Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 123 Siapa yang Cantik (1)

"Ayah, ibu..." Suara Bella terdengar.

Jonathan tertegun. Dengan alis berkerut ia memandang diriku yang terbaring di dalam bathtub, "Ibu bilang padamu kalau hari ini pulang?"

Aku menggeleng, "Tidak."

Kemudian, Jonathan memakai bajunya dengan kecepatan maksimum dan keluar dari kamar mandi.

Aku juga menyelesaikan mandiku dengan kecepatan maksimum, lalu turun ke hall. Berbagai tas besar dan kecil memenuhi ruangan. Nenek memakai topi berukuran besar sekali sambil berputar-putar bangga. Melihatku turun, ia segera memakaikan topi dengan sehelai bulu itu di atas kepalaku.

"Ini untukmu," mulut Nenek menyenandungkan lagu. Setiap kali pulang dari liburan hatinya selalu gembira.

Bella berlari mendekat lalu memeluk kakiku, "Ibu, aku kangen sekali."

Aku menggendong Bella sekuat tenaga dan menciumi pipi mungilnya, "Ibu juga kangen kamu. Apa Bella senang di sana?"

Bella menggeleng, "Tidak. Nenek hanya jalan-jalan sendiri setiap hari."

"Ih, Bella ini, begitu pulang langsung bicara yang jelek tentang Nenek," Nenek memasang pose berlebihan sambil memukul-mukul punggung Bella, "Nenek menjagamu sepenuh hati, sampai pinggang tua ini hampir patah."

"Ibu sudah bekerja keras," ujarku tulus.

Nenek melihatku, lalu melihat Jonathan yang berpakaian sembarangan. Alisnya berkerut, "Apa kedatanganku dan Bella yang tiba-tiba merusak kegiatan kalian?"

Begitu mendengarnya, kepalaku langsung menggeleng cepat-cepat, "Sama sekali tidak," jawabku tegang.

Jonathan melihatku seperti tak terjadi apa-apa.

Pemandian mandarin duck yang barusan direncanakan batal di saat yang paling penting. Suasana hati yang sudah memuncak seketika lenyap. Beginilah kalau ada anak. Kehidupan suami istri yang baik-baik begini mudah terganggu.

"Tak peduli iya ataupun tidak, tidak masalah. Kali ini aku membawa beberapa barang bagus untukmu," kata Nenek, lalu mengeluarkan sebuah benda beraroma obat tradisional dari dalam tas dan memberikannya kepadaku.

"Ini obat tradisional China, dibuat oleh masternya. Isinya dikemas dalam kemasan kecil-kecil, diminum pagi dan malam masing-masing sekali. Caranya direbus dengan api kecil. Kata master, kalau tahun ini hamil, tahun depan anakmu pasti laki-laki." Begitu Nenek selesai bicara, keringat dingin mengalir menyusuri pipiku.

Aku diam-diam menelan ludah, lalu tertawa canggung sambil mengerutkan alis pada Jonathan.

Dia hanya tertawa cuek, "Bu, ibu membawakan oleh-oleh yang berharga sekali untuk Christine, lalu bagaimana denganku?"

"Kamu juga ada," Nenek menatap Jonathan dengan misterius, lalu mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus dengan plastik hitam. Setelah menyerahkannya pada Jonathan, ia berkata, "Kamu sangat cocok."

"Apa ini?" Jonathan tampaknya juga penasaran. Di depan aku dan Nenek, ia membukanya. Tak disangka, isinya adalah beberapa lembar celana dalam pria bermotif bunga yang sangat mencolok. Melihat hadiah yang sangat tak biasa ini, seketika aku tak bisa menahan tawa.

"Bu, untuk apa memberiku ini?" Jonathan tak paham, ekspresinya sangat lucu.

"Bodoh, kamu tidak punya warna ini. Lihat motif di atasnya, maknanya bagus sekali, bunga yang mekar dan berbuah." Begitu Nenek selesai menjelaskan, aku bisa membaca dengan jelas kata yang terukir di wajah Jonathan: mampus.

Awalnya aku mengira kata-kata Nenek ada ilmunya juga, tapi ternyata unsur patriarkinya begitu parah.

Sampai sekarang aku masih ingat saat pertama kali bertemu Nenek. Ia begitu elegan dan beradab, kata-katanya sopan, tak pernah kusangka kalau ternyata ia memiliki sisi seperti ini.

Setelah aku dan Jonathan kembali ke kamar, Jonathan melemparkan kotak hadiah itu ke ranjang, Ia menghela naps panjang, "Beberapa tahun terakhir ini ibu berubah menjadi seperti anak kecil, semuanya dibeli."

"Perkataan ibu tidak salah. Kamu memang tidak punya warna ini. Pasti hasilnya bagus kalau dipakai," godaku sambil menatapnya. Dia melangkah maju, tangannya mengapit pinggangku, mengurungku dalam dekapannya, "Tadi belum selesai mandi kan!"

Aku menggeleng panik, "Tidak mau."

"Aku ingin mandi, bantu aku, ya?" katanya ambigu, sambil mengangkat alisnya dia menundukkan kepala. Wajahnya semakin mendekati tubuhku.

Aku meronta sekuat tenaga. Tiba-tiba Jonathan melepaskan tangannya, aku hampir saja terjatuh. Akhir-akhir ini dia makin bermuka dua. Aku mendongak menatap matanya, "Mau kubantu mandi?"

Dia mengangguk.

"Baik, aku bantu, tapi jangan salahkan aku kalau tidak memperingatkanmu. Kalau nanti kulitmu hilang selapis, jangan sebut aku istri berhati kejam," kataku tersenyum licik dengan mata segaris.

Aku maju, melepaskan pakaian Jonathan. Tangan mungilku berada di atas kancing kemeja putihnya, membukanya satu demi satu. Dia diam saja, namun aku malah semakin bersemangat.

Sesampainya di kancing terakhir, aku melihat dadanya yang bidang. Walaupun sudah melihatnya berkali-kali, tapi kalau sedekat ini, dengan aku sendiri yang membuka kancingnya, ini baru pertama kali.

Aku menelan ludah, "Baiklah, aku menyerah. Kuakui, wajahmu lebih tebal daripada aku."

Jonathan mengangkat daguku, "Kukira kau sangat bisa. Kenapa? Takut melepaskan pakaianku?"

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu