Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku

Aku tidak ingin menjawab pertanyaan Jonathan. Di dalam hatinya, kematian ibuku tidak berpengaruh terhadap siapa pun dalam keluarga Yi, dan aku benar-benar telah kehilangan sandaranku.

“Lepaskan aku,” aku menatapnya dengan kecewa, sorot mataku tidak bertenaga.

“Aku akan mengantarmu pulang.” Jonathan Yi menariku dengan paksa lalu memaksaku masuk ke dalam mobil.

Aku tidak melawan, tangan kananku menopang dahiku sambil melihat ke luar jendela. Mobil melaju dengan perlahan. Tangan besar Jonathan mengenggam tangan kiriku, sambil menghiburku: "Sudahlah, nada bicaraku barusan sedikit nyolot, kamu jangan marah."

Aku tidak mengatakan apa-apa, apanya nada bicaraku nyolot, pantas saja orang-orang selalu mengatakan cari ibu masing-masing, masuk ke rumah sendiri, aku bermarga Mo tentu saja aku tidak akan pernah diterima orang marga Yi.

Sudah melahirkan anak memangnya kenapa, hanya menambah masalah saja.

“Christine Mo, setelah semua ini selesai, kita pergi berlibur mengelilingi Eropa.” Jonathan Yi berbicara sendiri, aku tidak mendengarkannya sama sekali, kepalaku penuh dengan pertengkaran antara aku dan ibunya tadi.

Kenapa aku begitu pengecut, jelas-jelas aku bisa menang bertengkar denganya dan bisa memarahinya, tapi kenapa aku mengalah?

Aku menarik tanganku dari tangan Jonathan , ketika aku bergerak, dia menatapku dengan bingung, "Ada apa?"

“Jonathan Yi, aku merasa sangat lelah.” aku merasa ingin menangis . Sejak aku bersamanya, aku merasa aku lebih banyak menangis, tubuhku lelah, hatiku juga lelah.

"Jika kamu lelah datang ke pelukanku, aku akan memelukmu." Jonathan Yi tidak mengerti apa yang aku pikirkan. Yang aku maksud aku sangat lelah bersamanya. atau, dikarenakan setelah kembali aku masih memilih untuk kembali kepadanya, aku harus bersiap untuk terus merasa lelah.

Untuk bisa bersama Jonathan , aku sudah terlalu banyak berkorban.

Melihat dirinya yang sedang mengendarai mobil, aku berkata dengan sedikit bimbang, "Jonathan Yi, apa yang akan kamu lakukan jika ibumu dan aku selamanya tidak bisa akur?"

“Menurutmu?” Dia melirikku dengan sudut matanya.

“Kamu pasti akan memilih ibumu, aku juga sama. Kita berdua memiliki satu kesamaan, kita berdua terlalu peduli dengan keluarga kita” Ketika aku selesai berbicara, Jonathan langsung terdiam.

“Kematian Nenek membuatmu sadar akan pentingnya keluarga, jadi jika menyuruhmu memilih antara aku dan ibumu, kamu pasti akan memilih ibumu.” biasanya aku tidak akan memaksa Jonathan untuk membuat pilihan, tetapi ibunya memaksa ibuku mati, aku tidak bisa memaafkannya.

“Christine Mo, jangan paksa aku membuat pilihan, kalian adalah wanita yang aku cintai.” Jonathan Yi menghentikan mobil di jalan dan mengenggam setir dengan kesal, “Tidak ada yang ingin melihat ibumu meninggal, kamu tidak perlu mempermasalahkan hal ini. "

Aku menyentuh dadaku dan memukul dadaku dengan kuat, "Disini sangat sakit karena aku mempermasalahkan hal ini."

“Apa yang kamu inginkan?” Jonathan menatapku dengan serius , aku tahu dia berharap aku akan menerima semuanya dengan berbesar hati, tapi aku bukan orang suci, dan aku tidak sanggup tidak mempermasalahkannya.

"Bawa Bella ke sini , lalu kita bertiga tinggal bersama." Aku memaksanya untuk membuat pilihan.

“Tidak mungkin.” Setelah dua kata sederhana itu keluar dari mulut Jonathan Yi, aku tersenyum dengan sedih.

"Aku mengerti." Aku tidak memaksanya. Kematian ibuku memberikan pukulan besar untukku, aku tidak punya tenaga untuk berdebat dan bertengkar dengannya.

Mobil kembali melaju, aku diam sepanjang jalan, setibanya di tempat parkir, aku tidak menunggunya membukakan pintu, aku langsung membuka pintu dan keluar dari dalam mobil. Jonathan bergegas mengikutiku, dia menarik pergelangan tanganku dan berkata, "Malam ini aku akan menemanimu."

"Tidak perlu," kataku dingin.

"Tidak apa-apa," kata Jonathan lembut.

Emosiku langsung kehilangan kendali dan berkata dengan suara keras, "Aku bilang tidak perlu ya berarti tidak perlu. kamu pulang dan temani ibumu saja, aku juga akan pergi ke rumah sakit untuk menemani ibuku."

Selesai berbicara, aku menyingkirkan tangannya dengan kasar, lalu melangkah maju dengan cepat dan menekan tombol lift.

Nomor yang tertera di lift perlahan turun, karena kesal aku menendang pintu lift dan membuatku kesakitan hingga aku ingin menangis. Jonathan menemani di sampingku dengan tenang, aku menatapnya dengan dingin.

Begitu pintu lift terbuka, aku berjalan masuk, dia juga ikut masuk.

Saat lift sedang naik dengan perlahan, Jonathan menjulurkan tangannya yang besar dan mengandeng tanganku, "Aku tahu suasana hatimu sedang buruk."

“Suasana hatiku tidak akan baik lagi.” Aku berkata dengan jujur, aku merasa yang aku lakukan bisa dikatakan jauh lebih baik dibandingkan orang lain, setidaknya aku tidak membuat keributan sampai ke tahap tidak dapat diperbaiki.

"Christine Mo, aku hanya punya ibuku. Tidak bisakah kamu mengalah demi aku?" Jonathan menarik tanganku dengan lembut.

Begitu mendengar ucapannya ini, aku langsung menarik tanganku dan menatapnya sambil berkata, "Apakah aku tidak cukup mengalah? Putriku dikuasai olehnya, dia tidak puas dengan apa pun yang aku lakukan, kamu ingin aku bagaimana? Berlutut dan memohon kepada ibumu? "

"Kamu ..." Jonathan Yi mungkin sudah aku buat sangat marah hingga dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia melepaskan tanganku dan memalingkan wajahnya.

"Kamu marah, kamu bisa marah juga. sekarang kamu tahu bagaimana perasaanku saat aku dibuat marah oleh ibumu?"

Saat ini, pintu lift sudah terbuka, aku langsung berjalan keluar, Jonathan tidak mengikutiku.

Aku membuka pintu apartemen, saat aku hendak menutup pintu, aku sengaja melihat apakah Jonathan mengikutiku atau tidak, tapi dia tidak mengikutiku.

Setiap orang punya temperamen, dia punya , aku juga punya.

Aku menutup pintu, lalu bersandar di pintu, sambil menangis dengan sedih.

Setelah melampiaskan kesedihanku, aku pergi ke kamar untuk berganti pakaian. Ketika aku turun, aku sengaja pergi ke tempat parkir untuk melihat apakah Jonathan sudah pergi atau belum, tetapi aku tidak menyangka begitu pintu lift terbuka, dia berdiri tepat di depanku.

Aku terkejut, dan berjalan keluar dari lift dengan perlahan dan pura-pura berkata dengan dingin, "Aku pikir kamu sudah kembali untuk menemani ibumu."

“Bukankah kamu lebih membutuhkanku?” Jonathan menatapku sambil berkata dengan lembut.

Aku tidak mengatakan apa-apa, air mataku langsung mengalir, aku melangkah maju, dan langsung bersandar di dalam pelukannya. Aku berkata sambil menangis "Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan kedepannya?"

Ayah dan Ibu sudah meninggal satu demi satu, Christopher Mo tidak bisa diandalkan, sekarang aku seperti sebatang kara. aku tahu aku memiliki temperamen yang buruk. Ketika aku menutup pintu, aku menyesal kenapa aku memperlakukan Jonathan seperti itu.

Ketika ibu masih hidup, dia selalu mengatakan aku keras kepala, aku tidak merasa aku keras kepala, tetapi sekarang sepertinya jika aku tidak memperbaiki temperamenku, mungkin Jonathan juga akan mengabaikanku.

“Kamu masih punya aku,” Jonathan menepuk punggungku dengan lembut.

Pada detik ini aku baru menyadari aku takut kehilangan Jonathan, aku sangat mencintainya, jadi aku kembali bersabar.

Jonathan mengantarku ke rumah sakit. Dalam beberapa hari berikutnya, dia menemaniku mengurusi urusan kematian ibuku. Setelah ibu meninggal, tentu saja Christopher Mo langsung mendapatkan rumah kami.

Aku tidak ingin berebut dengan Christopher Mo. Yang dia katakan benar. aku sangat kaya. aku punya Jonathan dan seorang anak perempuan, sedangkan dia hanya ditemani oleh kakak ipar. Mereka yang tidak memiliki anak juga sangat kasihan.

Karena ayah dan ibu sudah tiada, aku rasa, aku tidak akan pernah kembali ke rumah orangtuaku lagi. Tidak ada lagi orang yang ingin aku temui di sana.

Aku bersedih di rumah di pusat kota selama berhari-hari. Ibu Jonathan memperketat penjagaan Bella dan tidak mengizinkanku bertemu dengan Bella, awalnya aku ingin bertekak dengannya, tetapi demi Jonathan , aku menahannya.

Aku terus memikirkan satu hal, seberapa besar kesabaranku, aku benar-benar takut suatu hari saat aku tidak bisa bersabar lagi, dan membuang segalanya, atau aku menjadi gila, dan aku tidak perlu memikirkan masalah ini lagi.

Aku merindukan Bella hingga hampir gila.

Aku berdiri di dekat jendela melihat gedung-gedung menjulang tinggi yang berada di depanku, lalu aku kembali ke kamar dengan sedih, aku merasa perlahan-lahan aku sudah berubah menjadi manusia tidak berguna, balas dendam, mimpi, dan masa depan ku, saat ini semuanya dikalahkan oleh keputusasaanku.

Sean meneleponku, dia mengatakan dia menemukan perusahaan pakaian baru untukku dan bertanya apakah aku mau pergi untuk wawancara.

Aku benar-benar curiga apakah ada yang salah dengan otak Sean, setiap kali aku mengalami guncangan, dia akan sangat peduli kepadaku, apakah aku harus tertawa?

Dia mengajakku bertemu, aku menyetujuinya, karena Cynthia Ouyang sudah mengaku dia yang mendorong nenek, sekarang aku ingin memaksa Sean memberikan foto yang ada di tangannya kepadaku.

Ketika aku keluar, aku melihat diriku di cermin kamar mandi. Sepertinya rambut pendekku sudah tumbuh, aku sudah bisa menyisirnya sedikit.

Setelah memotong pendek rambutku, ujung rambutku sedikit keriting, dan keriting kecil di rambutku terlihat semakin alami, lalu aku melihat wajahku yang pucat lalu tiba-tiba aku merasa diriku sangat mirip ketika aku sedang mengandung Bella dulu .

Bibirku pucat, mataku besar tapi tidak berenergi, saraf mataku yang merah terlihat di bola mataku dan kantong mataku sangat gelap, aku menutupi semua kantong mata itu dengan foundation lalu mengoleskan lipstick untuk membuat diriku terlihat sedikit lebih energik.

Aku menemukan tempat yang dimaksudkan Sean sesuai dengan lokasi yang dikirimkannya kepadaku.

Bukan di cafe, bukan di restoran, tapi di apartemennya. Aku sangat penasaran mengapa Sean mengajakku bertemu di apartemennya. Apakah karena dia mengira aku adalah wanita yang bisa tidur dengannya?

Aku menekan bel pintu dan Sean membukakan pintu sambil memakai celemek dan memberi isyarat selamat datang.

Aku melihatnya dari atas ke bawahu, ak mengira aku datang ke apartemen yang salah, oleh karena itu bergegas berkata, "Maaf, aku mungkin salah tempat."

"Christine Mo, masuk." Suara Sean terdengar, aku berbalik, dan menatapnya lagi, lalu menunjuk celemek yang ada di tubuhnya, dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan, jangan bilang, kamu masak untukku."

“Iya, aku sedang memasak, untukmu.” dia mengatakannya, seakan itu adalah hal yang biasa lalu dia berbalik dan kembali sibuk di dapurnya.

Aroma nasi dan aroma sayuran menyatu di hidungku, aroma yang sangat lezat.

Melihat penampilannya yang biasanya tidak serius, tetapi sekarang terlihat sangat serius saat dia sedang memasak, dia benar-benar seperti dua orang yang berbeda.

“Sean , berapa banyak wanita yang kamu bawa ke apartemenmu?” Aku melihat-lihat sekeliling apartemen yang besar ini sambil bertanya dengan santai.

Dekorasi ruang tamunya sangat simpel, dia menggunakan perpaduan warna hitam dan abu-abu sebagai warna utama, dan memberikan suasana simpel, elegan, dan juga memiliki suasana yang menenangkan.

"Kamu." Setelah Sean menjawab dengan singkat, aku mengangkat alis dan mencibir. "Kamu pikir aku akan mempercayaimu?"

“Aku tahu kamu tidak akan percaya, bahkan diriku juga tidak percaya.” selesai mengatakannya dia menunjukkan senyuman aneh.

Kata-kata pria, terutama kata-kata dari pria playboy seperti ini, lebih tidak boleh dipercaya.

Setelah dia menghidangkan makanannya, dia melangkah maju dan membuat isyarat mempersilahkan diriku untuk duduk.

Aku berjalan menghampirinya lalu melihat beberapa hidangan rumahan dan wine di sampingku. Aku mengangkat alisku, sambil menunjuk wine, dan menggelengkan kepalaku, "Aku tidak minum."

“Takut aku meracunimu?” Dia bertanya.

"Iya," jawabku jujur.

"Ah, ini sangat menyakitkan. Aku benar-benar gagal menjadi orang." Sean sengaja berbicara dengan lebay di hadapanku, aku menatapnya dengan serius.

"Sean, jangan bertele-tele jika ada yang ingin kamu katakan langsung katakan saja."

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu