Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 17 Bernice Hilang (2)

Polisi hendak merekam laporan yang dibuat olehku, tapi saat ini pikiranku sedang kosong, bicaraku tidak jadi tidak beraturan, mulutku terus memanggil-manggil nama Bernice, akhirnya dipaksakan juga untuk bisa membuat rekaman laporan kejadian.

Baru saja polisi pergi, Henry dengan perasaan sangat bersalah berkata kepadaku: “Kak Christine, maaf ya, aku lagi terima telepon, aku kira Clarissa sedang menjaga Bernice.”

“Kamu bicara apa, jelas-jelas kamu yang sedang menjaga Bernice, aku kan sedang pergi ke toilet.” Clarissa juga melemparkan tanggung jawab pada Henry.

Hilangnya seorang anak adalah masalah yang sangat besar, siapapun tidak berani bertanggungjawab.

Hutang bisa dibayar dengan uang, tapi orang yang hilang, mau ganti dengan apa?

Aku duduk termenung, terbayang Bernice yang mungkin diperlakukan dengan kasar oleh orang, hatiku sakit rasanya, aku berdiri, belum juga berjalan dua langkah, hak sepatuku patah, aku kehilangan keseimbangan, langsung terjatuh menabrak dinding, jidatku benjol karena membentur dinding.

Aku tidak merasa kesakitan, hanya memandang ke sekeliling, melihat kepada Henry yang ada di hadapanku, dan berkata: “Aku harus pulang ke rumah, siapa tahu Bernice sudah ada di rumah dan sedang menungguku.”

“Kak Christine, sadarlah!” dengan sedih Henry memandangku, “Kalau seandainya orang rumahmu yang menggendongnya pergi, tentulah akan beritahu kami dulu, bagaimana mungkin diam-diam membawanya pergi dan membuatmu panik?”

Aku tidak mempedulikan perkiraan Henry, kubuang sepatu hak tinggiku yang sudah rusak, dengan bertelanjang kaki aku langsung berlari keluar dari studio, mengendarai mobilku pulang ke rumah, ruang keluarga yang besar itu begitu sunyi seperti biasanya.

Aku tersenyum menipu diri sendiri dan orang lain, mataku berurai airmata, seperti orang gila duduk di ujung tangga, ibu mertua masih pergi tamasya bersama Bella, bibi Chang masih cuti, Jonathan ada di kantor, siapa yang pergi menggendong Bernice-ku?

“Ah----” aku dengan sedihnya menjambak rambutku sendiri, dengan kesalnya aku menangis, kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk dengan Bernice, aku juga tidak bisa hidup lagi.

Aku tidak tahu bagaimana aku mengeluarkan ponselku, bagaimana aku memencet nomor telepon Jonathan, ketika aku mendengar suaranya di seberang sana, seketika aku tidak bisa berkata apa-apa.

“Ada apa?” Jonathan bertanya dengan penuh perhatian.

Aku terus terisak, terdiam cukup lama, barulah bisa berkata: “Jonathan, Bernice hilang.”

“Apa maksudnya dengan hilang?” Jonathan kebingungan.

“Hilang, aku menyebabkan Bernice hilang.” Aku menangis dengan suara keras, “Mengapa bukan aku saja yang hilang, mengapa aku tidak mati saja, untuk apa hidup?”

Selesai berkata, kubanting ponselku ke lantai, buka studio apaan, jadi wanita karir, kalau saja aku baik-baik diam di rumah jadi ibu rumah tangga biasa, masak di rumah, semua ini tidak akan terjadi.

Setelah menerima telepon dariku, hal yang pertama dilakukan Jonathan adalah pulang ke rumah, dia menanyakanku bagaimana ceritanya sampai Bernice bisa hilang, sepatah katapun aku tidak bisa menjawabnya.

“Dari semula aku sudah menyuruhmu untuk menutup saja studio, kamu bersikeras mau melanjutkannya, demi impianmu, demi ingin mandiri, kamu mengakibatkan Bernice hilang, sekarang kamu bisa sepenuhnya mengembangkan karirmu, tidak ada lagi orang yang menjadi penghalang bagimu.” Jonathan berkata marah, tapi kata-katanya ini seperti pisau yang mengiris hatiku, menimbulkan rasa sakit yang dalam.

“Apakah ini yang aku harapkan?” Dengan mataku yang sudah merah, aku menatap Jonathan, “Bernice hilang apakah ini adalah atas kehendakku? Kalau bisa digantikan, aku akan gunakan nyawaku untuk menggantikan Bernice kembali.”

“Pergilah tukar dengan nyawamu!” Jonathan kehilangan kendali dirinya, hilangnya anak adalah kepedihan yang besar dalam hati orang tuanya, aku benci diriku, juga benci Jonathan, benci semuanya, sekarang apapun aku sangat benci.

Ketika kami mulai bisa tenang, aku terdiam duduk di ruang keluarga, aku sudah menangis terlalu lama, mataku sudah bengkak, tenaga pun sudah tidak ada.

Airmata masih terus menetes, pikiranku dipenuhi bayangan wajah mungil Bernice biasanya dengan suaranya yang riang, suaranya adalah musik terindah di seluruh dunia, senyumnya semanis bunga, lucu sekali.

Semakin teringat hal ini, semakin aku merasa sedih.

Aku sungguh ingin mati rasanya, akhirnya aku bisa memahami perasaan sedih mendalam dari orang tua yang kehilangan anaknya seperti yang ditayangkan dalam acara televisi, setelah diriku mengalaminya sendiri, aku menyadari apa yang ditampilkan dalam film itu belum seberapa.

Jonathan menyodorkan segelas air untukku, aku menggelengkan kepala, “Tidak bisa minum.”

“Sudahlah, baru saja aku menelepon kantor polisi bicara dengan kepala polisi Li, mereka akan berusaha semaksimalnya untuk menyelidiki hal ini, akan cepat memberikan kabar.” Jonathan duduk di sampingku, perlahan memelukku, “Jangan bersedih lagi.”

Aku bersandar asal-asalan di tubuhnya, aku tahu dia sedang menyalahkan aku, ketika tadi dia kehilangan kendali dirinya, memperlihatkan emosinya, suaranya yang begitu marah padaku, semua ini menandakan dia menyalahkan diriku.

Sekarang aku tidak sanggup melakukan apapun, hanya bisa menunggu.

Ponsel Jonathan berbunyi, dia ragu sejenak memandangku, lalu berdiri.

Aku tahu telepon ini pasti bukan telepon biasa, dia membelakangiku untuk menerimanya, paling juga dari Vivian, dia benar-benar paling bisa pilih waktu. Aku menatap Jonathan yang bersiap untuk menjauhiku untuk mengangkat telepon, tapi tidak disangka selesai mengangkat telepon Jonathan segera tersenyum, lalu menutup teleponnya dan menghampiriku.

“Bernice sudah ditemukan.” Jonathan dengan gembira berkata, aku terkejut langsung berdiri, “Benarkah?”

“Ya.”

“Di mana ditemukannya?” aku luar biasa senangnya, ternyata kemampuan polisi itu memang besar, aku baru saja berprasangka, aku kira….

“Vivian yang membawanya pergi, dia bilang tunggu sebentar lagi dia akan segera mengantarnya ke sini.” Begitu Jonathan selesai bicara, wajahku langsung berubah menjadi muram.

Vivian? Berhubung Vivian yang membawanya pergi, kemarahan dari dalam hatiku yang terdalam menyeruak keluar, wanita jahat ini, diam-diam membawa pergi Bernice-ku untuk apa, apakah ingin mempengaruhi perasaanku?

Aku mengertakkan gigiku, aku sedang menunggu dia mengembalikan Bernice-ku, aku ingin lihat bagaimana sebenarnya dia akan menjelaskan peristiwa hari ini?

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu