Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 57 Nenek Meninggal

"Ada perlu apa?" Aku dengan kesal melihat ke arah Cynthia. Menyebalkan sekali, aku kembali ke kamar karena tidak ingin melihat wajah munafiknya, tetapi dia malah masuk tanpa persetujuanku!

"Tidak ada apa-apa, aku hanya merasa kok kamu kasihan sekali ya." Ujarnya. Dia mendekatiku dan berdiri persis di hadapanku.

"Tidak perlu mengasihaniku, ini bukan urusanmu. Begini-begini aku istri sah Jonathan, kamu? Bagaimanapun juga tetap dianggap orang luar." Jawabku.

"Kamu sudah semakin pandai bicara ya." Cynthia terlihat kesal dengan kata-kataku, namun dia masih berusaha santai.

"Sudah, tapi aku tidak ingin bicara dengan orang yang tidak penting." Aku tersenyum tipis, mengangkat selimut, lalu bangun dari tempat tidur dan memandang Cynthia yang ada di hadapanku.

"Aku tidak peduli, bukan berarti kamu bebas menggangguku terus. Kelinci akan menggigit ketika merasa terganggu, bukan?"

"Gigit kalau berani! Apa sih yang hebat darimu?" Ujar Cynthia sembari tersenyum.

"Tidak ada yang hebat dariku, aku tidak melawan, aku tidak memberontak, aku mengandalkan diriku sendiri untuk mencari uang. Hidupku tidak seindah Nona Cynthia yang dari lahir sudah berkecukupan, yang tidak mengetahui kesulitan-kesulitan dalam hidup." Jawabku.

"Mungkin kamu mendapat karma buruk dari kehidupan sebelumnya? Makanya hidupmu begitu rendah di kehidupan ini." Cibir Cynthia. Dia marah, namun tidak berani meninggikan suaranya.

"Serendah-rendahnya aku, aku dicintai oleh Jonathan." Jawabku tak mau kalah.

Cynthia memandang sekeliling kamar sembari tersenyum, lalu berkata:

"Kamar ini, cepat atau lambat akan menjadi milikku."

Aku terdiam, aku tidak ingin menghabiskan waktuku berdebat dengan perempuan licik ini. Semakin aku berdebat dengannya, rasanya harga diriku semakin hilang.

Saat pintu ditutup, aku menutup mata dan menggigit bibirku.

Cynthia benar-benar muka tembok, tidak tahu malu!

Kepalaku terasa sakit, aku bersandar di ujung tempat tidur, lalu menutup mata dan beristirahat.

Tidak terlintas sedikitpun di dalam pikiranku, pen perekam yang diambil nenek hari itu akan mengambil nyawanya dan mendorongku semakin dalam ke jurang kebencian.

Nenek Jonathan bukan orang bodoh, setelah aku memberikan pen perekam itu, nenek diam-diam menyuruh seseorang untuk memeriksa Cynthia. Nenek adalah orang yang sangat memegang nilai-nilai tradisional, ia tidak akan membiarkan siapapun dengan catatan tidak baik masuk ke rumah keluarga Chandra.

Ada beberapa kali aku melihat Cynthia keluar sambil menangis dari kamar nenek.

Dan aku, aku tidak ingin berpartisipasi dalam masalah ini, aku hanya ingin melindungi diriku sendiri. Di sisi lain, kesehatan papa semakin memburuk, aku jadi sering pulang ke rumah orang tuaku untuk mengurusnya, dan baru pulang ke rumah ini jam tiga atau empat sore.

Hari ini, aku kembali menjenguk papa, aku takut nenek Jonathan tidak senang, jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal.

Aku turun dari taksi, membayar ongkosnya, dan masuk ke rumah.

Aneh sekali...... Kenapa pintunya satu terbuka dan satu lagi tertutup? Setelah itu, aku melihat nenek terbaring di tangga. Aku dengan panik segera berlari dan mengangkat nenek.

"Nek, bangun nek, nenek kenapa?" Aku benar-benar panik, kenapa nenek bisa jatuh dan tidak ada seorang pun yang menyadarinya?

"Biii.... Bi Inem...." Aku berusaha memanggil-manggil para pelayan sampai suaraku serak.

Butuh waktu agak lama sampai Bi Inem sampai di tangga, melihatku yang sedang memeluk nenek seperti itu, dia mencurigaiku.

"Aduh Non, meskipun Nyonya tidak baik terhadap Non, masa Nyonya didorong dari tangga sih?"

"Bibi bicara apa sih! Cepat panggil ambulans!" Aku dengan marah menghardik Bi Inem.

Ketika ambulans datang, para petugas medis menyatakan kalau nenek telah meninggal dunia, bahkan tidak ada kesempatan untuk menyelamatkannya.

Meskipun mulut nenek sangat beracun, aku tidak pernah berharap supaya nenek meninggal, karena beliau adalah nenek dari Jonathan, aku takut kepadanya, bahkan aku tidak berani mendekatinya.

Aku tidak tahu kapan dan bagaimana dia bisa jatuh dari tangga. Tetapi aku tidak menyangka, Bi Inem bicara kepada Jonathan seolah-olah aku yang mendorong nenek, seperti dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Ekspresi Jonathan berubah sangat mengerikan, aku mencoba menjelaskan situasinya, tetapi dia menolak untuk mendengarkanku. Dia dengan kasar menarikku kembali ke kamar dan mengunciku dari luar.

Aku memukul-mukul pintu, namun akhirnya menyerah. Aku bersandar di pintu dan terduduk di lantai yang dingin.

"Jonathan, bukan aku yang mendorong nenek. Saat aku pulang, kondisi nenek sudah seperti itu...." Ujarku lirih.

Aku tidak tahu bagaimana Jonathan mengurus pemakaman nenek, aku sudah dikurung olehnya selama satu minggu, selama satu minggu ini aku menjadi kurus, aku tidak bisa makan, tidak bisa tidur, hari-hariku dipenuhi memikirkan masalah nenek.

Aku mencurigai Cynthia, hanya dia yang bisa melakukan ini, tetapi nenek baik sekali terhadapnya, masa dia tega mendorong orang tua dari tangga?

Atau jangan-jangan, nenek sendiri yang kehilangan keseimbangan lalu jatuh?

Tapi aku masih tidak mengerti, kenapa Bi Inem mengatakan kalau aku yang mendorong nenek? Padahal waktu itu, aku baru saja pulang, baru saja menemukan nenek dengan kondisi seperti itu, dan baru saja memanggilnya, kenapa dia harus menuduhku seperti ini?

Aku merasa dipermainkan, aku tidak bisa berhenti memikirkan Cynthia.

Tiba-tiba, pintu dibuka. Jonathan masuk dan menutup pintu rapat-rapat, dia terlihat sangat, sangat lelah.

Aku memandangnya dengan kosong, aku maju dan menggenggam tangannya.

"Jonathan, aku benar-benar tidak mendorong nenek, aku baru saja pulang dari rumah orang tuaku dan kondisi nenek sudah seperti itu." Ujarku lirih.

"Aku capek sekali." Katanya sembari menepis tanganku, dia membuka lemari baju dan berganti dengan pakaian yang sudah dicuci.

"Jaga dirimu baik-baik, tunggu anakmu lahir baru kita bicarakan lagi." Lanjutnya.

Melihat Jonathan yang seperti itu, rasanya dia tidak ingin membicarakan masalah nenek, jangan-jangan... dia benar-benar mencurigaiku?

"Jonathan, katakan padaku, kamu mencurigaiku juga? Kamu percaya kalau aku yang mendorong nenek?" Aku menahan langkah Jonathan, menatap pandangannya yang dingin.

"Sudahlah, aku benar-benar capek. Jangan ganggu aku lagi." Ujar Jonathan, dia mendorong bahuku, tetapi aku tak bergeming, aku tidak membiarkannya lewat.

"Kamu tidak mempercayaiku?" Tanyaku.

"Bagaimana aku bisa percaya? Memangnya Bi Inem sengaja ingin menjebakmu?" Jonathan meninggikan suaranya, suaranya terdengar keras sekali, sampai hatiku hancur dibuatnya.

"Ternyata kamu memang tidak mempercayaiku. Baiklah, lapor polisi saja, jebloskan aku ke penjara!" aku menarik pergelangan tangan Jonathan dengan kasar, seumur hidupku, aku belum pernah merasakan pengkhianatan sebesar ini.

"Biarkan aku tenang dulu, jangan ganggu aku." Ujar Jonathan, dia menutup matanya.

"Memangnya apa bedanya kalau aku mengganggumu! Kamu pasti menyesal sudah menikah denganku? Bukan, kamu pasti menyesal sudah mengenalku!"

"Christine, nenek baru saja meninggal, jangan biarkan dia meninggal dengan tidak tenang, bisa tidak?" Ujar Jonathan lirih, tatapan matanya terasa menusuk, kata-katanya terasa begitu dingin.

Aku melepaskan pegangan tanganku, air mataku mengalir karena perasaan kecewa yang begitu besar.

"Jonathan, kita cerai saja!"

"Jangan sebut kata-kata cerai, memangnya kamu berhak mengatakannya? Christine, bagaimana aku memperlakukan kamu, kamu sendiri yang tahu." Ujar Jonathan dengan dingin.

"Dulu aku tahu, sekarang aku tidak tahu! Kamu tidak mempercayaiku, kamu mencurigaiku, aku tidak bisa hidup dengan orang yang tidak mempercayaiku!" Kesedihan menguasai diriku.

Hanya karena kata-kata Bi Inem, Jonathan mencurigaiku seperti ini?

Hanya karena aku tidak cocok dengan nenek dan hanya ada aku saat kejadian itu, dia menganggap aku yang membunuh nenek.

"Aku tidur di kamar tamu." Jonathan berbalik dan meninggalkanku begitu saja.

Aku menangis sejadi-jadinya, kenapa menjadi seperti ini? Belum lama aku menikmati hari-hari bahagia dengan Jonathan, tiba-tiba terjadi hal seperti ini.

Ibu Jonathan pulang dari luar negeri, dari awal dia memang tidak menyukaiku, sekarang dia bahkan tidak sudi untuk menemuiku.

Hari-hariku di rumah keluarga Chandra sudah mencapai masa-masa suram.

Setiap kali Bi Inem mengatar makanan untukku, aku pasti akan bertanya mengenai kejadian itu, kenapa harus menjebakku? Bi Inem selalu terdiam dan buru-buru pergi. Aku tahu, dia pasti berbohong. Pasti ada seseorang yang menyuruhnya.

Ibu Jonathan mencariku untuk bicara, dia berharap aku melahirkan anak di kandunganku, lalu test DNA, kalau memang anak dari keluarga Chandra, mereka akan mengambil anak itu. Bagaimana denganku? Mereka akan memberiku uang dan mengusirku dari keluarga Chandra.

Aku menolak, aku menjelaskan semuanya, aku tidak mendorong nenek, dan hal-hal yang dituduhkan namun tidak pernah kulakukan, sampai mati pun aku tidak akan mengakuinya.

Tetapi Ibu Jonathan tidak mendengarkanku, dia berkata dengan kejam bahwa dia tidak menyukaiku dan sampai kapanpun tidak akan pernah menerimaku, lalu pergi keluar ruangan.

Aku benar-benar merasa terisolasi di keluarga Chandra...

Hari demi hari berlalu, Jonathan seperti menganggapku tidak ada, meskipun aku menangis meraung-raung, menangis sampai mataku bengkak, bahkan ketika aku mencoba bicara dengannya, dia langsung berbalik dan meninggalkanku.

Hari itu, aku maju dan menahan Jonathan, dengan memelas aku berkata :

"Jonathan, bicaralah denganku, kamu boleh memakiku, memukulku juga boleh, jangan abaikan aku."

Sepertinya hari itu Jonathan sedikit luluh, dia sempat menyentuh rambutku sebentar, lalu menarik kembali tangannya dan dengan dingin menyuruhku tetap diam di kamar ini.

Aneh sekali, tadi dia sempat menyentuh rambutku dengan lembut, kenapa sikapnya berubah mendadak?

Aku berbalik, ternyata ibu Jonathan berdiri di belakangku, pandangan matanya yang tajam seakan-akan menelan jiwaku, aku ketakutan dan melangkah mundur, bersandar di tembok yang dingin.

Sejak kematian nenek, Cynthia tidak sekalipun datang ke rumah ini.

Dan seluruh manusia di keluarga Chandra mengabaikanku. Hari demi hari, bayi di perutku semakin berkembang. Setiap kali aku pergi memeriksakan kandunganku, tidak ada satupun orang yang peduli denganku, atau anak ini.

Aku tahu, ibu Jonathan sedang menungguku melahirkan anak ini, lalu aku bukan bagian dari keluarga ini lagi, dia juga akan memisahkanku dengan anakku sendiri.

Tidak bisa, aku tidak akan sudi berpisah dengan anakku sendiri.

Aku memandang perutku yang sudah semakin besar, kehamilanku sudah berjalan ke minggu ke-37, dokter mengatakan, sudah cukup bulan dan aku bisa melahirkan kapan saja.

Aku memegang perutku, berdiri dengan kikuk, lalu keluar kamar dan dengan perlahan menuruni tangga. Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku atau mencari suatu tempat, aku akan melahirkan anakku dan membesarkannya.

Dulu masih ada Sarah yang bisa membantuku, tetapi setelah kepergiannya, sepertinya aku tidak bisa mengandalkan siapapun.

Aku benar-benar tidak tahu harus pergi kemana... Dan aku terus menerus bertanya dalam hati, apa aku bisa meninggalkan Jonathan?

Aku memandangi ruang tamu, mengingat masa-masa bahagia yang kulewati bersama dengan Jonathan, lalu aku keluar dari rumah.

Ternyata, aku tak kuasa meninggalkan Jonathan, aku tidak bisa meninggalkannya, aku terlalu mencintainya. Aku dengan cepat melangkah kembali ke dalam rumah.

Bahkan kalau Jonathan terus mengabaikanku, paling tidak, setelah anak ini lahir, sepertinya hubungan kami bisa membaik seperti sedia kala.

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu