Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 57 Nenek Meninggal
"Ada perlu apa?" Aku dengan kesal melihat ke arah Cynthia. Menyebalkan sekali, aku kembali ke kamar karena tidak ingin melihat wajah munafiknya, tetapi dia malah masuk tanpa persetujuanku!
"Tidak ada apa-apa, aku hanya merasa kok kamu kasihan sekali ya." Ujarnya. Dia mendekatiku dan berdiri persis di hadapanku.
"Tidak perlu mengasihaniku, ini bukan urusanmu. Begini-begini aku istri sah Jonathan, kamu? Bagaimanapun juga tetap dianggap orang luar." Jawabku.
"Kamu sudah semakin pandai bicara ya." Cynthia terlihat kesal dengan kata-kataku, namun dia masih berusaha santai.
"Sudah, tapi aku tidak ingin bicara dengan orang yang tidak penting." Aku tersenyum tipis, mengangkat selimut, lalu bangun dari tempat tidur dan memandang Cynthia yang ada di hadapanku.
"Aku tidak peduli, bukan berarti kamu bebas menggangguku terus. Kelinci akan menggigit ketika merasa terganggu, bukan?"
"Gigit kalau berani! Apa sih yang hebat darimu?" Ujar Cynthia sembari tersenyum.
"Tidak ada yang hebat dariku, aku tidak melawan, aku tidak memberontak, aku mengandalkan diriku sendiri untuk mencari uang. Hidupku tidak seindah Nona Cynthia yang dari lahir sudah berkecukupan, yang tidak mengetahui kesulitan-kesulitan dalam hidup." Jawabku.
"Mungkin kamu mendapat karma buruk dari kehidupan sebelumnya? Makanya hidupmu begitu rendah di kehidupan ini." Cibir Cynthia. Dia marah, namun tidak berani meninggikan suaranya.
"Serendah-rendahnya aku, aku dicintai oleh Jonathan." Jawabku tak mau kalah.
Cynthia memandang sekeliling kamar sembari tersenyum, lalu berkata:
"Kamar ini, cepat atau lambat akan menjadi milikku."
Aku terdiam, aku tidak ingin menghabiskan waktuku berdebat dengan perempuan licik ini. Semakin aku berdebat dengannya, rasanya harga diriku semakin hilang.
Saat pintu ditutup, aku menutup mata dan menggigit bibirku.
Cynthia benar-benar muka tembok, tidak tahu malu!
Kepalaku terasa sakit, aku bersandar di ujung tempat tidur, lalu menutup mata dan beristirahat.
Tidak terlintas sedikitpun di dalam pikiranku, pen perekam yang diambil nenek hari itu akan mengambil nyawanya dan mendorongku semakin dalam ke jurang kebencian.
Nenek Jonathan bukan orang bodoh, setelah aku memberikan pen perekam itu, nenek diam-diam menyuruh seseorang untuk memeriksa Cynthia. Nenek adalah orang yang sangat memegang nilai-nilai tradisional, ia tidak akan membiarkan siapapun dengan catatan tidak baik masuk ke rumah keluarga Chandra.
Ada beberapa kali aku melihat Cynthia keluar sambil menangis dari kamar nenek.
Dan aku, aku tidak ingin berpartisipasi dalam masalah ini, aku hanya ingin melindungi diriku sendiri. Di sisi lain, kesehatan papa semakin memburuk, aku jadi sering pulang ke rumah orang tuaku untuk mengurusnya, dan baru pulang ke rumah ini jam tiga atau empat sore.
Hari ini, aku kembali menjenguk papa, aku takut nenek Jonathan tidak senang, jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal.
Aku turun dari taksi, membayar ongkosnya, dan masuk ke rumah.
Aneh sekali...... Kenapa pintunya satu terbuka dan satu lagi tertutup? Setelah itu, aku melihat nenek terbaring di tangga. Aku dengan panik segera berlari dan mengangkat nenek.
"Nek, bangun nek, nenek kenapa?" Aku benar-benar panik, kenapa nenek bisa jatuh dan tidak ada seorang pun yang menyadarinya?
"Biii.... Bi Inem...." Aku berusaha memanggil-manggil para pelayan sampai suaraku serak.
Butuh waktu agak lama sampai Bi Inem sampai di tangga, melihatku yang sedang memeluk nenek seperti itu, dia mencurigaiku.
"Aduh Non, meskipun Nyonya tidak baik terhadap Non, masa Nyonya didorong dari tangga sih?"
"Bibi bicara apa sih! Cepat panggil ambulans!" Aku dengan marah menghardik Bi Inem.
Ketika ambulans datang, para petugas medis menyatakan kalau nenek telah meninggal dunia, bahkan tidak ada kesempatan untuk menyelamatkannya.
Meskipun mulut nenek sangat beracun, aku tidak pernah berharap supaya nenek meninggal, karena beliau adalah nenek dari Jonathan, aku takut kepadanya, bahkan aku tidak berani mendekatinya.
Aku tidak tahu kapan dan bagaimana dia bisa jatuh dari tangga. Tetapi aku tidak menyangka, Bi Inem bicara kepada Jonathan seolah-olah aku yang mendorong nenek, seperti dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Ekspresi Jonathan berubah sangat mengerikan, aku mencoba menjelaskan situasinya, tetapi dia menolak untuk mendengarkanku. Dia dengan kasar menarikku kembali ke kamar dan mengunciku dari luar.
Aku memukul-mukul pintu, namun akhirnya menyerah. Aku bersandar di pintu dan terduduk di lantai yang dingin.
"Jonathan, bukan aku yang mendorong nenek. Saat aku pulang, kondisi nenek sudah seperti itu...." Ujarku lirih.
Aku tidak tahu bagaimana Jonathan mengurus pemakaman nenek, aku sudah dikurung olehnya selama satu minggu, selama satu minggu ini aku menjadi kurus, aku tidak bisa makan, tidak bisa tidur, hari-hariku dipenuhi memikirkan masalah nenek.
Aku mencurigai Cynthia, hanya dia yang bisa melakukan ini, tetapi nenek baik sekali terhadapnya, masa dia tega mendorong orang tua dari tangga?
Atau jangan-jangan, nenek sendiri yang kehilangan keseimbangan lalu jatuh?
Tapi aku masih tidak mengerti, kenapa Bi Inem mengatakan kalau aku yang mendorong nenek? Padahal waktu itu, aku baru saja pulang, baru saja menemukan nenek dengan kondisi seperti itu, dan baru saja memanggilnya, kenapa dia harus menuduhku seperti ini?
Aku merasa dipermainkan, aku tidak bisa berhenti memikirkan Cynthia.
Tiba-tiba, pintu dibuka. Jonathan masuk dan menutup pintu rapat-rapat, dia terlihat sangat, sangat lelah.
Aku memandangnya dengan kosong, aku maju dan menggenggam tangannya.
"Jonathan, aku benar-benar tidak mendorong nenek, aku baru saja pulang dari rumah orang tuaku dan kondisi nenek sudah seperti itu." Ujarku lirih.
"Aku capek sekali." Katanya sembari menepis tanganku, dia membuka lemari baju dan berganti dengan pakaian yang sudah dicuci.
"Jaga dirimu baik-baik, tunggu anakmu lahir baru kita bicarakan lagi." Lanjutnya.
Melihat Jonathan yang seperti itu, rasanya dia tidak ingin membicarakan masalah nenek, jangan-jangan... dia benar-benar mencurigaiku?
"Jonathan, katakan padaku, kamu mencurigaiku juga? Kamu percaya kalau aku yang mendorong nenek?" Aku menahan langkah Jonathan, menatap pandangannya yang dingin.
"Sudahlah, aku benar-benar capek. Jangan ganggu aku lagi." Ujar Jonathan, dia mendorong bahuku, tetapi aku tak bergeming, aku tidak membiarkannya lewat.
"Kamu tidak mempercayaiku?" Tanyaku.
"Bagaimana aku bisa percaya? Memangnya Bi Inem sengaja ingin menjebakmu?" Jonathan meninggikan suaranya, suaranya terdengar keras sekali, sampai hatiku hancur dibuatnya.
"Ternyata kamu memang tidak mempercayaiku. Baiklah, lapor polisi saja, jebloskan aku ke penjara!" aku menarik pergelangan tangan Jonathan dengan kasar, seumur hidupku, aku belum pernah merasakan pengkhianatan sebesar ini.
"Biarkan aku tenang dulu, jangan ganggu aku." Ujar Jonathan, dia menutup matanya.
"Memangnya apa bedanya kalau aku mengganggumu! Kamu pasti menyesal sudah menikah denganku? Bukan, kamu pasti menyesal sudah mengenalku!"
"Christine, nenek baru saja meninggal, jangan biarkan dia meninggal dengan tidak tenang, bisa tidak?" Ujar Jonathan lirih, tatapan matanya terasa menusuk, kata-katanya terasa begitu dingin.
Aku melepaskan pegangan tanganku, air mataku mengalir karena perasaan kecewa yang begitu besar.
"Jonathan, kita cerai saja!"
"Jangan sebut kata-kata cerai, memangnya kamu berhak mengatakannya? Christine, bagaimana aku memperlakukan kamu, kamu sendiri yang tahu." Ujar Jonathan dengan dingin.
"Dulu aku tahu, sekarang aku tidak tahu! Kamu tidak mempercayaiku, kamu mencurigaiku, aku tidak bisa hidup dengan orang yang tidak mempercayaiku!" Kesedihan menguasai diriku.
Hanya karena kata-kata Bi Inem, Jonathan mencurigaiku seperti ini?
Hanya karena aku tidak cocok dengan nenek dan hanya ada aku saat kejadian itu, dia menganggap aku yang membunuh nenek.
"Aku tidur di kamar tamu." Jonathan berbalik dan meninggalkanku begitu saja.
Aku menangis sejadi-jadinya, kenapa menjadi seperti ini? Belum lama aku menikmati hari-hari bahagia dengan Jonathan, tiba-tiba terjadi hal seperti ini.
Ibu Jonathan pulang dari luar negeri, dari awal dia memang tidak menyukaiku, sekarang dia bahkan tidak sudi untuk menemuiku.
Hari-hariku di rumah keluarga Chandra sudah mencapai masa-masa suram.
Setiap kali Bi Inem mengatar makanan untukku, aku pasti akan bertanya mengenai kejadian itu, kenapa harus menjebakku? Bi Inem selalu terdiam dan buru-buru pergi. Aku tahu, dia pasti berbohong. Pasti ada seseorang yang menyuruhnya.
Ibu Jonathan mencariku untuk bicara, dia berharap aku melahirkan anak di kandunganku, lalu test DNA, kalau memang anak dari keluarga Chandra, mereka akan mengambil anak itu. Bagaimana denganku? Mereka akan memberiku uang dan mengusirku dari keluarga Chandra.
Aku menolak, aku menjelaskan semuanya, aku tidak mendorong nenek, dan hal-hal yang dituduhkan namun tidak pernah kulakukan, sampai mati pun aku tidak akan mengakuinya.
Tetapi Ibu Jonathan tidak mendengarkanku, dia berkata dengan kejam bahwa dia tidak menyukaiku dan sampai kapanpun tidak akan pernah menerimaku, lalu pergi keluar ruangan.
Aku benar-benar merasa terisolasi di keluarga Chandra...
Hari demi hari berlalu, Jonathan seperti menganggapku tidak ada, meskipun aku menangis meraung-raung, menangis sampai mataku bengkak, bahkan ketika aku mencoba bicara dengannya, dia langsung berbalik dan meninggalkanku.
Hari itu, aku maju dan menahan Jonathan, dengan memelas aku berkata :
"Jonathan, bicaralah denganku, kamu boleh memakiku, memukulku juga boleh, jangan abaikan aku."
Sepertinya hari itu Jonathan sedikit luluh, dia sempat menyentuh rambutku sebentar, lalu menarik kembali tangannya dan dengan dingin menyuruhku tetap diam di kamar ini.
Aneh sekali, tadi dia sempat menyentuh rambutku dengan lembut, kenapa sikapnya berubah mendadak?
Aku berbalik, ternyata ibu Jonathan berdiri di belakangku, pandangan matanya yang tajam seakan-akan menelan jiwaku, aku ketakutan dan melangkah mundur, bersandar di tembok yang dingin.
Sejak kematian nenek, Cynthia tidak sekalipun datang ke rumah ini.
Dan seluruh manusia di keluarga Chandra mengabaikanku. Hari demi hari, bayi di perutku semakin berkembang. Setiap kali aku pergi memeriksakan kandunganku, tidak ada satupun orang yang peduli denganku, atau anak ini.
Aku tahu, ibu Jonathan sedang menungguku melahirkan anak ini, lalu aku bukan bagian dari keluarga ini lagi, dia juga akan memisahkanku dengan anakku sendiri.
Tidak bisa, aku tidak akan sudi berpisah dengan anakku sendiri.
Aku memandang perutku yang sudah semakin besar, kehamilanku sudah berjalan ke minggu ke-37, dokter mengatakan, sudah cukup bulan dan aku bisa melahirkan kapan saja.
Aku memegang perutku, berdiri dengan kikuk, lalu keluar kamar dan dengan perlahan menuruni tangga. Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku atau mencari suatu tempat, aku akan melahirkan anakku dan membesarkannya.
Dulu masih ada Sarah yang bisa membantuku, tetapi setelah kepergiannya, sepertinya aku tidak bisa mengandalkan siapapun.
Aku benar-benar tidak tahu harus pergi kemana... Dan aku terus menerus bertanya dalam hati, apa aku bisa meninggalkan Jonathan?
Aku memandangi ruang tamu, mengingat masa-masa bahagia yang kulewati bersama dengan Jonathan, lalu aku keluar dari rumah.
Ternyata, aku tak kuasa meninggalkan Jonathan, aku tidak bisa meninggalkannya, aku terlalu mencintainya. Aku dengan cepat melangkah kembali ke dalam rumah.
Bahkan kalau Jonathan terus mengabaikanku, paling tidak, setelah anak ini lahir, sepertinya hubungan kami bisa membaik seperti sedia kala.
Novel Terkait
Get Back To You
LexyAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaUnlimited Love
Ester GohDoctor Stranger
Kevin WongYou're My Savior
Shella NaviMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)