Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 51 Menyerahlah
Aku terpaku berdiri di belakang Yoga, awalnya aku mengira Yoga memiliki gangguan jiwa, aku sungguh tidak menyangka yang ingin membunuhku ternyata Cynthia.
Bukan darah yang mengalir di dalam tubuh wanita itu, melainkan racun!
Aku sudah melakukan kesalahan, aku tahu dengan pasti setelah berita mengenai pernikahanku itu tersebar, wanita itu pasti akan merubah strateginya untuk membuatku menderita.
Dia berhasil melakukannya, dia sudah menggunakan Yoga. Sudah sejak dulu sekali, bahkan aku tidak tahu sudah dari sebulan atau dua bulan, atau bahkan lebih lama dari itu.
Aku sekarang bagaikan seekor kupu-kupu yang terlilit di dalam kepompong beracun yang tebal, tidak sanggup berbuat apapun....
Aku berjalan perlahan, yang pertama kali aku lakukan adalah membuka tirai jendela. Sinar matahari yang sangat terang itu membuatku tak sanggup membuka mataku, aku memicingkan mata, setelah beberapa saat, aku baru sanggup membuka mataku lebar-lebat untuk melihat keindahan pagi itu.
Aku membuka jendela dengan penuh perasaan, angin sepoi-sepoi bertiup masuk, aku menghirup nafas dalam-dalam, aku berbalik badan dan melihat Yoga disana, lalu bertanya, "Hari ini tanggal berapa?"
Yoga menunjukan layar ponselnya padaku, tanggal 25 April, ternyata aku sudah dikurungnya hampir empat bulan lamanya.
Di dalam hatiku sudah terpendam rasa benci yang teramat dahsyat, aku menggertakkan gigiku dan membuat senyum yang terpaksa, lalu berkata, "Aku ingin berjalan-jalan di luar, apa kamu mau menemaniku?"
"Baik." Yoga dengan senang menyetujui permintaanku.
Dia menggandeng tanganku, lalu perlahan menuruni tangga, membuka daun pintu lebar-lebar, kemudian membawaku ke ruang utama untuk duduk-duduk. Sekelilingku terasa asing, yang ada di sana hanya padang liar yang luas sekali, seakan tidak ada orang yang tinggal di daerah sana.
"Tempat apa ini?" Aku bertanya dengan nada lembut kepada Yoga.
"Tempat di mana ayahku menyimpan wanita-wanitanya." Aku terkejut mendengar jawabannya.
Aku tidak percaya ayah Yoga orang yang seperti itu, karena ayahnya terlihat sangat menyayangi ibunya, kenapa Yoga bisa berkata seperti ini, apa jangan-jangan dia dulu pernah melihatnya?
Aku terdiam, aku hanya melihat bibirnya yang tipis itu terus bergerak, "Benar-benar brengsek, ayahku orang sejujur itu ternyata juga punya wanita simpanan, aku jadi susah mempercayai segala sesuatu yang ada di dunia ini.
"Bagaimana kamu bisa tahu?" Aku bertanya.
"Sebenarnya ibuku juga sudah tahu, dia hanya berpura-pura tidak tahu. Kamu melihat keluarga kami begitu harmonis, sebenarnya sedikitpun tidak." Setelah berkata demikian, Yoga menatapku, lalu bersumpah, "Christine, aku tidak akan berbuat seperti itu ke kamu, seumur hidup aku hanya akan setia padamu."
Setia? Aku tertawa dalam hati, kalau saja dia benar-benar melakukan seperti yang dia janjikan, lantas bagaimana dengan Lucy dan anaknya?
Perkataannya hanya bisa kupercayai setengahnya.
Demi mendapatkan kepercayaan darinya, aku tidak boleh menyinggung soal aku yang sedang terkurung, aku maju dan menggenggam tangannya, lalu menghiburnya dengan berkata, "Yoga, setelah ini aku akan menemanimu."
Yoga memelukku dengan erat lalu mengangguk.
Namun pikiranku sibuk menemukan cara untuk kabur dari tempat ini. Yoga tidak menahanku, dia menerima telepon lalu segera pulang ke kota, khawatir aku akan kabur, dia mengunci semua pagar.
Setelah aku yakin dia benar-benar pergi, aku merobek kain tirai, untuk membuat tali, lalu dari lantai dua perlahan turun dari jendela, karena kakiku tidak cukup kuat, ketika akan sampai di lantai satu, aku terjatuh.
Aku mengabaikan rasa sakit jatuh dari ketinggian, aku berlari dengan panik, di dalam hatiku, hanya ada satu tujuan...kabur! Keberuntungan ternyata ada di pihakku, tepat ketika aku mencapai pinggir jalan raya, sebuah mobil melintas, dan berhenti saat aku memberhentikannya.
Ketika orang di dalam mobil itu melihat penampilanku yang compang-camping, aku memohon pertolongan darinya, aku berkata padanya kalau aku korban penculikan, berharap mereka bersedia membantuku. Orang-orang itu sungguh baik, mereka segera menyuruhku naik.
Orang baik yang membantuku itu mengantarku ke kantor polisi, aku baru tahu ternyata hari kedua aku menghilang, Jonathan lapor polisi. Jadi ketika aku muncul di kantor polisi, mereka segera menghubungi Jonathan.
Aku duduk di pojok kantor polisi itu sambil menunggu kehadiran Jonathan. Pihak kepolisian baru saja menanyaiku mengenai kronologi penculikanku, aku memberitahu mereka semuanya, Yoga yang menculik aku dan menyekap aku di sebuah tempat yang jauh.
Pihak kepolisian sekarang sedang memberi tahu Jonathan, dan aku sekarang menunggu kedatangan Jonathan dengan tidak sabar.
Jonathan akhirnya datang juga, kemunculan dia di hadapanku ternyata malah membuatku tertunduk malu, aku sekarang seperti ini, terlihat kasihan dan menyedihkan, aku juga merasa tubuhku sangat bau, sedangkan aku sendiri tidak bisa menciumnya.
Jonathan maju mendekat, tanpa basa-basi, dia mendekap aku dalam pelukannya, lalu bertanya dengan penuh rasa sayang, "Kamu pergi kemana saja?"
Air mataku tak kuasa jatuh juga, aku mendekapnya erat-erat, memohon, "Bawa aku pulang."
Jonathan membawaku pulang ke rumahnya, tidak kembali pulang ke rumah kami, dia berkata nenek menyetujui untuk aku tinggal di kediaman keluarga Chandra, tapi tidak disangka aku malah menghilang.
Saat kami sampai ke kediaman keluarga Chandra, aku menyandarkan kepalaku ke dalam pelukan Jonathan. Dia menggendongku sampai ke kamar mandi di kamarnya, lalu mengucurkan air perlahan ke tubuhku. Tangannya yang lembut membelai tiap senti tubuhku, lalu memandikanku dengan bersih.
Setelah membalutku dengan handuk, Jonathan menggendongku keluar, lalu dengan sangat pelan menurunkanku ke atas ranjang. Lalu mengeringkan rambutku.
Aku menikmati saat-saat itu dalam diam, kupejamkan mataku, air mataku tak kuasa membanjiri pipiku.
Suara pengering rambut berhenti tiba-tiba, dia mendekapku dengan erat.
Aku bergetar, lalu berkata, "Jonathan, maafkan aku."
"Kamu bisa kembali aku lega." Suaranya sangat lirih di belakang telingaku.
Jonathan melihat tubuhku yang lebam, tumitku yang terluka, dia dengan dengan sedih membelainya lalu bertanya, "Ini semua perbuatan Yoga?"
Aku menggigit bibirku, lalu mengangguk, "Dia menyekapku."
"Aku akan membuat perhitungan dengannya." Jonathan bangkit berdiri seketika, tapi aku tidak mau dia pergi. Langkah dia yang terburu-buru membuat seluruh lantai bergetar, dan menimbulkan suara yang berderap.
Jonathan membalikkan badan, dengan penuh kasih sayang memelukku, lalu berkata, "Aku bahkan tidak becus melindungi belahan jiwaku."
Aku meneteskan air mata, membelai wajah Jonathan, lalu memaksakan senyum, menenangkannya dengan berkata, "Jangan pergi mencari Yoga, Polisi yang akan mencarinya. Semua yang terjadi sudah terjadi, aku tidak mau kamu karena aku mendapat masalah."
Emosi Jonathan tidak bisa dibendung, sampai aku meletakkan tangannya ke perutku, membuatnya membelai tonjolan keras di perutku itu, dan berkata, "Aku hamil."
Jonathan memandangku dengan terkejut, lalu menunduk untuk melihat perutku, dengan tidak percaya berkata, "Hamil?"
Aku mengangguk, "Yoga menyekapku empat bulan, dengan begitu, sekarang anak ini sudah berumur 4-5 bulan."
"Aku sekarang akan memanggil dr. Lee untuk memeriksamu." Jonathan bangkit berdiri, dengan gugup mengambil ponsel, ketika dia akan menelpon, aku mencegahnya.
"Aku sangat lelah, ingin istirahat, besok saja kamu temani aku periksa ke dokter kandungan, ya?" Aku berkata dengan nada memelas. Dia pun mengangguk, "Baiklah."
Jonathan memelukku, aku bersembunyi di dalam pelukannya, merasa aman, dan tertidur di sana.
Empat bulan berlalu sudah, setiap harinya aku lalui dengan gelisah, tidak bisa tidur dengan nyenyak. Setiap pagi, Jonathan menyuruh pembantu di rumah untuk menyiapkan sarapan.
Tapi aku tetap memaksakan diri untuk bertukar salam dengan nenek dan ibunya. Jonathan berkata kalau ibunya akan pergi berlibur ke luar negeri, neneknya akan tinggal di kamar tidurnya, kemudian dia juga sudah memberitahu nenek mengenai kehamilanku.
Ketika aku sedang melangkah masuk ke kamar nenek Jonathan, aku merasa ada sebuah atmosfir yang berat dari sorot tajam matanya.
Sorotan itu berasal dari nenek Jonathan, dia terus menatapku dengan tajam selama aku berada di kamar tidurnya.
"Nek, Christine datang untuk mengucapkan salam padamu." Jonathan maju untuk memapah nenek agar dia bisa duduk.
Di dalam kamar nenek Jonathan tercium aroma kayu cendana yang khas, ada sebuah kuil Buddha kecil, sepertinya dipakai oleh nenek setiap pagi. Aku berdiri di sampingnya dalam diam.
"Kata Jonathan, kamu hamil?" Nenek Jonathan memberi sebuah tatapan tajam ke perutku, bertanya dengan nada yang tidak bersahabat.
Aku mengangguk, "Iya."
Nenek Jonathan tertawa sinis, "Nona Christine, kamu yang hilang tanpa kabar berbulan-bulan tiba-tiba muncul kembali dengan membawa jabang bayi dalam perutmu. Aku benar-benar tidak bisa mempercayaimu."
Suasana hatiku di pagi yang indah itu dihancurkan dengan satu kalimat yang terlontar dari nenek Jonathan.
"Nenek, apa maksud nenek?" Jonathan membaca ekspresiku, langsung bertanya pada neneknya.
Tangan penuh keriput itu memukul meja di hadapannya, berusaha bangkit duduk, lalu memandangku dengan tajam, dan berkata, "Yang aku katakan itu kebenaran."
"Nenek......" Aku baru saja memanggilnya, tapi suaraku terpotong oleh gertakannya.
"Aku bukan nenekmu, juga tidak sudi menjadi nenekmu. Anak di dalam perutmu itu anak siapa juga tidak jelas, jangan kira hanya karena Jonathan menyukaimu, kamu bisa jadi bagian dari keluarga kami." Perkataan Nenek Jonathan itu seperti petir yang menyambar di siang bolong, membuatku diam tak berkutik.
Aku tidak mempedulikan ekspresi wajah Jonathan, menahan sekuat tenaga air mataku yang hampir keluar membanjir, aku membuka pintu dan berlari turun, lalu keluar dari rumah itu seperti orang gila.
Aku tidak sanggup bertahan satu detik lagi di situ, aku tidak sanggup dengan semua tuduhan tak berdasar itu, apa aku ini begitu bodohnya sampai tidak tahu anak siapa yang berada dalam kandunganku itu.
Aku menangis sampai tubuhku gemetar hebat, aku benar-benar sedih.
Jonathan mengejarku keluar, lalu menarikku.
Aku berbalik, hati ini seakan sudah mati rasa, aku menatapnya dan berkata, "Lepaskan aku, aku benar-benar tidak sanggup untuk tinggal satu atap dengan nenekmu itu. Aku mohon dengan sangat, lepaskan aku.... Aku mohon."
Baru saja selesai bicara, aku merasa nafasku menjadi sulit, tiba-tiba semua menjadi gelap, lalu langsung terjatuh ke tanah.
Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, aku sudah tertidur berapa lama, di dalam mimpi aku merasa sedang terus berlari, tapi kakiku seakan terikat pada sebuah batang besi, aku terjatuh.
Tiba-tiba, aku membuka mataku, nafasku tak beraturan, aku melihat sekeliling, sepertinya aku terbaring di rumah sakit, di atas tanganku masih tergantung sekantong obat infus, aku tahu pasti karena gizi tak cukup, dan juga karena tekanan batin, maka pingsan.
Aku menepuk dadaku, mencoba menenangkan diri, pandanganku melayang melihat ponsel baru yang ada di atas meja samoing kasurku.
Perlahan aku menjulurkan tanganku, mengambil ponsel itu, di dalamnya ada semua data dari ponsel lamaku.
Aku menemukan nomor telepon rumahku, lalu meneleponnya, setelah berdering dua kali, suara ibuku yang akrab terdengar.
Aku menggertakkan gigiku untuk menahan tangis, berteriak, "Ma!"
Novel Terkait
Everything i know about love
Shinta CharityPenyucian Pernikahan
Glen ValoraKamu Baik Banget
Jeselin VelaniRahasia Istriku
MahardikaCinta Tapi Diam-Diam
RossieUntouchable Love
Devil BuddyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)