Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali

"Bagus sekali, selama tiga tahun, aku baru tahu kamu pandai berkata-kata, sayang sekali menjadi model, kenapa tidak menjadi pembawa acara saja?" Sudut bibir Ardy naik.

Aku tidak menghiraukan sindirannya, mengambil surat cerai dua rangkap, tanpa keraguan menandatangani surat cerai itu, kemudian mengembalikan ke Ardy, setelah dia menerima surat cerai itu, melirik aku, berkata dengan dingin: "Kenapa tidak kamu baca dulu?"

"Tidak perlu, bisa meninggalkan kamu, meskipun langit runtuh, aku tidak masalah." Aku menggertakkan gigi menahan emosi. Aku melihat Ardy, dia memegang pena yang indah, lama setelah memelototi aku, dia baru menandatangani surat cerai itu.

Karena tidak memiliki anak, rumah menjadi milik Ardy, aku bercerai tanpa mendapatkan harta sama sekali, sejak awal aku sudah memikirkan ini, jadi tidak ada perasaan kecewa sama sekali dalam diriku.

Kami pergi ke catatan sipil untuk mengurus surat cerai, saat keluar dari catatan sipil, tidak ada yang memberatkan hatiku, aku memberhentikan taksi, menarik koper, memasukkannya ke bagasi, kemudian naik, sepenuhnya meninggalkan Ardy.

Melalui makelar aku menyewa sebuah apartemen, satu kamar tidur satu ruang tamu satu kamar mandi dan satu dapur, sebuah apartemen sederhana yang cocok untuk satu orang, aku sangat suka dengan lingkungan di sekitar apartemen, apartemen yang aku sewa berada di lantai 12, ketinggiannya pas, di depan apartemen ada sebuah sungai, sekeliling apartemen ditumbuhi dengan rumput berwarna hijau.

Setelah aku pindah, uang yang aku punya aku habiskan untuk membeli perabotan, tersisa sedikit, hanya cukup untuk uang makan selama sebulan.

Sekarang satu-satunya yang harus aku lakukan adalah mencari kerja, aku tidak mempunyai pengalaman apa-apa, dulu hanya pernah menjadi model, menghadapi lampu dan cermin, aku mungkin masih punya sedikit pengalaman, tapi aku yang sekarang, tidak bisa melakukan pekerjaan itu lagi.

Aku mulai memasukkan surat lamaran kerja melalui internet, mencari pekerjaan sebagai staf kantor.

Kalau urusan pekerjaan rumah, keluar dari rumah Ardy, tidak ada pembantu harian yang membantu aku menyapu dan memasak, tiba-tiba aku merasa tidak terbiasa melakukan pekerjaan ini, aku melihat rumahku yang penuh dengan debu, aku melipat lengan bajuku mulai membersihkan rumah.

Kembali bebas, aku tidak berani menelepon orang rumah atau kakak laki-lakiku, aku takut mereka mengatakan aku tidak tahu bersyukur, paling tidak keluargaku sudah menerima banyak sekali bantuan dari keluarga Ardy, mereka pasti tidak akan mengerti pernikahanku yang begitu tragis ini.

Setelah aku selesai mengepel lantai, aku merenggangkan tubuhku, langsung duduk diatas kursi, tiba-tiba teleponku berbunyi, aku terkejut, melirik melihat, telepon dari Jonathan.

Perceraianku, sedikit banyak juga karena bantuan Jonathan, aku malah lupa akan hal ini.

Berdiam lama memegang telepon, aku tidak tahu bagaimana harus mengangkat telepon dia, kata-kata dia yang mengatakan 'menginginkanku' terngiang di telingaku, ambigu tapi jelas.

Saat telepon akan ditutup, dengan tergesa aku menekan tombol menerima panggilan, perlahan menjawab "Halo".

"Dimana?" Suara Jonathan yang berat terdengar di telingaku.

"Di rumah baru." Aku menjawab dengan suara datar.

"Nomor teleponku sama dengan nomor Whatsapp, kamu cepat tambahkan kontakku, share location ke aku." Selesai Jonathan berbicara, dia langsung menutup telepon.

Tambahkan kontak Whatsapp dia, share location ke dia, Jonathan mau kesini? Dia mau aku membayar hutang? Aku memegang telepon sangat lama, tidak tahu harus menambahkan atau tidak.

Sebenarnya ada satu hal yang aku mengerti, kalau Jonathan ingin mencari aku, tentu tidak perlu bersusah payah, kalau sudah ditemukan, terlihat aku tidak mematuhi perjanjian.

Aku membuka Whatsapp, menambahkan kontaknya, dengan cepat sudah terhubung dengan dia, kemudian aku mengirimkan lokasi ke dia.

Tidak disangka setengah jam kemudian dia sudah tiba di depan pintu rumahku, setelah bel pintu rumah berbunyi, aku terkejut melihat kearah pintu, seluruh tubuhku gemetar, aku mengumpulkan keberanian, begitu membuka pintu, melihat Jonathan berdiri di depan pintu, tersenyum datar kepadaku.

Aku merasa canggung dan masih berusaha tersenyum, dengan pelan berkata: "Silahkan masuk!" Begitu selesai berbicara, aku memiringkan badan, membirakan dia masuk, Jonathan berjalan masuk, melihat ke sekeliling.

Aku menutup pintu dengan pelan, takut sedikit gerakanku bisa mempengaruhi suasana hatinya. Aku bersandar di belakang pintu, melihat postur tubuhnya dalam kepanikan, tiba-tiba teringat kehangatan malam itu, wajahku langsung memerah.

Apa benar Jonathan menginginkanku? Dia begitu hebat, mana mungkin bersungguh-sungguh dalam urusan cinta seperti ini?

Christine, Christine, kamu sudah pernah menikah sekali, apa masih belum cukup dimanfaatkan orang, masih begitu polos? Lihat kamu ini, bagaimana kamu bisa naik ke ranjang Jonathan, bukankah hanya karena sebuah transaksi saja.

Bangun dari mimpi, kamu sudah tidak punya masa muda lagi.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Jonathan tiba-tiba melontarkan pertanyaan memecahkan keheningan, aku menggelengkan kepala, bertanya: "Kamu mau minum apa?"

Selesai bertanya, aku merasa diriku sangat bodoh sekali, sepertinya selain air mineral, tidak ada minuman lain yang bisa diberikan.

Aku segera berkata kembali: "Aku ambilkan segelas air untukmu!"

Begitu selesai berbicara, baru saja aku mau berjalan masuk dapur, saat melewati Jonathan, pergelangan tanganku dipegang olehnya, aku menghentikan langkah kakiku, menatap dia, kemudian melihat pergelangan tanganku yang dipegang dia.

"Aku tidak mau minum." Dia melihat aku, tatapan matanya, aku tidak mengerti, tidak bisa menebak.

"Tuan Jonathan……" Aku sangat ingin bertanya padanya, kenapa dia mau membantu aku, apa karena malam itu, atau karena alasan lain.

"Jangan panggil aku Tuan Jonathan, cukup panggil aku Jonathan saja." Jonathan membetulkan caraku memanggil dia, tapi aku tidak bisa memanggil dia dengan sebutan itu, aku merasa kita belum terlalu akrab.

Aku tersenyum kaku, tidak menjawab juga tidak menolak.

"Panggil aku sekali." Jonathan tiba-tiba meminta aku, aku tertegun melihat dia, aku belum bisa menyebut nama dia.

"Boleh tidak kalau lain kali saja?" Otakku berputar dengan cepat, bukan karena ingin menolak, dia semakin mendekat kearahku, sedangkan tangannya sepertinya tidak mau melepaskan tanganku.

"Sepertinya kamu melupakan sesuatu." Jonathan berkata sambil menatap aku.

Tidak perlu diingatkan dia, aku tahu betul aku berjanji apa padanya, dia mengatakan dia menginginkan aku, saat itu demi agar bisa cepat terlepas dari Ardy, aku menyanggupinya, hari ini begitu diingatkan dia, aku merasa sangat canggung tidak tahu harus berkata apa.

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu