Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Aku memandangnya dengan tajam, berusaha memahami arti dari sorot matanya yang licik.
"Jangan mencurigaiku seperti itu. Mungkin bisa saja aku mengkhianati Cynthia karena aku menyukaimu." Ujar Sean sembari tertawa.
"Tidak perlu basa basi busuk, aku tidak memiliki pesona apapun. Mana mungkin kamu menyukaiku? Dan lagi, aku tidak peduli kalau kamu ingin mengkhianati Cynthia, aku juga tidak mengharapkannya." kataku.
"Kalau kuberi tahu... Cynthia yang duluan mengajakku tidur, kamu percaya tidak?" Ujar Sean semakin mendekatiku.
"Tidak percaya. Perempuan seperti Cynthia mana mungkin tertarik dengan laki-laki sepertimu?" Jawabku. Aku menatap Sean tepat di matanya.
"Cih... Ada dua tipe perempuan yang tidur denganku. Yang pertama adalah perempuan yang dengan sendirinya datang padaku, yang kedua adalah orang yang kusukai dan kukejar dengan sekuat tenaga." Sean terlihat mengernyitkan dahinya.
"Aku tidak peduli urusan perempuan-perempuanmu. Aku hanya ingin tahu, sebenarnya ada foto Cynthia yang seperti apa di tanganmu? Jangan merayuku supaya pulang denganmu, kamu tidak bisa menipuku." Ujarku dingin, tanpa ekspresi.
"Wah, pintar sekali, aku memang baru saja kepikiran untuk membawamu pulang. Christine... kamu memang berbeda dari yang lain." Senyum Sean terlihat mengejek.
"Hentikan senyum bodohmu itu, aku paling benci laki-laki sepertimu. Sean, kamu sudah masuk daftar hitamku." Aku berbalik dan meninggalkannya. Terserah dia mau bicara apa di belakangku, aku sudah tidak peduli.
Pertama kalli ditipu karena kurang pengalaman, tetapi kalau sampai tertipu dua kali, bodoh namanya.
Aku tidak langsung pulang, aku mampir dulu ke rumah orang tuaku. Di luar dugaanku, ternyata Christopher sudah pulang ke rumah, dia baru saja keluar dari rumah sakit, jari-jarinya masih terbalut perban, wajahnya terlihat lesu.
Melihatnya, aku menggelengkan kepala dan tak habis pikir, kalau dia masih belum bisa berhenti berjudi, sudahlah mati saja! Kepergian kakak ipar sepertinya juga memberikan pukulan hebat terhadapnya.
"Wah, ada orang kaya pulang." Ujarnya sembari tersenyum ketika melihatku.
Aku tidak menghiraukannya, aku langsung menuju ke kamar papa, papa sedang makan di pinggir tempat tidur, nasi berceceran di sekitarnya, dan mama tidak ada di rumah.
Pemandangan itu membuatku marah, aku berlari keluar dan mencari Christopher.
"Hey! Papa kan sulit makan sendirian, kenapa kamu tidak bantu menyuapi papa?" Ujarku marah.
"Pikir saja sendiri, memangnya dengan tangan seperti ini aku bisa bantu?" Jawab Christopher dengan santai sembari menunjukkan tangannya kepadaku.
"Ya! Kamu memang setengah cacat! Bisa tidak jangan merepotkan papa dan mama lebih banyak lagi? Aku tidak mengharapkan orang sepertimu di sini!" Ujarku dengan tidak sopan. Aku tidak tahan lagi, aku kesal. Seharusnya Christopher bisa bersikap jantan, seharusnya dia berusaha mencari uang, bukannya malah berjudi setiap hari.
Bagaimana bisa kaya dari berjudi? Terus saja gali lubang tutup lubang! Bagaimana caranya supaya Christopher mengerti?
"Christine, jangan pikir karena kamu menikah dengan orang kaya lalu bisa merendahkanku ya. Kalau aku perempuan, aku juga akan mencari orang kaya, enak sekali bisa memanfaatkan uangnya, bisa beli mobil mewah pula." Christopher berdiri, dia merendahkanku dengan kata-katanya.
"Kamu menyebut dirimu laki-laki? Kakak ipar sudah dibuat muak denganmu sampai-sampai dia pergi, apa perlu aku pergi juga biar kamu puas?" Aku mengangkat tanganku dan menamparnya.
Sepertinya Christopher juga merasa kalau kata-katanya keterlaluan, dia terdiam lalu menggigit bibirnya.
"Memangnya kalian tahu kepahitan di hatiku?" Ujar Christopher.
"Hatimu pahit? Kamu pulang ke rumah ini karena rumahmu sudah digadaikan dan tidak mampu bayar hutang kan? Selamat, kamu sudah menjadi tunawisma!" Ujarku kesal.
Bagaimana mungkin aku tidak mengetahui orang seperti apa Christopher itu. Manusia busuk itu cocok sekali dengan Cynthia.
"Bisa berhenti bicara sekarang?" Tatapan Christopher terlihat mengancam.
"Memangnya kenapa aku harus berhenti? Kamu mengancamku? Kalau kamu berani ringan tangan kepadaku, akan kupastikan kamu kehilangan tanganmu juga." Ujarku balik mengancamnya.
"Sudahlah, aku malas berurusan denganmu." Ujar Christopher. Dia kembali ke kamarnya dan membanting pintunya.
Aku berdiri menatap pintu kamar yang hampir terlepas dari bingkainya, lalu bergegas ke kamar papa untuk membereskan semuanya.
Setiap kali aku melihat papa seperti itu, aku ingin menangis. Kenapa dia harus memiliki anak laki-laki tidak berguna dan anak perempuan yang tidak pernah berada di rumah.
Air mata keluar dari sudut mataku, papa menatapku dengan iba. Dia pikir aku menangis karena pertengkaran barusan dengan Christopher.
"Sudahlah, jangan bertengkar dengan kakakmu. Dia baru saja bercerai, suasana hatinya buruk."
"Pa, aku menangis bukan karena bertengkar dengan Christopher. Aku menangis karena tidak tega dengan papa, aku tidak bisa menjaga papa di saat seperti ini."
"Yang penting kamu peduli." Ujar papa sembari tersenyum, matanya berkaca-kaca.
"Mama kemana?" Aku melihat sekeliling, tidak ada tanda-tanda keberadaan mama.
"Mama sedang beli daging di pasar. Kakakmu terluka, dia butuh nutrisi." kata-kata papa membuatku kesal.
"Untuk apa beli daging, suruh makan saja sendiri! Apa-apa tidak bisa, malah menyusahkan orang!"
"Jangan bicara seperti itu, kakakmu juga sedang kesulitan." Ujar papa pelan.
Aku terdiam. Sejahat-jahatnya Christopher, selamanya dianggap anak di hati papa dan mama, anak mereka satu-satunya. Sedangkan aku?
Aku menyuapi papa dan membersihkan sisanya. Lalu ke dapur untuk mencuci piring.
Lebih baik aku cepat-cepat pulang, melihat wajah Christopher saja membuatku kesal. Aku kembali ke kamar papa untuk pamit, baru saja aku membuka pintu, aku melihat Christopher keluar dari kamarnya.
"Christine...... Boleh pinjam sedikit uang?" Ujar Christopher lirih.
"Aku tidak punya uang." Jawabku ketus.
"Aku ingin berikan uangnya ke mantan kakak iparmu. Selama ini dia hidup tidak bahagia denganku, bahkan setelah cerai aku tidak memberikannya apa-apa, aku ingin memberikannya sedikit kompensasi." Kata-kata Christopher membuatku luluh.
Penyesalanmu sudah terlambat, kak. Bahkan setelah kehilangan jari-jarinya, aku tidak percaya Christopher akan berubah. Kebohongan demi kebohongan yang diucapkannya telah mengecewakanku berkali-kali.
"Masih ada sisa uang di kartu yang kuberikan ke mama, minta saja ke mama." Kataku dengan dingin, ada perasaan tidak tenang terbesit di pikiranku.
"Kalau kamu berani menipuku, lain kali meskipun kamu mati di hadapanku, aku tidak akan pernah mempercayaimu lagi." Lanjutku.
Aku berbalik, meninggalkan rumah orang tuaku.
Aku pulang ke rumah dengan hati yang berat. Baru saja masuk rumah, aku melihat Cynthia dan nenek Jonathan yang sedang mengobrol sambil tertawa gembira, ekspresi mereka langsung berubah ketika melihatku.
"Nenek, saya pulang." Ujarku sembari menundukkan kepada terhadap nenek.
Sudah kuduga, nenek tidak mempedulikanku.
Aku berbalik dan bersiap menaiki tangga ketika nenek memanggilku.
"Christine! Cynthia juga tamu, kenapa kamu tidak menyapanya?"
"Halo, Nona Cynthia." Aku menyapanya dengan terpaksa, sampai-sampai kepalaku terasa gatal.
"Halo juga, Nona Christine." Sapaan Cynthia sungguh membuatku bergidik, dia jago sekali berpura-pura.
"Kalian silahkan mengobrol, saya naik keatas dulu." Ujarku dengan sopan, lalu berbalik naik ke tangga.
Aku menutup pintu kamarku rapat-rapat, udara di rumah ini terasa mencekik. Kalau bukan karena Jonathan...... aku pasti sudah kabur dari rumah ini sejak awal.
Aku benar-benar tidak ingin tinggal dengan nenek Jonathan, menyiksa sekali.
Aku ingin sekali menelepon Jonathan dan cerita dengannya, tapi aku takut mengganggu pekerjaannya.
Baru saja aku ingin menaruh ponsel di meja, tiba-tiba ponsel berdering. Ternyata Yoga.
Wah, dia masih berani meneleponku? Dasar muka tembok.
Aku langsung mematikan telepon, aku tidak ingin berurusan lagi dengan orang ini, aku tidak ingin mendengar apapun tentangnya. Bayang-bayang Yoga terus mengikutiku dan menyakitiku.
Karena orang ini, nenek Jonathan terus mengusik aku, bahkan mencurigai anak yang aku kandung.
Dering ponselku tidak berhenti, Yoga terus-terusan meneleponku tidak berhenti.
Yoga dibebaskan bersyarat, berarti seharusnya dia tidak berani macam-macam. Kalau dia berani melecehkanku, aku akan lapor polisi.
Aku terpaksa menerima teleponnya. Kata polisi, bukti-buktinya belum cukup kan? Kalau begitu aku akan merekam buktinya!
"Halo!" Aku mengangkat telepon dan menjawab dengan kesal.
Hening.
"Kalau tidak mau bicara kumatikan teleponnya!" Ancamku.
"Christine, ini aku." Terdengar suara Yoga.
"Iyalah itu kamu! Memangnya siapa lagi? Apa maumu? Mau menculikku lagi? Atau mengurungku?" Aku berteriak kepada Yoga, aku merasa kesal sekali dengannya.
"Tidak, aku hanya ingin bertanya, kamu benar-benar tidak pernah menyukaiku? Bahkan sedikitpun?" Tanya Yoga dengan memelas.
"Tidak pernah. Bahkan rasa sayang sebagai teman sekelas selama empat bulan itu, semuanya dihancurkan olehmu." Jawabku ketus.
"Baiklah." Jawab Yoga. Suaranya terdengar pelan dan lembut.
"Penyesalan terbesar dalam hidupku adalah pernah menjadi teman sekelasmu. Cintamu itu egois, mengerikan, mesum! Aku harap aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi!" Lanjutku lagi, aku buru-buru mematikan teleponnya.
Mataku berkaca-kaca, air mata sedikit menggenang di pelupuk mataku, butuh beberapa helaan nafas untuk menenangkanku.
Semuanya sudah selesai, aku hanya ingin hidup bahagia dengan Jonathan, melihat anak-anak kami tumbuh dewasa.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu, baru saja aku bersiap bangun, pintu sudah dibuka dan orang itu masuk tanpa sepertujuanku.
Ternyata Cynthia.
Novel Terkait
The Gravity between Us
Vella PinkyMy Goddes
Riski saputroEverything i know about love
Shinta CharityBack To You
CC LennyPengantin Baruku
FebiMy Cute Wife
DessyUangku Ya Milikku
Raditya DikaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)