir, Linda sudah masuk ke ruang bersalin, karena prematur, bayinya terlalu besar, jadi mungkin membutuhkan waktu lebih lama.

Di luar ruang bersalin, Ardy berkata kepadaku: "Ini ketiga kalinya Linda melahirkan, dua yang pertama semuanya perempuan, yang kali ini juga kemungkinan perempuan."

"Kalau perempuan lalu kenapa?" Aku bertanya kepada Ardy setengah memaki, sekarang ini generasi apa, kenapa masih membeda-bedakan laki-laki dan perempuan.

Dia mengangkat kepalanya, kedua matanya menatap ke arahku dan berkata: "Anak perempuan tidak masalah, tetapi kalau kali ini perempuan lagi, keluargaku, keluarga Santoso benar-benar sudah berakhir."

"Kenapa?" Melahirkan anak perempuan atau laki-laki menentukan masa depan keluarga Santoso? Ini pertama kali kudengar.

"Mamaku sangat membedakan laki-laki dan perempuan, setelah Linda melahirkan dua anak perempuan, ibu mertua dan menantu perempuan terus bertengkar, kalau yang ketiga juga perempuan, ada 5 perempuan di satu panggung yang sama, aku takut akan mati." Ardy tertawa pahit dan menatapku, "Menurutmu, apa ini karma yang aku terima, karma karena telah menyakitimu?"

Aku terdiam, aku tidak tahu harus menjawab Ardy apa, karena kehidupanku sekarang juga cukup berbelit kacau, tanpa melibatkannya.

Saat aku meninggalkan rumah sakit, Linda sudah melahirkan anak ketiganya yang juga perempuan, Ardy benar-benar harus melewati hidupnya bersama 5 orang perempuan sekaligus.

Saat aku kembali ke apartemen, aku hanya melihat Stella di ruang tamu, dia mengenakan kacamatanya, dan sedang mencoret-coret draft desain. Ketika meihatku pulang, dia segera memanggilku mendekat.

"Christine, lihat draft ini, kenapa aku merasa ada yang tidak pas?"

Aku melihatnya sekilas, mengambil pensil dari tangannya, dan menggambar sesuatu di bagian pinggang baju itu secara instan dengan garis-garis tipis yang penuh.

Stella berterima kasih dengan riang: "Terima kasih sekali, Christine."

"Draft desainku bahkan belum bergerak sama sekali, kamu tidak akan mengumpulkannya sekarang bukan?" Aku menghela nafas pelan, aku iri dengan Stella yang masih lajang, tidak ada belenggu apapun, ingin melakukan apapun juga tinggal melakukannya, hidup sendirian tampaknya lebih membahagiakan.

"Mana mungkin secepat itu, aku juga baru saja mulai." Stella tersenyum kecut.

Aku menyapu pandangan ke semua sudut, dan bertanya: "Amanda?"

"Pergi kencan." Stella menaikkan kacamatanya di batang hidung, dan berkata dengan iri.

Tidak mungkin dengan Sean kan? Hatiku terasa berat.

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu