Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 90 Mati Menggantikanku (1)

"Aku tidak mau melakukannya lagi." Amanda Jiang menatapku dan berkata dengan ringan, "Aku memiliki karakter seperti ini. Aku akan mengomentari ketika aku melihat ketidakadilan. Sekarang aku akan sering bertemu Stella, dan aku harus melihat wajahnya yang munafik. Aku tidak tahan."

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" aku menatap Amanda Jiang dengan kasihan. Dia hamil, sekarang mengundurkan diri dari pekerjaan. Semua ini karena Sean.

"Tidak ada rencana apapun. Aku ingin membeli pakaian hamil, kamu temani aku ya!" melihat matanya yang sangat semangat, aku ragu sebentar dan akhirnya mengangguk menyetujui.

Aku bilang pada ibu Jonathan mau jalan-jalan, dia tidak mengizinkan. Katanya seorang ibu hamil seharusnya menetap di rumah, menunggu sampai bayi dilahirkan.

Amanda Jiang menatapku dengan terkejut lalu bertanya, "Christine, kamu juga hamil?"

Aku mengangguk, "Sudah mau tiga bulan."

"Kalau begitu kebetulan, kita bersama-sama beli pakaian hamil." Amanda Jiang tersenyum senang. Aku tidak tega menolak niat baik Amanda, jadi menjamin pada ibu akan segera kembali.

Aku dan Amanda Jiang pergi ke mall dengan taksi. Melihat beragam baju, mata kami dibuat pusing. Amanda Jiang seperti kuda liar yang terlepas dari kandang, sambil menarikku berlari kecil, seperti seorang gadis bersorak senang.

Aku menatap dia dengan tenang dan tertawa, "Jangan teriak lagi, nanti orang-orang kira kita teroris lagi!"

"Aku senang, aku gembira, ingin berteriak ya berteriak saja." selesai berkata, Amanda Jiang baru dengan serius menilai kemeja berwarna ungu muda yang aku pakai lalu mengelilingi aku satu putaran dan bertanya, "Dimana kamu membeli baju ini? Cantik sekali."

"Aku yang mendesain sendiri." aku menjawab, karena di rumah tidak ada kerjaan, dulu juga belajar jurusan ini. Apalagi dulu sebagai model, tentu saja setelah memakai baju yang aku desain sendiri lebih cantik.

"Bagaimana kalau kamu juga buatkan satu untukku." Amanda Jiang mengerjap-ngerjapkan mata lalu melihatku dengan tulus. Jelas-jelas dia juga dulunya ambil jurusan desain, malah mau baju aku.

Jarang-jarang ada yang suka, jadi aku pun memutuskan untuk memberikan saja padanya. "Karena kamu sangat suka, maka nanti baju di tubuhku ini aku langsung berikan saja padamu. Hanya ada satu, limited edition."

"Benar-benar, kalau kamu berikan padaku, apa yang kamu pakai, telanjang?" Amanda Jiang bercanda.

Aku menepuk kecil bahunya dan berkata, "Kenapa begitu mesum? Belum juga menikah sudah mengatakan kalimat seperti itu, kedepannya bisa tidak dapat menikah lho."

"Ya sudah kalau tidak bisa menikah." Amanda Jiang pasrah dan menghilangkan senyumnya, beberapa saat kemudian dia menyunggingkan senyum lagi, "Ya sudah, ayo kita pergi beli baju. Nanti aku harus coba baju itu apakah cocok di tubuhku atau tidak, kalau tidak cocok aku juga tidak bisa pakai!"

Aku menganggukan kepala, mencari satu toko yang menjual baju untuk ibu hamil, mencari satu baju lalu memakainya. Aku memberikan kemejaku kepada Amanda Jiang. Setelah dia keluar dari ruang ganti dan melihat dirinya sendiri, dia sangat suka.

"Christine, desainmu sekarang semakin bagus. Baju ini aku terima, tidak ganti lagi."selesai berkata, dia melihat topi hijau yang ada di rak dan memakainya, berputar-putar lalu berpose, "Cantik tidak?"

"Cantik." aku memuji dengan tulus. Amanda Jiang lebih pendek sedikit dariku, tapi perbandingan tubuhnya bagus. Tubuhnya termasuk tipe langsing, meskipun sudah hamil empat bulan tapi sama sekali tidak kelihatan.

Aku membeli satu dress yang berukuran kecil, ketika dipakai biasa, tidak secantik baju yang aku desain. Amanda Jiang menggandeng tanganku lalu meneruskan belanja.

Tidak tahu kenapa, rasanya hatiku tidak tenang. Seperti ada yang terus mengikutiku. Tapi begitu membalikkan kepala, tidak ada apapun. Apa aku yang berpikir terlalu banyak?

Tidak lama kemudian, aku merasa sedikit kebelet. Aku bertanya pada Amanda Jiang mau ke toilet tidak, dia menggeleng, "Tidak, aku menunggumu di luar saja."

Aku mengangguk, setelah menjawab baik, aku pun masuk ke dalam toilet.

Saat aku keluar dari toilet, di depan toilet ada sekelompok orang yang mengerumuni di sana, seperti terjadi sesuatu. Aku tidak ingin kepo, orang begitu banyak, kalau saling dorong-dorongan dan terjadi hal yang buruk, maka gawatlah.

Aku mencari Amanda Jiang di sekitaran sana, tapi tidak ada. Apa daya, aku hanya bisa menelepon dia. Tapi bunyi telepon ada di sekitar sini.

Aku melihat sekeliling, semakin dekat dengan kerumunan, suara telepon semakin kencang. Aku berusaha mendorong kerumunan orang-orang dan masuk. Aku menemukan Amanda Jiang berbaring di lantai dan menutup mata dengan damai.

Aku terkejut dan langsung menghampirinya. Dengan sekuat tenaga aku mengangkat tubuh bagian atasnya dan bertanya, "Amanda, kamu kenapa?"

Dia tidak menjawab, seperti sudah tertidur. Mau dipanggil bagaimanapun tetap tidak bangun. Aku mengecek napasnya dengan hati-hati lalu terkejut. Dia tidak bernapas lagi.

Aku memandang sekitar dengan panik dan meminta tolong. Mengeluarkan ponsel untuk memanggil ambulans, bersamaan juga melapor polisi.

Aku memeluk tubuh Amanda Jiang dan terus menggoyangkannya sambil menangis. Berharap dia bisa bangun dan memberi tahuku apa yang terjadi. Tapi dia tidak bisa mendengar suaraku lagi untuk selamanya. Meskipun aku berteriak sekencang apapun, bahkan sampai mengguncangkan mall ini, aku tetap tidak bisa membangunkan Amanda Jiang. Dia juga terus menutup mata seperti ini.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu