Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 72 Terluka
"Apa untungnya memberitahumu?" Sean menaikkan aslis, dan mengedip ke arahku.
Aku benar-benar merasa seperti dikalahkan olehnya, sebenarnya hati pria ini terbuat dari apa, mempermainkan wanita seperti sedang mengganti pakaian, tapi mengapa wanita-wanita itu masih dengan bodohnya jatuh cinta kepada pria busuk sepertinya?
"Keuntungan apa yang kamu inginkan?" Aku bertanya kepadanya dengan heran.
"Jadilah pacarku." Sean ternyata sungguh tidak tahu malu, dia bahkan berani mengatakan hal bodoh yang tidak lewat otak seperti itu.
Aku tidak tekecoh olehnya, dan menatapnya dengan datar, lalu berkata: "Sean Ding, aku tidak suka bermain-main, aku tidak bisa mempermainkan pria, sama saja, kamu juga tidak bisa mempermainkan wanita kaku sepertiku."
"Aku bersedia mencoba." Bibirnya membentuk sebuah senyuman, sejujurnya, Sean Ding sungguh memukau, kulitnya putih, dan tampak seperti seorang pria cantik, jika pria ini bersungguh-sungguh, yakin pasti ada wanita yang menyukainya.
"Aku belum bercerai dengan Jonathan Yi, aku masih istrinya." Aku berkata dengan sejujurnya, tiba-tiba merasa kata-kata yang baru saja ku katakan itu sudah keluar dari topik utama pembicaraan kami, dan segera kembali ke topik awal, dan berkata: "Kamu sedang menghindari pertanyaanku, siapa yang memberikan pena recorder ini kepadamu?"
"Aku membelinya." Sean Ding menatap lurus ke arahku, dan menjawab dengan jujur.
"Tidak mungkin." Aku tidak percaya, warna yang sama itu memungkinkan, tapi luka gores bagaimana mungkin bisa sama, pena recorder ini jelas-jelas adalah milikku, tapi Sean Ding membungkam rapat mulutnya, siapa yang sebenarnya ingin dia lindungi?
Tanpa menungguku menjawab, dia kembali membelokkan pembicaraan, dan mengatakan sesuatu yang mengejutkanku.
"Aku tidak apa-apa membagimu dengan Jonathan Yi." Sean Ding tertawa aneh, begitu mendengar kata-katanya, aku segera melesakkan pena recorder ke dalam tas, dan memandangnya dengan penuh dengki.
"Tidak tahu malu."
"Christine, kamu harus tahu, aku hanya bisa menunujukan sosok ku yang sebenarnya ini di hadapanmu saja." Sean Ding berkata dengan tulus.
Aku yang mendengarnya, tersenyum simpul, "Sosok mu yang sebenarnya adalah pemain hati wanita, sifat asli mu adalah setelah bosan bermain kamu akan mencari alasan untuk melepaskan diri, juga hatimu, sudah habis dimakan anjing."
Sean DIng tertawa dan bertepuk tangan, menatapku dengan kagum, "Lihatlah, orang yang paling mengerti aku adalah kamu."
Aku pasti sudah gila ingin mendengar kebenaran dari mulutnya, semua kata-kata yang diucapkan pria ini adalah kebohongan belaka.
"Sepertinya hari ini aku datang ke tempat yang salah, mencari orang yang salah. Tuan Ding, saat kamu diam itulah saat paling berwibawamu, begitu kamu membuka mulutmu, aku merasa setengah dari dunia menjadi kelam." Setelah mengatakannya, aku pun mengambil tasku, dan bersiap untuk pergi.
"Makan siang lah bersamaku!" Suara Sean Ding berdengung di belakangku, aku meletakkan tanganku di pintu kantor, tanpa berbalik.
"Carilah wanita-wanita yang suka menemanimu bermain untuk makan denganmu." Aku membuka pintu, dan tanpa menengok ke belakang pergi begitu saja.
Saat aku kembali ke apartment, Amanda sudah berdandan dengan rapi, dan menungguku pulang dengan wajah penuh harap.
Melihat wajahnya yang penuh pengharapan itu, aku yang masih dalam keadaan marah tersenyum dengan enggan dan berkata: "Amanda Jiang, jangan sia-siakan waktumu untuk Sean Ding lagi, pria semacam nya tidak pantas mendapatkan ketulusan hatimu."
Amanda tersentak dan terhuyung ke belakang, dia menggelengkan kepala tidak percaya dan berkata: "Tidak mungkin, kamu sudah maju, bagaimana mungkin Sean masih tidak mengingingkanku, Christine, bukankah kamu tidak sungguh-sungguh membujuk Sean, kamu bicaralah lagi dengannya, aku bisa menggugurkan anak ini secepatnya, kami bisa kembali menikmati dunia milik berdua, bisa bermain banyak hal-hal yang menyenangkan."
Amanda Jiang mulai mengatakan hal-hal gila, sepertinya dia sudah terluka terlalu dalam.
Aku melangkah maju, dan memeluknya erat, meenghiburnya: "Dasar bodoh, kamu tidak melihatnya bahwa si marga Ding itu hanyalah seorang playboy, sebelum kamu, dia sudah terlalu banyak merengkuh wanita lain."
"Tidak, dia hanyalah seorang pria yang tenggelam dalam kesendirian, hanya perlu kita memberinya cinta yang cukup, dia akan menjadi seorang pria yang baik." Amanda berkata dengan bodoh, membayangkan masa depan.
Aku mendorongnya menjauh perlahan, melihat pandangan matanya yang sedikit kabur.
"Amanda, kamu tidak apa-apa?" Aku menggoncangnya pelan, berusaha mengembalikannya ke kenyataan.
Air matanya mengalir di pipinya, "Bagaimana ini, aku tidak ingin meninggalkan Sean, aku sungguh tidak seharusnya membuat lubang-lubang kecil di kondomnya, kelicikanku membuatku kehilangannya."
"Bilang saja kamu tidak ambisius, setelah lewat beberapa waktu, dia juga akan muak, dan meninggalkanmu begitu saja. Pria seperti itu sebaiknya tidak kamu tanggapi dengan perasaan yang tulus," Aku terus menerus membujuknya, tapi aku mendapati kata-kataku tidak menggoyahkannya.
Dia melotot ke arahku, dan berkata dengan dingin: "Pasti kamu, kamu juga menaruh hati kepada Sean Ding, jadi kamu tidak ingin melihatku bersama dengannya, pasti begitu, dasar wanita jahat."
Setelah mengatakannya, dia melangkah maju dan mendorongku.
Aku tidak tahu Amanda akan mendorongku, dan sama sekali tidak ada persiapan, tubuh ku terhuyung ke belakang, kepalaku membentur mesin teh, darah segar mengucur dari pelipisku, dan menghalangi pandanganku.
Kepala ku terasa seperti sangat berat, aku melihat Amanda yang menggoncangku dengan takut, bibirnya bergerak mengatakan sesuatu, terakhir aku melihat Stella Lin juga di garis pandangku.
Aku tidak mendengar apa yang mereka katakan, kelopak mataku terasa begitu berat dan mulai mengatup.
Saat aku tersadar, aku berada di rumah sakit, dengan kepala terbalut perban, saat mencoba untuk bergerak sedikit, kepala ku terasa begitu pusing.
"Kamu sudah sadar?" Jonathan terus menggenggam tanganku, begitu aku bergerak, dia pun ikut terbangun.
Aku menatap nya dengan lemah, kelopak ku sedikit terkulai, dan berusaha untuk berkata: "Kepalaku sangat sakit."
"Tidak sakit baru aneh, dijahit 5 jahitan, dan hampir gegar otak ringan." Jonathan berkata dengan marah. "Aku sudah melapor ke polisi, bahwa si Jiang itu melukaimu dengan sengaja."
Begitu aku mendengarnya, seketika aku pun terbangun, dan menarik tangan Jonathan lalu berkata dengan gugup: "Dia tidak sengaja, mengapa kamu melaporkannya ke polisi? Dia patah hati, kamu menjebloskannya ke dalam penjara, itu sama saja menyuruhnya untuk mati."
"Dia melukai wanitaku, maka harus menerima hukuman." Jonathan Yi menyemburkan kata-katanya.
Begitu aku mendengarnya, aku melepaskan tangannya, menyibakkan selimut, dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur, tapi dihentikan oleh Jonathan.
"Kamu mau apa?"
"Aku akan menjelaskan ke polisi, bahwa aku tidak hati-hati dan terpeleset jatuh, tidak ada hubungannya dengan Amanda." Kepala ku terasa begitu berat, dan seluruh tubuhku tidak bertenaga, kedua mataku seakan begitu sulit untuk tetap terbuka.
Sebelum kakiku menyentuh lantai, Jonathan kembali mendorongku untuk tetap berbaring di atas tempat tidur, kedua tangannya menahanku agar tidak bergerak di atas kasur, dan berkata: "Kapan kamu bisa meletakkan beban pikiran mu kepadaku?"
"Amanda Jiang dipermainkan oleh Sean Ding, sekarang sedang hamil anaknya, kamu malah melaporkannya ke polisi, kamu tahu tidak wanita di saat dalam keadaan tidak berdaya, sangat mudah untuk berpikiran sempit." Aku menyesap bibirku yang sedikit kering dan menelan ludah kemudian berkata kepadanya.
Melihat reaksiku, Jonathan pun berkata, "Aku tahu kamu akan begini, tenanglah, si marga Jiang itu tidak apa-apa, sekarang sedang mengintrospeksi diri di apartment. Tapi, aku tidak setuju setelah ini kamu tinggal dengan mahluk berbahaya sepertinya, segeralah pindah ke rumah kita yang ada di pusat kota, dengan begitu aku juga bisa membawa Bella untuk bertemu denganmu."
"Jika setelah sembuh aku segera pindah, apa yang dipikirkan oleh Amanda, dia bisa mengira aku memutuskan hubungan dengannya." Begitu aku mendengar Jonathan tidak melaporkan Amanda ke polisi,, hatiku terasa begitu lega, dan tertawa gembira.
Tangan mungilku meraba wajah tampan Jonathan dan berakta: "Kamu memang yang terbaik."
"Aku yang terbaik?" Jonathan menaikkan alis, "Apa yang aku kaktakan, selamanya tidak pernah kamu dengarkan."
"Aku mendengarkan, tunggulah sampai semua masalah terselesaikan, aku akan mendengarkanmu apa pun itu. Seumur hidup mendengarkanmu, menurut kepadamu, oke?" Aku tersenyum manja kepadanya.
"Kamu berbicara lebih baik daripada menyanyi." Jonathan berkata tidak percaya.
"Jangan marah, aku tidak apa-apa." Aku membujuk Jonathan, aku tahu dia sangat menyayangiku, melihatku terluka, pasti dia tidak bisa menerimanya. Tapi Amanda juga karena sedang patah hati jadi dia tidak tidak sengaja mendorongku terlalu keras. Juga salahku sendiri karena tidak berdiri dengan tegap, aku harus lebih banyak makan, agar lebih stabil, bagaimana bisa dengan begitu mudahnya jatuh.
Tangan Jonathan perlahan menyentuh perban yang ada di dahi ku. "Juga tidak tahu apa akan meninggalkan bekas luka, jika nanti tampak jelek, bagaimana bisa membawamu jalan-jalan?"
"Membawaku jalan-jalan?" Aku ingin marah juga ingin tertawa, "Menganggap ku hewan peliharaanmu?"
"Apa kamu lebih menurut dari hewan peliharaan?" Jonathan mengerutkan kening.
Aku menggeleng, begitu menggelengkan kepala langsung terasa pusing, "Aku sangat pusing, ingin tidur dulu sebentar."
"Baiklah." Begitu mendengar aku pusing, wajah Jonathan tampak terjatuh, dan segera membantuku merapikan selimut.
Aku tidur dengan nyenyak selama sehari lebih, saat aku sedang dalam keadaan setengah sadar, aku seperti mendengar suara orang berbicara, aku membuka mataku perlahan, dan melihat Jonathan yang sedang sibuk di telepon.
Dia yang melhatku terbangun, segera langsung menutup teleponnya.
"Jonathan, urusan kantormu cukup banyak, tidak perlu menemaniku di rumah sakit." Aku berkata pelan.
Wajah Jonathan mengeras sambil menatapku kemudian berkata: "Yang baru saja aku angkat itu bukan teleponku, ini punyamu, kakak iparmu menelepon, beberapa hari ini mama mu tidak mau makan, perutnya kembung dan membuncit, sepertinya metastasis."
Baru satu bulan sudah metastasis tumor ganas? Aku terkejut hingga tak mampu berkata apa-apa.
"Aku mau pulang melihat mama." Aku menyibakkan selimutku cepat-cepat, otakku penuh dengan gambaran wajah pucat dan penuh keriput mama, aku pernah berkata bahwa aku akan menemaninya, tapi aku sibuk bekerja, sibuk mengulang kembali kenangan hangat dengan Jonathan dan melupakannya.
"Aku temani kamu pergi, tapi tanya dulu ke dokter harus memperhatikan apa." Jonathan mengingatkan ku, untuk harus tetap mengikuti saran dokter. Karena takut aku mengalami kecelakaan, dia menelepon dokter keluarganya untuk mengikutiku.
Saat aku pulang ke rumah, ketika kaka melihat Jonathan Yi yang berdiri di belakangku, dia segera bangkit berdiri, dan menyambut kami dengan riang.
Aku tidak mempedulikan Christopher, dan langsung masuk ke kamar mama, meihat wajahnya, hatiku terasa begitu pedih sampai menangis, baru satu bulan, dia sudah menjadi sangat kurus.
Keriput di wajahnya terlihat semakin jelas, saat melihatku, dia menyentuh wajahku dan bertanya dengan khawatir: "Kepalamu kenapa?"
"Terbentur, tidak apa-apa." Aku menjawabnya dengan hati pedih, "Ma, apakah kamu menyesal telah melahirkanku di kehidupan ini, dari kecil sampai besar tidak bisa membahagiakanmu?"
"Kau bicara apa, kebanggaan terbesar dalam hidupku, adalah melahirkanmu dan kakakmu." Mama tersenyum, mengerti aku mengkhawatirkan kondisi tubuhnya, dia menghibur ku dan berkata: "Tubuhku masih kuat, masih menunggu untuk memeluk cucuku."
Mendengar perkataan mama, hatiku terasa semakin sakit, semua orang sampai sekarang masih merahasiakan penyakit mama, karena takut jika dia mengetahuinya akan lebih cepat memperburuk keadaannya, tapi melihatnya seperti ini, sepertinya dia juga sudah bisa menebaknya.
Kakak ipar masuk ke kamar membawakan semangkok mi kuah dan menyorongkannya kepada mama.
Aku melihat tangan mama yanag agak gemetar, dan membuka mulutnya perlahan sambil tersenyum dan berkata: "Aku mendapati mi cukup enak rasanya."
Baru menelan beberapa suap, dia menutup mulutnya, menyuruhku untuk menyingkir, kemudian memuntahkan semua mi yang sudah dia makan. Setelah selesai muntah, mama mulai menangis.
Kakak ipar yang berdiri di sebelah pun ikut menangis tersedu, melihat mama yang begitu tersiksa, hati siapa yang akan tahan.
Kakak ipar keluar untuk mengambil kain pel dan sapu, kemudian membersihkanya sambil menangis. Christopher yang melihatnya, segera melangkah maju dan mengambil alihnya sambil berkata: "Membiarkanmu mengepel lantai, melihatmu demikian tersiksanya, biar aku saja."
Setelah berkata demikian, Christopher segera membersihkannya sampai tuntas dengan cepat.
"Kalian keluarlah, aku ingin bicara dengan Christine." Mama menyuruh semua orang kecuali aku untuk keluar.
Setelah pintu tertutup, mama menggenggam tanganku, dan bertanya: "Christine, berapa lama lagi aku bisa hidup?"
Novel Terkait
Cinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoCEO Daddy
TantoPenyucian Pernikahan
Glen ValoraRahasia Istriku
MahardikaUnplanned Marriage
MargeryThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinBretta’s Diary
DanielleMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)