Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
Jonathan dipaksa olehku sampai wajahnya penuh kerutan.
Aku tersenyum datar dan berkata, "Perkataan yang tidak tahu malu seperti itu rasanya hanya cocok dikatakan olehku. Kamu adalah direktur PT. Weiss yang terhormat, bagaimana mungkin bisa mengatakan perkataan seperti itu ..."
"Kedepannya aku akan mendengar perkataanmu." suara Jonathan sangat kecil, tapi subuh di Kota F sangat hening, bahkan jarum yang jatuh di lantai saja bisa terdengar jelas. Apalagi perkataan Jonathan tadi.
Aku menjilat bibir, menatapnya lurus, lalu berkata, "Coba kamu katakan sekali lagi. Suaramu tadi terlalu kecil, aku tidak mendengarnya jelas."
"Jangan dikasih hati minta jantung." Jonathan memperingatkan dengan suara rendah.
"Coba kamu katakan sekali lagi, maka malam ini aku akan tinggal." aku tersenyum dan berkata dengan serius.
Siapa suruh aku tidak tahu malu. Karena sudah sering menikah dan cerai, mengatakan perkataan tidak tahu malu seperti itu, rasanya tidak begitu sulit.
Jonathan menatapku dengan tajam. Sepertinya dia sedang mengalami konflik batin. Lama kemudian, bibirnya bergerak tapi belum juga mengatakan apa-apa. Aku berjinjit dan inisiatif menciumnya.
Aku tidak memerlukan dia meletakkan harga dirinya dan mengatakan perkataan yang berlawanan dengan keinginannya. Meskipun tadi suaranya sangat kecil, tapi selama punya niat saja sudah boleh. Aku adalah wanita yang sangat mudah puas, sedikit cahaya saja sudah mampu membuatku senang.
Jonathan tersentak. Mungkin dia tidak mengira akan terjadi masalah yang diluar dugaan seperti ini, Dia memelukku dengan erat, membalasku.
Mungkin Edy yang ada di samping, turun dari mobil salah, berada di mobil juga salah, kemudian karena tidak dapat menahan diri lagi, di saat dia hendak berbalik pergi, aku melihatnya.
Aku mendorong Jonathan dengan tidak enak hati, lalu berkata dengan malu, "Ada orang."
"Edy adalah orang yang berpengalaman, jangan pedulikan dia." Jonathan berkata dengan senang.
Edy mungkin mendengar perkataan Jonathan dan berhenti melangkah. Setelah melihat kami, dia berkata, "Teruskan saja, janggan anggap aku orang. Sekarang aku mau pulang ke rumah dulu."
Selesai berkata, Edy melangkah pergi dengan lebih cepat.
Pintu rumah Keluarga Yi pelan-pelan tertutup. Tangan Jonathan yang hangat dan besar itu menggandengku dengan erat. Kita berjalan dengan lambat, kadang-kala dia menoleh ke arahku. Lembut dan juga hangat.
Ketika kami masuk ke ruang tamu, aku dibuat terkejut oleh Refaldy Ying. Dia muncul tiba-tiba di hadapanku dan Jonathan. Aku langsung menarik tanganku dan menatap dengan canggung tamu yang ada di rumah Keluarga Yi ini.
"Tuan Ying malam-malam tidak tidur, apakah karena merasa ranjang rumah Keluarga Yi kami terlalu keras?" Jonathan menatap Refaldy Ying dengan tidak senang dan nada suaranya sangat dingin.
"Biasanya begitu tiba di tempat baru, butuh waktu satu minggu untuk beradaptasi." Refaldy Ying menjawab dengan santai, lalu menatap ke belakang Jonathan, melihat aku dan melambaikan tangan menyapa, "Christine, kamu datang lagi?"
Aku menatap Refaldy Ying dengan tidak berdaya. Mungkin di luar negeri, budaya yang kami alami berbeda. Jadi dia tidak mengerti kami membutuhkan ruang khusus, tidak memerlukan nyamuk sebesar dia berada di tengah-tengah kami.
"Christine, kamu naik dulu." Jonathan membalikkan badan lalu berkata dengan suara kecil kepadaku.
Aku mengangguk. Saat melewati Refaldy Ying, aku dapat dengan jelas merasakan tatapan pria itu yang berbeda. Tidak tahu apakah perasaanku saja.
Setelah kembali ke kamar, aku tidak tahu apa yang Jonathan dan Refaldy Ying bicarakan di bawah sana. Dengan cepat, Jonathan naik ke atas. Saat membuka pintu, dia menutupnya dengan pelan-pelan, lalu mengunci pintu dua kali.
Aku menarik selimut dan diam-diam melihat ke arahnya. Aku tahu nanti dia pasti akan naik, jadi tidak bisa tidur. Lampu di ujung ranjang sedikit kuning, memancarkan suasana agak romantis. Lampu seperti ini cocok digunakan untuk meningkatkan hubungan suami istri.
Ketika Jonathan semakin dekat denganku, aku tiba-tiba duduk, menyalakan lampu. Dia awalnya mungkin ingin mengaggetiku, tapi malah aku yang mengaggetinya.
Dia yang sudah merencanakan baik-baik jelas sekali ada rasa kecewa di wajahnya.
Dia melepaskan jas, melemparkan ke samping, lalu menarik dasinya sendiri. Semakin ditarik semakin tidak bisa. Dia menoleh menatapku lalu berkata, "Bantu aku melepaskan dasi."
"Oh." aku berdiri, berjalan ke sampingnya. Melihat dasinya diikat begitu kencang, aku membantunya melepaskan dengan serius.
Di saat dengan tidak mudahnya terlepas, aku menengadah menatap Jonathan, bertatapan dengannya, aku bertanya, "Kenapa kamu menatapku seperti ini?"
"Istriku sangat cantik."
"Bukan istri, tapi mantan istri." aku mengingatkan dengan serius.
"Christine, apakah seru menantangku?" wajah Jonathan langsung berubah masam.
Aku tidak bersuara. Setelah menggulung dasi, baru saja membalikkan badan, aku sudah ditarik oleh Jonathan. Karena tidak stabil, aku langsung masuk ke dalam pelukannya.
Dia memelukku dengan erat, lalu tersenyum menggoda, "Masih belum menjawab, mau pergi kemana?"
Aku menengadahkan kepala, bertatapan dengan matanya, lalu berkata dengan sangat datar, "Tidak pergi kemana-mana, mau tidur."
"Aku temani kamu."
"Jangan, kamu lebih baik tidur di ruang tamu. Kalau tidak besok aku tidak bisa mempertanggungjawabkannya kepada ibumu. Sekarang dia sudah memasukkanku ke dalam daftar blacklist. Malam ini aku tinggal di sini sudah merupakan kejahatan. Kalau kamu mau tinggal, mungkin aku akan langsung ditangkap." ekspresiku sangat serius menatap Jonathan.
Meskipun aku bersedia, aku rasa sangat sulit melewati tantangan dari ibu mertua. Dia memang tidak suka wanita yang tidak bertanggung jawab sepertiku. Sekarang aku menetap di sini dengan tidak tahu malu. Mungkin di mata dan hatinya, aku sudah ditakdirkan tidak dapat kembali lagi.
"Wanita Jonathan, wanitaku, siapa yang berani macam-macam padanya?" Jonathan berkata dengan diktator, tapi aku tetap tidak bisa mempertahankannya.
"Terima kasih atas perkataan yang mengharukan tadi." aku tersenyum padanya, lalu lanjut berkata, "Tapi aku tetap tidak bisa mempertahankanmu."
"Sekeras kepala ini?" suara Jonathan sedikit berat, balik bertanya dengan tidak senang.
"Prinsip." aku menjawab dengan serius.
"Ok, kamu cium aku. Kalau ciuman itu membuatku puas, malam ini aku akan melepasmu pergi." kata Jonathan.
Melihat wajahnya yang tampan, aku menggelengkan kepala, "Tidak mau."
"Kalau begitu aku cium kamu." selesai berkata, sebelum aku tersadar, tangannya terletak di pinggangku, mengangkatku, bibirku secara inisiatif menempel pada bibirnya, mencium Jonathan dengan lembut.
Dia tersenyum puas, senyum yang terlihat jahat.
Aku segera mendorongnya, mundur dua langkah, memelototinya dan mengomel, "CEO Yi dari PT. Weiss, ternyata ada juga saat-saat bersikap sembarangan."
"Malam ini aku melepaskanmu." Jonathan tersenyum datar. Di saat dia berbalik dan ingin meninggalkan kamar, aku menghentikannya.
Bukannya aku tidak mau menyuruhnya tinggal, tapi di otakku sangat penasaran terhadap satu hal.
Jonathan menoleh, dengan alis terangkat dia mengejek, "Takut gelap? Mau aku tinggal?"
"Bukan." aku memutar bola mata dengan kesal dan berkata, "Sini, ada yang ingin aku beritahu padamu."
Mendengar itu, Jonathan segera menghampiriku, mendekatkan telinga, sengaja menempel di bibirku dan menggoyangkan pelan.
"Kamu bisa lebih serius tidak." aku menepuk pelan lengannya.
Jonathan menatapku dengan sangat serius dan berkata, "Bisa. Katakan saja. Masalah besar apa?"
"Maaf, bukan masalah besar, hanya masalah kecil yang sedikit kebetulan." aku menatap serius Jonathan dan lanjut berkata, "Apa kamu tahu? Ibu Refaldy sama seperti kita, juga memiliki golongan darah langka."
"Lalu?" Jonathan menatapku dengan bingung, "Wajahmu begitu serius, hanya untuk mengatakan hal yang begitu tidak penting."
"Tidak penting?" setelah perkataanku diejek, aku sedikit kehabisan kata-kata. Sepertinya memang aku yang aneh. Kenapa tiba-tiba mengatakan masalah ini, "Baiklah, sepertinya otakku memang agak miring, kamu sudah boleh keluar."
"Sebelum Refaldy datang ke rumah ini, kamu sudah mengenalnya?" dari perkataanku tadi, Jonathan langsung menebak kalau ini bukan pertama kalinya aku dan Refaldy bertemu di rumah Keluarga Yi. Sekarang aku benar-benar telah menggali lubang bagi diriku sendiri.
"Iya, hari dimana pulang ke Kota F waktu itu, ibu Refaldy mengalami kecelakaan, dan aku mendonorkan darah baginya." aku berkata jujur tanpa menyembunyikan sedikitpun. Masalah seperti ini terlalu normal. Dulu aku juga mendonorkan bagi Jonathan. Hal ini dia akui kemudian.
"Kamu benar-benar sangat mempunyai kasih sesama manusia." Jonathan menatapku dengan aneh.
"Apa yang kamu katakan?" aku sedikit marah, tidak ingin berdebat dengannya. Aku takut kalau meneruskan lagi, aku akan membuat suasana yang tidak mudah hangat kembali canggung, jadi aku berkata, "Baiklah, jangan katakan lagi. Aku adalah orang yang bodoh. Sudah puas bukan. Kalau begitu sekarang silakan CEO Yi keluar dari kamarku, terima kasih!"
Jonathan menatapku dalam diam. Kira-kira beberapa detik kemudian, dia berbalik dan keluar dari kamar.
Setelah Jonathan pergi, aku baru merasa Refaldy Ying agak aneh. Jadi keesokan harinya, aku sengaja beraktivitas sangat pagi di balkon. Ternyata benar, Refaldy Ying juga beraktivitas di halaman bawah.
"Pagi, Nona Mo!" Refaldy Ying menyapaku dengan sangat ramah.
Aku menatap dia yang berada di lantai bawah dan tidak menjawab.
"Apa Nona Mo marah padaku karena aku tidak memberikanmu uang?" Refaldy Ying sekali lagi bertanya. Dia memang benar tumbuh besar di luar negeri, ketika berkata sangatlah terus terang.
"Tuan Ying telah salah menilaiku." aku menjawab dengan datar.
"Kalau begitu aku tidak mengerti lagi. Kenapa Nona Mo tidak meladeniku. Apa karena takut CEO Yi marah?" Refaldy Ying sedang menebak alasanku tidak menggubrisnya.
Aku tidak menjawabnya, malah tiba-tiba bertanya, "Apa Tuan Ying memiliki golongan darah langka?"
Refaldy Ying tersentak. Matanya memancarkan rasa bingung, lama kemudian dia baru menjawab, "Bukan. Kalau aku ada, maka hari itu aku donorkan pada ibuku saja."
"Kalau begitu ayahmu memiliki golongan darah langka?" aku terus bertanya.
Mendengar itu, Refaldy Ying mengerutkan dahi, balik bertanya, "Nona Mo kenapa tiba-tiba begitu perhatian pada Keluarga Ying kami?"
"Penasaran." aku tertawa datar lalu bertanya, "Bagaimana keadaan ibumu sekarang, sudah baikan?"
"Dua hari lagi sudah bisa keluar rumah sakit." kata Refaldy Ying sambil menatapku.
Aku tidak tahu kenapa aku bertanya beberapa pertanyaan ini. Tapi aku merasa Refaldy Ying ini aneh sekali, sikap ibu mertua padanya juga sangat-sangat baik.
Saat aku membalikkan badan dan berjalan masuk ke dalam kamar, aku dibuat terkejut oleh Jonathan yang berada di belakangku.
"Pagi-pagi sudah mulai menggoda orang lain?" sindir Jonathan.
Aku berjalan ke hadapannya dengan tidak peduli, lalu tersenyum, "Aku single, jadi bebas!"
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseThis Isn't Love
YuyuMy Cute Wife
DessyMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiAdieu
Shi QiAwesome Husband
EdisonThe Great Guy
Vivi HuangMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)