Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 75 Mati Tersiksa

Sean Ding tertawa dingin, melihat ke arah wanita itu dan mencibir: "10 milyar? Kamu bisa saja membuka harga, dan tidak melihat kualitasmu ini, apakah pantas dihargai 10 milyar?"

Perkataan pedas dan dingin Sean DIng membuat Amanda Jiang mendidih, dia menelan ludah dan menyahut: "Beri aku uang, atau beri aku status, jika tidak aku akan mati di pintu perusahaanmu, biar semua orang di kota F melihat pecundang sepertimu."

"Terserah kamu." Sean Ding menanggapi perasaan Amanda Jiang dengan acuh tak acuh, melangkah maju untuk menggandengku, dan bersiap untuk mengantarku pergi.

Aku menghentikan langkahku, menatap Sean Ding dengan terkejut, "Tuan Ding, Amanda Jiang beberapa kali menemanimu tidur, dia juga termasuk wanitamu, bagaimana kamu bisa begitu dingin terhadapnya?"

"Kalau tidak mau bagaimana, dia sendiri yang mencari masalah." Mata dingin Sean Ding memelototi Amanda Jiang yang bercucuran air mata, "Selama hidupku ini aku paling membenci dimanfaatkan oleh wanita."

Kata-kata ini terdengar tidak asing, pertama kalinya aku bertemu dengan Jonathan, dia juga mengatakan hal yang serupa, apakah semua pria merasa tabu untuk dieksploitasi?

"Memanfaatkan lalu kenapa, sekarang dia sudah hamil, bahkan sedikit perhatian atau senyum kecil darimu bisa dia rasakan, seperti hewan buas."

"Kamu mau pergi atau tidak?" Sean Ding tampak dingin dan bertanya kepadaku degnan nada mengancam.

"Tidak, mengapa aku harus membiarkanmu mengantarku." Aku sudah tidak memikirkan Sean Ding yang mempertaruhkan segalanya untukku tadi, aku lebih memilih untuk berdiri bersama dengan Amanda Jiang, wanita harus berdiri di sisi wanita lainnya, jika tidak siapa yang akan membela kaum wanita.

Sean Ding menghempaskan tanganku, dan segera naik ke mobil kemudian melaju pergi.

Amanda Jiang yang melihatnya pergi. merasa seluruh tubuhnya lemas tak bertenaga, sesaat kemudian dia jatuh terduduk di lantai yang dingin, air mata nya tak berhenti mengalir. Aku meletakkan barang-barang ku, melangkah maju, dan memapahnya sambil menghiburnya: "Jangan sedih, kamu juga sudah melihatnya sendiri, Sean Ding adalah seorang bajingan yang tidak mengerti akan cinta, kamu sedih untuk pria seperi dia, itu sama sekali tidak layak."

"Sebenarnya yang pertama kali kulihat adalah dia orang kaya, ditambah dengan perawakan tampannya, humoris, barulah aku berinisiatif mengejarnya." Amanda Jiang membeberkannya kepadaku dengan jujur, "Aku jatuh cinta kepada hartanya dulu, lalu baru padanya, tapi akhirnya saat aku benar-benar sepenuhnya jatuh cinta kepadanya, aku kehilangan segalanya."

Aku merengkuh Amanda Jiang dengan sediih, wanita memang mahluk yang lemah, berkorban segalanya untuk cinta, dan pada akhirnya yang selalu disakiti juga adalah pihak wanita.

Setelah aku mengantar Amanda Jiang pulang ke apartment, dan menghiburnya sampai dia tertidur, aku keluar dari kamar diam-diam, melihat apartment tiga wanita yang menyenangkan di masa lalu ini, sekarang begitu sunyi, membuat perasaan menjadi tidak enak.

Persahabatan kami bertiga sudah ada keretakan, dan tidak akan pernah kembali seperti sediakala.

Aku ingin menelepon Jonathan, lalu berkata kepada diriku sendiri, aku tidak berhasil melakukan sesuatu, melakukan apa pun tidak pernah berhasil, semua itu karena emosi ku, seharusnya aku belajar dari peran-peran wanita utama di dalam drama, baik hati, sabar, mau mengalah, dengan begitu semua masalah pasti akan terselesaikan.

Mengapa aku tidak bisa mengalah, aku hanya harus menundukkan kepala kepada Stella Lin, aku bisa lanjut bekerja di perusahaan.

Tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa hidup tanpa martabat, bahkan jika hanya memiliki sedikit martabat aku pun harus bisa mempertahankannya.

Ponselku berdering, Jonathan meneleponku.

Aku mengangkat telepon itu dan menyapa lemah, lalu mendengar suara manis Bella dari ujung telepon, suasana hatiku yang tadinya buruk, seketika menjadi riang.

"Mama ada dimana? Bella kangen."

"Mama juga kangen Bella, sekarang mama punya banyak sekali waktu luang untuk menemani Bella, senang tidak?" Setelah mengutarakan rasa bersalahku, hidungku terasa pedih, aku segera menutup mulutku dengan tangan, tidak membiarkan air mataku menetes.

"Senang." Setelah Bella berkata demikian, suara di ujung telepon berganti menjadi suara Jonathan, "Mama mengizinkanmu kembali ke rumah Yi, malam ini makan bersama."

Aku terbelalak kaget, "Kamu sudah memberitahu mama semua tentang kita?"

"Apa yang harus dihadapi juga pasti akan dihadapi." Jonathan berkata dengan enteng.

Itu mamanya, tentu saja natural baginya untuk bertemu dengannya. Tapi mamanya adalah mertuaku, apakah sudah kodratnya untuk ibu mertua tidak rukun dengan menantu perempuannya?

Bahkan jika aku mengeluarkan hatiku untuknya pun, dia tidak akan menerimanya, dalam hatinya mengira aku membunuh nenek, dia membenciku menantunya ini dari lubuk hatinya, sekarang membiarkanku kembali untuk makan malam, tidak perlu menebak, aku sudah tahu apa yang akan dia katakan.

"Nanti malam aku akan menjemputmu, jangan mengenakan kemeja dan celana jeans, pakailah gaun seperti wanita pada umumnya." Jonathan mengingatkan.

"Lagi-lagi mau aku berpura-pura menurut?"

"Demi Bella, mengalahlah sedikit." Sungguh sayang sekali Jonathan Yi tidak menjadi psikologis, dia sungguh pintar sekali memanfaatkan titik lemahku.

Bella ada kelemahanku, sekarang ada di dalam cengkeramannya erat-erat, aku tidak bisa bergerak bebas.

"Baiklah." Aku mengiyakan, dan menutup telepon.

Malam pun tiba,Jonathan datang menjemputku, aku sengaja memilih sebuah gaun panjang satu warna dan menata rambut pendekku sedikit, agar terlihat lebih energetik.

Saat Jonathan melihatku, matanya mengkilat, dan kemudian tersenyum, "Cantik sekali."

Aku menghela nafas panjang, dan berkata: "Tak ada cara lain, siapa yang mebiarkanmu menyuruhku menghadapi masalah paling memusingkan dalam hidupku sedemikian cepat, aku sekarang hanya bisa melangkah tahap demi tahap dan melihat ke depannya."

"Tidak perlu pusing, lihatlah siapa yang datang." Setelah Jonathan Yi berkata, Bella meloncat turun dari mobil, mengenakan sebuah pettiskirt berwarna pink dan memberiku kejutan.

Ketidakbahagiaan dan kekhawatiranku hilang begitu saja, aku membungkuk untuk memeluk dan menciumnya.

"Mengapa kamu membawa Bella ke sini juga?" Aku bertanya dengan kegembiaraan meluap-luap, mataku penuh rasa haru.

"Papa bilang, mau membawa mama pulang, jadi Bella ikut papa." Suara manis dan melengking Bella sungguh membuat tubuh mati rasa.

Aku menatap wajah mungilnya, padat dan putih, saat dicium terasa begitu lembut, semakin membuat ku menyukainya, hingga aku tak rela lagi melepaskannya.

"Hei, cepat masuk mpbil, cium sana cium sini, mau berangkat kapan!" Jonathan Yi berkata kepada kami dengan suara lembut memanjakan, menaikkan alisnya mengingatkan kami.

Aku memperhatikannya akhir-akhir ini sering menaikkan alis, dan berkata: "Setelah ini jangan berbicara sambil menaikkan alis, jika tidak aku akan mencukur habis alismu."

Mendengarnya, Bella tertawa kecil, "Kalau begitu papa akan menjadi Tuan Tanpa Alis?"

Aku terkaget, menatap Bella, "Bella, kamu benar-benar berpengetahuan luas."

"Kemampuan berbahasa Bella sangat kuat, yang terpenting mulutnya manis." Jonathan membanggakan Bella, melangkah maju dan membukakan pintu mobil bagi kami dan menyuruh kami duduk baik-baik.

Saat keluar dari area apartment, aku melihat Stella Lin baru saja pulang kerja, sepertinya dia mengenali mobil Jonathan, dan segera mendekat sambil menundukkan kepalanya.

Sosoknya itu, terlihat seperti tampak seseorang yang terintimidasi selamanya, jika kami tidak kenal satu sama lain, aku akan mengasihani orang seperi ini.

Di dalam mobil, aku terus menerus bercanda tawa dengan Bella, bermain dengan gembira, saat mobil tiba di pintu rumah Yi, senyumku perlahan mulai menguap.

Menghadapi tekanan luar biasa di keluarga Yi ini, aku pun melarikan diri keluar, tapi demi Jonathan, demi Bella aku kembali lagi ke sini.

Pintu mobil terbuka, Jonathan mengulurkan tangan kepadaku, melihat senyum hangatnya, lalu melihat wajah kecil merona Bella dan kedua matanya yang berbinar, aku tahu, aku harus bisa tegar menghadapi tekanan keluarga Yi demi dua orang yang mencintaiku ini.

Aku turun dari mobil, Jonathan memeluk Bella, hatiku terasa begitu berat tapi aku harus menegarkan diri untuk tersenyum, dan berjalan masuk perlahan.

Begitu masuk ke dalam ruang tamu, lampu terlihat begitu terang dengan tak wajar, mataku langsung melihat ibu mertua yang tiga tahun ini tidak kutemui, yang juga dalah mama Jonathan, dia sama dengan tiga tahun yang lalu, tampak elegan dan mulia.

Aku bertatapan mata dengannya sesaat, jelas sekali aku kalah aura, di hadapan mama Jonathan, selamanya aku tidak bisa mengangkat wajahku.

"Ma, Christine sudah pulang." Jonathan berkata ringan.

"Sudah lihat." Mamanya menjawab dengan sangat datar sambil melihatku, tidak banyak berbicara.

Bella menlangkah maju, dan menarik tangannya dengan gemetar, dan bertanya: "Nenek, mama sudah pulang, nenek tidak senang?"

Mama Jonathan yang mendengar perkataan cucu perempuannya, masih tetap melotot ke arahku dengan dingin, dan menyahutnya dengan lembut: "Senang, cucu senang, nenek juga senang."

Seusai berkata begitu, dia menggandengn tangan Bella dengan lembut, dan perlahan membawanya ke meja makan, kemudian duduk di kursi utama.

Jonathan melangkah maju, menggandeng tangaku yang gemetar, dan berjalan perlahan. Jonathan menarikkan kursi untukku, dan setelah duduk, kesunyian yang aneh menyelimuti ruangan.

Meja penuh dengan makanan, aku bisa merasakan tatapan tajam mama Jonathan kepadaku, bisa dikatakan, ini adalah ekspresi nya ketika dia mendengar kabar tentang kepulanganku.

Akut idak tahu bagaimana menghabiskan makanan di depanku, tapi, tanpa berkata apa pun, aku menunduk dan makan saja itu lebih baik.

Setelah selesai makan malam, Bella bermain-main dan bercana dengan Jonathan di halaman luar, aku berdiri di ujung memandang mereka dengan bahagia, saat ini seorang pembantu datang mendekatiku dan berbisik di telingaku: "Nyonya besar menyuruh anda untuk naik menemuinya."

Sebearnya aku tahu cepat atau lambat aku harus menghadapinya secara pribadi, tadi di meja makan,dia sudah berbaik hati menyelamatkan wajahku, dan juga sudah bersabar, setelah ini pasti akan terdengar suara tidak enak.

Aku meliihat Jonathan dan Bella yang bermain dengan riang, dan pergi perlahan, langsung mengikuti pembantu itu melewati ruang tamu dan naik ke atas.

Aku menatap punggung pembantu itu dan bertanya: "Bibi Lee kemana, mengapa malam ini aku tidak melihatnya?"

"Tidak ada yang bernama Bibi Lee di rumah keluarga Yi, aku masuk agak terlambat, jadi banyak hal yang tidak aku ketahui." Setelah jawaban sopan pembantu itu, aku dibawa ke kamar yang sebelumnya adalah milik nenek, kemudian dia mempersilahkanku untuk masuk.

Aku mengangguk, dan dia pun pergi.

Aku mengetuk pintu, dan berjalan masuk perlahan, ornamen dan bentuk kamar itu sama persis dengan kamar nenek tiga tahun yang lalu, spseti tidak ada perubahan sama sekali.

Dan melihat mama Jonathan berlutut di depan sebuha patuh Buddha, mendengarku masuk, dia perlahan bangkit berdiri, membersihkan debu abu yang melekat di lututnya, kemudian kedua matanya menatap wajahku dengan tajam.

"Saat kamu masuk ke kamar nenek, apa kamu ada rasa bersalah?" Kata-kata dingin mama Jonathan mengiang.

Begitu mendengarnya, aku tahu, kebenciannya sudah begitu mendalam,dengan kata lain dalam hatinya dia sudah memvonis hukuman untukku sebagai pembunuh, begitu mendengar aku telah kembali, dia membenciku hingga ingin menghancurkanku.

"Mengapa aku harus merasa bersalah, kematian nenek tidak ada hubungannya denganku, aku hidup dengan tenang, tanpa ada sedikit pun rasa bersalah." Aku menjawab dengan jujur.

"Sampai sekarang kamu masih membungkam mulutmu." Mama Jonathan menatapku dengan putus asa, menggelengkan kepala, "Bagus, sungguh bagus lah, sekarang juga kamu berlutut di depan Buddha dan bersumpahlah, kamu tidak melukai nenek, atau kamu akan mati tersiksa."

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu