Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 75 Mati Tersiksa
Sean Ding tertawa dingin, melihat ke arah wanita itu dan mencibir: "10 milyar? Kamu bisa saja membuka harga, dan tidak melihat kualitasmu ini, apakah pantas dihargai 10 milyar?"
Perkataan pedas dan dingin Sean DIng membuat Amanda Jiang mendidih, dia menelan ludah dan menyahut: "Beri aku uang, atau beri aku status, jika tidak aku akan mati di pintu perusahaanmu, biar semua orang di kota F melihat pecundang sepertimu."
"Terserah kamu." Sean Ding menanggapi perasaan Amanda Jiang dengan acuh tak acuh, melangkah maju untuk menggandengku, dan bersiap untuk mengantarku pergi.
Aku menghentikan langkahku, menatap Sean Ding dengan terkejut, "Tuan Ding, Amanda Jiang beberapa kali menemanimu tidur, dia juga termasuk wanitamu, bagaimana kamu bisa begitu dingin terhadapnya?"
"Kalau tidak mau bagaimana, dia sendiri yang mencari masalah." Mata dingin Sean Ding memelototi Amanda Jiang yang bercucuran air mata, "Selama hidupku ini aku paling membenci dimanfaatkan oleh wanita."
Kata-kata ini terdengar tidak asing, pertama kalinya aku bertemu dengan Jonathan, dia juga mengatakan hal yang serupa, apakah semua pria merasa tabu untuk dieksploitasi?
"Memanfaatkan lalu kenapa, sekarang dia sudah hamil, bahkan sedikit perhatian atau senyum kecil darimu bisa dia rasakan, seperti hewan buas."
"Kamu mau pergi atau tidak?" Sean Ding tampak dingin dan bertanya kepadaku degnan nada mengancam.
"Tidak, mengapa aku harus membiarkanmu mengantarku." Aku sudah tidak memikirkan Sean Ding yang mempertaruhkan segalanya untukku tadi, aku lebih memilih untuk berdiri bersama dengan Amanda Jiang, wanita harus berdiri di sisi wanita lainnya, jika tidak siapa yang akan membela kaum wanita.
Sean Ding menghempaskan tanganku, dan segera naik ke mobil kemudian melaju pergi.
Amanda Jiang yang melihatnya pergi. merasa seluruh tubuhnya lemas tak bertenaga, sesaat kemudian dia jatuh terduduk di lantai yang dingin, air mata nya tak berhenti mengalir. Aku meletakkan barang-barang ku, melangkah maju, dan memapahnya sambil menghiburnya: "Jangan sedih, kamu juga sudah melihatnya sendiri, Sean Ding adalah seorang bajingan yang tidak mengerti akan cinta, kamu sedih untuk pria seperi dia, itu sama sekali tidak layak."
"Sebenarnya yang pertama kali kulihat adalah dia orang kaya, ditambah dengan perawakan tampannya, humoris, barulah aku berinisiatif mengejarnya." Amanda Jiang membeberkannya kepadaku dengan jujur, "Aku jatuh cinta kepada hartanya dulu, lalu baru padanya, tapi akhirnya saat aku benar-benar sepenuhnya jatuh cinta kepadanya, aku kehilangan segalanya."
Aku merengkuh Amanda Jiang dengan sediih, wanita memang mahluk yang lemah, berkorban segalanya untuk cinta, dan pada akhirnya yang selalu disakiti juga adalah pihak wanita.
Setelah aku mengantar Amanda Jiang pulang ke apartment, dan menghiburnya sampai dia tertidur, aku keluar dari kamar diam-diam, melihat apartment tiga wanita yang menyenangkan di masa lalu ini, sekarang begitu sunyi, membuat perasaan menjadi tidak enak.
Persahabatan kami bertiga sudah ada keretakan, dan tidak akan pernah kembali seperti sediakala.
Aku ingin menelepon Jonathan, lalu berkata kepada diriku sendiri, aku tidak berhasil melakukan sesuatu, melakukan apa pun tidak pernah berhasil, semua itu karena emosi ku, seharusnya aku belajar dari peran-peran wanita utama di dalam drama, baik hati, sabar, mau mengalah, dengan begitu semua masalah pasti akan terselesaikan.
Mengapa aku tidak bisa mengalah, aku hanya harus menundukkan kepala kepada Stella Lin, aku bisa lanjut bekerja di perusahaan.
Tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa hidup tanpa martabat, bahkan jika hanya memiliki sedikit martabat aku pun harus bisa mempertahankannya.
Ponselku berdering, Jonathan meneleponku.
Aku mengangkat telepon itu dan menyapa lemah, lalu mendengar suara manis Bella dari ujung telepon, suasana hatiku yang tadinya buruk, seketika menjadi riang.
"Mama ada dimana? Bella kangen."
"Mama juga kangen Bella, sekarang mama punya banyak sekali waktu luang untuk menemani Bella, senang tidak?" Setelah mengutarakan rasa bersalahku, hidungku terasa pedih, aku segera menutup mulutku dengan tangan, tidak membiarkan air mataku menetes.
"Senang." Setelah Bella berkata demikian, suara di ujung telepon berganti menjadi suara Jonathan, "Mama mengizinkanmu kembali ke rumah Yi, malam ini makan bersama."
Aku terbelalak kaget, "Kamu sudah memberitahu mama semua tentang kita?"
"Apa yang harus dihadapi juga pasti akan dihadapi." Jonathan berkata dengan enteng.
Itu mamanya, tentu saja natural baginya untuk bertemu dengannya. Tapi mamanya adalah mertuaku, apakah sudah kodratnya untuk ibu mertua tidak rukun dengan menantu perempuannya?
Bahkan jika aku mengeluarkan hatiku untuknya pun, dia tidak akan menerimanya, dalam hatinya mengira aku membunuh nenek, dia membenciku menantunya ini dari lubuk hatinya, sekarang membiarkanku kembali untuk makan malam, tidak perlu menebak, aku sudah tahu apa yang akan dia katakan.
"Nanti malam aku akan menjemputmu, jangan mengenakan kemeja dan celana jeans, pakailah gaun seperti wanita pada umumnya." Jonathan mengingatkan.
"Lagi-lagi mau aku berpura-pura menurut?"
"Demi Bella, mengalahlah sedikit." Sungguh sayang sekali Jonathan Yi tidak menjadi psikologis, dia sungguh pintar sekali memanfaatkan titik lemahku.
Bella ada kelemahanku, sekarang ada di dalam cengkeramannya erat-erat, aku tidak bisa bergerak bebas.
"Baiklah." Aku mengiyakan, dan menutup telepon.
Malam pun tiba,Jonathan datang menjemputku, aku sengaja memilih sebuah gaun panjang satu warna dan menata rambut pendekku sedikit, agar terlihat lebih energetik.
Saat Jonathan melihatku, matanya mengkilat, dan kemudian tersenyum, "Cantik sekali."
Aku menghela nafas panjang, dan berkata: "Tak ada cara lain, siapa yang mebiarkanmu menyuruhku menghadapi masalah paling memusingkan dalam hidupku sedemikian cepat, aku sekarang hanya bisa melangkah tahap demi tahap dan melihat ke depannya."
"Tidak perlu pusing, lihatlah siapa yang datang." Setelah Jonathan Yi berkata, Bella meloncat turun dari mobil, mengenakan sebuah pettiskirt berwarna pink dan memberiku kejutan.
Ketidakbahagiaan dan kekhawatiranku hilang begitu saja, aku membungkuk untuk memeluk dan menciumnya.
"Mengapa kamu membawa Bella ke sini juga?" Aku bertanya dengan kegembiaraan meluap-luap, mataku penuh rasa haru.
"Papa bilang, mau membawa mama pulang, jadi Bella ikut papa." Suara manis dan melengking Bella sungguh membuat tubuh mati rasa.
Aku menatap wajah mungilnya, padat dan putih, saat dicium terasa begitu lembut, semakin membuat ku menyukainya, hingga aku tak rela lagi melepaskannya.
"Hei, cepat masuk mpbil, cium sana cium sini, mau berangkat kapan!" Jonathan Yi berkata kepada kami dengan suara lembut memanjakan, menaikkan alisnya mengingatkan kami.
Aku memperhatikannya akhir-akhir ini sering menaikkan alis, dan berkata: "Setelah ini jangan berbicara sambil menaikkan alis, jika tidak aku akan mencukur habis alismu."
Mendengarnya, Bella tertawa kecil, "Kalau begitu papa akan menjadi Tuan Tanpa Alis?"
Aku terkaget, menatap Bella, "Bella, kamu benar-benar berpengetahuan luas."
"Kemampuan berbahasa Bella sangat kuat, yang terpenting mulutnya manis." Jonathan membanggakan Bella, melangkah maju dan membukakan pintu mobil bagi kami dan menyuruh kami duduk baik-baik.
Saat keluar dari area apartment, aku melihat Stella Lin baru saja pulang kerja, sepertinya dia mengenali mobil Jonathan, dan segera mendekat sambil menundukkan kepalanya.
Sosoknya itu, terlihat seperti tampak seseorang yang terintimidasi selamanya, jika kami tidak kenal satu sama lain, aku akan mengasihani orang seperi ini.
Di dalam mobil, aku terus menerus bercanda tawa dengan Bella, bermain dengan gembira, saat mobil tiba di pintu rumah Yi, senyumku perlahan mulai menguap.
Menghadapi tekanan luar biasa di keluarga Yi ini, aku pun melarikan diri keluar, tapi demi Jonathan, demi Bella aku kembali lagi ke sini.
Pintu mobil terbuka, Jonathan mengulurkan tangan kepadaku, melihat senyum hangatnya, lalu melihat wajah kecil merona Bella dan kedua matanya yang berbinar, aku tahu, aku harus bisa tegar menghadapi tekanan keluarga Yi demi dua orang yang mencintaiku ini.
Aku turun dari mobil, Jonathan memeluk Bella, hatiku terasa begitu berat tapi aku harus menegarkan diri untuk tersenyum, dan berjalan masuk perlahan.
Begitu masuk ke dalam ruang tamu, lampu terlihat begitu terang dengan tak wajar, mataku langsung melihat ibu mertua yang tiga tahun ini tidak kutemui, yang juga dalah mama Jonathan, dia sama dengan tiga tahun yang lalu, tampak elegan dan mulia.
Aku bertatapan mata dengannya sesaat, jelas sekali aku kalah aura, di hadapan mama Jonathan, selamanya aku tidak bisa mengangkat wajahku.
"Ma, Christine sudah pulang." Jonathan berkata ringan.
"Sudah lihat." Mamanya menjawab dengan sangat datar sambil melihatku, tidak banyak berbicara.
Bella menlangkah maju, dan menarik tangannya dengan gemetar, dan bertanya: "Nenek, mama sudah pulang, nenek tidak senang?"
Mama Jonathan yang mendengar perkataan cucu perempuannya, masih tetap melotot ke arahku dengan dingin, dan menyahutnya dengan lembut: "Senang, cucu senang, nenek juga senang."
Seusai berkata begitu, dia menggandengn tangan Bella dengan lembut, dan perlahan membawanya ke meja makan, kemudian duduk di kursi utama.
Jonathan melangkah maju, menggandeng tangaku yang gemetar, dan berjalan perlahan. Jonathan menarikkan kursi untukku, dan setelah duduk, kesunyian yang aneh menyelimuti ruangan.
Meja penuh dengan makanan, aku bisa merasakan tatapan tajam mama Jonathan kepadaku, bisa dikatakan, ini adalah ekspresi nya ketika dia mendengar kabar tentang kepulanganku.
Akut idak tahu bagaimana menghabiskan makanan di depanku, tapi, tanpa berkata apa pun, aku menunduk dan makan saja itu lebih baik.
Setelah selesai makan malam, Bella bermain-main dan bercana dengan Jonathan di halaman luar, aku berdiri di ujung memandang mereka dengan bahagia, saat ini seorang pembantu datang mendekatiku dan berbisik di telingaku: "Nyonya besar menyuruh anda untuk naik menemuinya."
Sebearnya aku tahu cepat atau lambat aku harus menghadapinya secara pribadi, tadi di meja makan,dia sudah berbaik hati menyelamatkan wajahku, dan juga sudah bersabar, setelah ini pasti akan terdengar suara tidak enak.
Aku meliihat Jonathan dan Bella yang bermain dengan riang, dan pergi perlahan, langsung mengikuti pembantu itu melewati ruang tamu dan naik ke atas.
Aku menatap punggung pembantu itu dan bertanya: "Bibi Lee kemana, mengapa malam ini aku tidak melihatnya?"
"Tidak ada yang bernama Bibi Lee di rumah keluarga Yi, aku masuk agak terlambat, jadi banyak hal yang tidak aku ketahui." Setelah jawaban sopan pembantu itu, aku dibawa ke kamar yang sebelumnya adalah milik nenek, kemudian dia mempersilahkanku untuk masuk.
Aku mengangguk, dan dia pun pergi.
Aku mengetuk pintu, dan berjalan masuk perlahan, ornamen dan bentuk kamar itu sama persis dengan kamar nenek tiga tahun yang lalu, spseti tidak ada perubahan sama sekali.
Dan melihat mama Jonathan berlutut di depan sebuha patuh Buddha, mendengarku masuk, dia perlahan bangkit berdiri, membersihkan debu abu yang melekat di lututnya, kemudian kedua matanya menatap wajahku dengan tajam.
"Saat kamu masuk ke kamar nenek, apa kamu ada rasa bersalah?" Kata-kata dingin mama Jonathan mengiang.
Begitu mendengarnya, aku tahu, kebenciannya sudah begitu mendalam,dengan kata lain dalam hatinya dia sudah memvonis hukuman untukku sebagai pembunuh, begitu mendengar aku telah kembali, dia membenciku hingga ingin menghancurkanku.
"Mengapa aku harus merasa bersalah, kematian nenek tidak ada hubungannya denganku, aku hidup dengan tenang, tanpa ada sedikit pun rasa bersalah." Aku menjawab dengan jujur.
"Sampai sekarang kamu masih membungkam mulutmu." Mama Jonathan menatapku dengan putus asa, menggelengkan kepala, "Bagus, sungguh bagus lah, sekarang juga kamu berlutut di depan Buddha dan bersumpahlah, kamu tidak melukai nenek, atau kamu akan mati tersiksa."
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiMr Huo’s Sweetpie
EllyaThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlMy Cold Wedding
MevitaAir Mata Cinta
Bella CiaoUangku Ya Milikku
Raditya DikaAdore You
ElinaLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)