Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 61 Waktu Tiga Tahun
Saat aku bertengkar hebat dengan Christopher, aku tidak membiarkan air mataku jatuh, tetapi saat ini, aku menggigit bibirku dan menangis dalam diam. Apa yang sedang kulakukan? Mengapa setelah mendengar kata-kata Jonathan, hatiku begitu sakit.
"Kamu tidak akan pulang ke rumah ini lagi?" Tanya Jonathan, suaranya terdengar dingin, tubuhnya membelakangiku.
"Tidak." Jawabku.
Setelah itu, aku mendengar suara langkah kakinya, dia membuka pintu mobil, membantingnya begitu keras, kemudian terdengar suara deru mesin mobil. Saat aku berbalik, Jonathan sudah hilang dari pandanganku. Apakah dia sebenci itu denganku? Sampai-sampai dia memacu mobilnya begitu cepat.
Aku masih berharap banyak supaya Jonathan bisa membujukku, sebenarnya, aku wanita yang mudah puas. Selama bersama dengan Jonathan, aku belum pernah mendengarnya mengatakan "aku mencintaimu".
Aku memandangi mobil-mobil yang berlalu lalang, perasaanku tidak bisa tenang.
Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Aku hanya menginginkan kehidupan yang normal, suami yang mencintaiku, anak-anak yang lucu...... Mengapa kehidupan sesederhana itu begitu sulit kudapatkan?
Hari aku meninggalkan kota F, aku sudah menandatangani surat perjanjian cerai, aku menitipkannya kepada Sean, minta tolong kepadanya supaya diberikan kepada Jonathan. Masalah hak asuh anak, sekarang aku tidak memiliki kekuatan apapun untuk memenangkannya, tunggu saja, aku akan berusaha keras menjadi kuat, lalu aku akan kembali untuk merebut hak asuh anakku menggunakan kekuatan hukum.
Sean mengantarku ke bandara, ada sedikit keraguan di wajahnya, tetapi aku, aku sama sekali tidak merasa sedih karena perpisahan ini.
Aku menatap langit kota F yang begitu biru dan jernih. Ah...... aku akan segera meninggalkan kota tempatku dilahirkan dan tumbuh dewasa.
"Aku benar-benar tidak ingin berpisah denganmu." Ujar Sean, kata-katanya terdengar lembut.
"Ugh, menjijikan. Sudahlah, jangan bicara seperti itu. Nanti orang lain kira aku ini siapanya kamu?" Jawabku dengan ketus. Selesai bicara, aku segera menarik koperku ke tempat pengecekan tiket, Sean tiba-tiba menarik tanganku.
"Jangan lupakan aku, ya. Kalau aku kangen, aku akan datang dan mencarimu."
"Jangan datang! Sampai kamu berani datang, aku akan membuangmu ke laut, setengah tubuhmu akan hilang digigit ikan hiu, lalu kamu selamanya tidak bisa menyentuh perempuan lagi. Mau??" Ujarku dengan ketus, Sean tertawa setelah mendengar ancamanku.
"Kamu humoris juga rupanya. Aku paling suka wanita humoris."
Aku mengabaikan wajah konyol Sean, dasar orang ini...... Bahkan tidak tahu kenapa aku mengikuti rencananya untuk pergi keluar negeri, apapun itu alasannya, aku sangat membutuhkan kesempatan ini.
Aku meninggalkan kota F, menuju ke tempat tujuanku selanjutnya, Inggris.
Dalam waktu tiga tahunku di Inggris, selain belajar, aku juga menjadi model paruh waktu, bersama dengan dua perempuan yang datang bersamaku. Aku cocok dengan mereka, kami juga hidup bersama untuk saling menjaga satu sama lain.
Kadang aku masih memikirkan anakku, apakah dia sudah bisa berjalan? Sudah bisa memanggil papa? Ketika memikirkan anakku, aku merasa sangat bersalah.
Tiga tahun berlalu dengan cepat, aku memang rindu dengan anakku, tetapi Jonathan yang paling kurindukan.
Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah dia sudah menikah dengan wanita lain? Aku menasihati diriku sendiri, lebih baik lepaskan saja laki-laki itu, jangan mengingatnya lagi.
Sekembalinya aku ke kota F, Sean menjemputku tepat waktu.
Dia yang mengantarku tiga tahun lalu, dia juga yang menjemputku tiga tahun kemudian. Laki-laki ini sungguh membuatku bingung, apakah dia tulus? Atau sebatas main-main? Apapun maksudnya, aku merasa bersyukur atas kesempatan yang diberikannya kepadaku.
Kalau dipikir-pikir, setelah aku lulus kuliah, aku terlibat dalam pernikahan yang tidak bahagia selama tiga tahun, lalu menjadi istri Jonathan dan melahirkan seorang anak. Aku terus menerus hidup untuk orang lain, tetapi tiga tahun ini, aku hidup untuk diriku sendiri.
Selama di Inggris, aku mengubah penampilanku. Aku memotong pendek rambut panjang yang selalu kubanggakan.
Tentu saja Sean terkejut melihat penampilan terbaruku.
"Wah wah, kemana rambut panjang indahmu? Penampilanmu terlihat seperti seorang wanita karir sekarang."
Aku tidak menghiraukannya, aku terus menarik koperku keluar dari bandara.
Udara di kota F terasa begitu nyaman dan familiar. Baru saja Sean keluar, aku menyerahkan koper-koperku kepadanya.
"Minta alamat apartemennya, tolong bantu aku bawa koper-koper ini."
Selesai bicara, aku tidak menunggu jawaban Sean, aku langsung naik taksi menuju ke rumah orang tuaku. Aku ingin bertemu dengan mama. Tiga tahun ini, ada beberapa kali aku menelponnya dan kadang tidak diangkat, kalau diangkat pun selalu meyakinkanku bahwa semuanya baik-baik saja dan aku tidak perlu khawatir.
Taksi berjalan perlahan menyusuri jalanan di kota F, aku melihat pemandangan gedung-gedung menjulang dari luar jendela, perasaan familiar ini terasa menenangkan jiwaku.
Sesampainya di rumah orang tuaku, aku turun dari taksi dan membayar ongkosnya.
Aku membuka pintu dan berjalan perlahan, menatap sekeliling rumah yang tertata rapi, situasi di dalam rumah terasa begitu hening, sampai-sampai aku bisa mendengar degup jantungku sendiri. Jujur saja, aku merasa gugup.
'Maa......" panggilku pelan. Tidak ada seorangpun yang menjawab, aku pergi ke kamar orang tuaku, tidak ada seorangpun disana. Rumah terasa begitu sunyi.
Mama pergi keluar? Kemana perginya?
Ketika aku bersiap meninggalkan rumah, aku mendengar suara dari pintu depan, aku merapikan penampilanku dan menarik nafas panjang.
Ternyata Christopher, bukan mama. Christopher melihatku dengan tatapan bingung, seperti tidak mengenaliku, setelah beberapa saat menatapku dengan seksama, dia terlihat terkejut dan tersenyum mengejek.
"Oh, masih tahu pulang?"
"Mama kemana?" Tanyaku.
"Mama masuk rumah sakit. Aku pulang mau ambil baju mama." Ujar Christopher dengan tenang.
"Di RSUD kamar nomor 608." Tambahnya sembari memberikan baju ganti mama kepadaku, dia tidak bicara apa-apa lagi.
Aku bergegas memanggil taksi dan pergi ke rumah sakit. Sesampainya aku di ruangan 608, aku merasa tidak tega melihat sosok mama yang begitu kurus. Selama ini, kenapa dia tidak pernah mengatakan kalau dia sakit? Bahkan sampai masuk rumah sakit, dia juga tidak pernah mengatakan.
Aku duduk di samping tempat tidur mama, melihat rambut mama yang sudah ditutupi uban, terlihat semakin banyak keriput di wajahnya, tiba-tiba terdengar suara perempuan dari sebelah.
"Anda siapanya ibu ini?"
"Saya anaknya." Jawabku sembari melihat ibu itu.
"Aduh, bahagia sekali ibu ini. Anak laki-laki dan menantunya berbakti, anak perempuannya juga." Ujar ibu itu sembari tersenyum.
Tunggu dulu...... Menantu? Christopher sudah menikah lagi?
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, aku melihat sosok kakak ipar. Aku langsung berdiri dan mengernyitkan dahiku, seperti tidak percaya atas apa yang kulihat.
"Kakak ipar??"
"Christine???" Butuh waktu lama bagi kakak ipar untuk mengenaliku, dia dengan bersemangat menghampiriku dan membangunkan mama.
"Ma, ayo bangun. Lihat ada siapa yang datang?"
Mama bangun perlahan-lahan, pandangannya masih terlihat kabur, mungkin dia belum mengenaliku. Apalagi aku sudah mengubah penampilanku, rambut pendek, kulit yang lebih gelap, dan cara berpakaianku. Saat masih bersama Jonathan, setiap hari aku memakai rok, feminim sekali. Sekarang aku mengenakan kemeja dan celana panjang, pasti sulit dikenali.
"Siapa ya?" Terlihat mama memicingkan matanya.
"Maaa......" Aku memanggil mama. Meskipun penampilanku berubah, tetapi suaraku tetaplah sama.
"Kok ada suara Christine?" Terlihat mama berusaha bangun, tetapi terlihat kesulitan karena lukanya, tubuh mama gemetar.
"Maa... Mama kenapa?" Aku maju dan membiarkan mama memandangku.
Mama menyentuh wajahku dengan tangannya yang rapuh, air mata terlihat di pelupuk matanya.
"Semakin kurus, kulitnya jadi hitam, rambut panjang bagus-bagus dipotong jadi sependek ini, mama kira kamu laki-laki, makanya mama tidak mengenali kamu tadi."
"Iya ma, kelasku banyak sekali. Tidak ada waktu mengurus rambut panjang, makanya kupotong saja. Mama suka tidak? Kalau tidak, nanti kupanjangkan lagi." Ujarku dengan bersemangat. Mama akhirnya tersenyum.
"Aduh senangnya, mama merasa kamu kembali seperti Christine saat sebelum menikah."
Dalam waktu tiga tahun ini, aku menemukan kembali kepercayaan diriku. Tidak ada pernikahan, tidak ada ikatan emosi, aku benar-benar bebas.
"Christine, mama baru selesai operasi, biarkan istirahat dulu ya? Ada yang ingin kubicarakan, kita keluar sebentar yuk?" Suara kakak ipar terdengar begitu lembut, kakak ipar memang tipe orang yang lemah lembut, tidak pernah marah. Kebetulan sekali, aku juga ingin menanyakan beberapa hal.
Aku membiarkan mama istirahat dan mengikuti kakak ipar keluar meninggalkan ruangan.
Kami berjalan di koridor, ekspresi kakak ipar tiba-tiba berubah, dia terlihat khawatir.
"Ada tumor di usus mama, saat ketahuan ternyata besarnya sudah sekitar 10 cm. Tadi pagi hasilnya keluar, ternyata tumor ganas."
"Apa maksudnya?" Aku memandangi kakak ipar dengan bingung.
"Kanker stadium terakhir, dokter mengatakan, jangan sampai mama tahu, takut beban pikirannya sangat berat, mungkin... hidup mama tidak sampai enam bulan lagi." Jawab kakak ipar sembari menangis.
Aku memandang kakak ipar dengan serius, aku mengira dia sedang bercanda denganku. Mana mungkin mama mendapat penyakit seperti ini? Tidak mungkin.
"Kakak ipar pasti bohong." Aku menggelengkan kepalaku tidak percaya.
Kakak ipar menyeka air matanya dan kembali menatapku :
"Christine, sejak aku masuk ke keluargamu, apakah aku pernah bercanda? Kapan aku pernah berbohong?"
Memang, kakak ipar adalah wanita yang jujur dan berbudi luhur, dia tidak pernah berbohong.
Aku bersandar di tembok yang dingin, kepalaku terasa sakit. Mengapa Tuhan begitu kejam terhadap kedua orangtuaku? Mereka hanya orang biasa, kenapa harus mengambil nyawa mereka sedini itu?
Mama belum menjadi nenek, bahkan kalau mama sudah menjadi nenek, mama belum pernah bertemu dengan cucunya.
Aku terdiam lama sekali memikirkan semuanya, setelah kepalaku tidak terasa sakit lagi, aku melihat kakak iparku dan bertanya :
"Jadi, kakak sudah kembali dengan Christopher?"
"Ya, bisa dibilang begitu."
"Apa maksudnya?" Tanyaku tak mengerti.
"Kami hidup bersama tanpa mengurus akta nikah, jadi, apakah termasuk? Kelopak mata kakak ipar terlihat berat, dia menatapku dengan letih. Dia pasti kurang tidur karena merawat mama.
"Kak, malam ini gantian saja, aku yang jaga mama. Kakak pulang saja istirahat, ya?"
"Ya sudah, nanti malam aku akan suruh Christopher antar makanan kemari."
"Tidak perlu kak, pasti banyak makanan di luar kok, nanti aku beli saja." Jawabku.
Aku melihat kakak ipar kembali ke kamar dan berpamitan dengan mama, lalu pulang.
Mama memegang tanganku, menatapku, dan berkata:
"Jadi, sudah tiga tahun kamu pergi, apa rencanamu sekarang?"
"Aku mau temani mama saja." Jawabku sembari bersandar di bahu mama.
"Christine, cari waktu untuk bertemu Jonathan. Selama kamu pergi, dia menjaga keluarga kita, lho."
Kata-kata mama mengejutkanku, kalau Jonathan benar-benar merindukanku, kenapa dia tidak minta nomorku kepada mama?
"Iya ma." Jawabku acuh tak acuh.
Novel Terkait
My Enchanting Guy
Bryan WuThe Revival of the King
ShintaHis Second Chance
Derick HoHanya Kamu Hidupku
RenataInnocent Kid
FellaAwesome Husband
EdisonUntouchable Love
Devil BuddyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)