Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
Jonathan berjalan mendekat dan menghentikan langkahku.
"Kenapa kamu bisa disini?" tanyanya sambil menatapku dengan dingin. Aku menundukkan kepalaku, aku tidak memiliki keberanian untuk memandangnya, aku ingin dia cepat-cepat melepaskan tangannya dariku. Aku tidak ingin terlihat seperti orang menyedihkan yang muncul di hadapannya.
"Jonathan, siapa disana?" Nenek Jonathan muncul, berjalan kemari dengan bantuan seorang wanita paruh baya. Ketika dia melihatku, ada perubahan drastis di raut wajahnya.
"Siapa perempuan ini?" Nenek Jonathan berpura-pura tidak mengenalku, sudut matanya memicing, menatapku dengan tajam selama beberapa saat sampai dia memalingkan wajahnya dariku, mungkin dia takut terlihat orang lain.
"Tidak kenal, salah orang." ujar Jonathan sembari melepaskan pegangannya dariku. Kata-katanya terasa begitu menyakitkan di hati, sampai-sampai aku tidak bisa bernafas. Tiba-tiba, aku merasakan sakit di pelipisku, aku berjalan menjauh dari Jonathan.
Jonathan membawa neneknya kembali masuk ke rumah sakit, Melihat bayangan tubuhnya dari belakang, aku tak kuasa menahan air mataku, aku hanya bisa menangis dalam kesepian ini, perasaanku seperti mati rasa.
Aku akhirnya mengerti mengapa anak itu meninggalkanku, karena perasaan cinta Jonathan padaku sudah berakhir.
Aku berusaha menghibur diriku sendiri, aku sampai dibuat tersenyum pahit olehnya. Pikirku, tidak ada yang perlu ditangisi, bukankah seperti ini lebih baik? Mulai seterusnya, kami akan menjalani kehidupan kami masing-masing, tidak akan ada lagi pertengkaran diantara kita.
Meskipun aku berpikir seperti ini, hatiku terasa sakit bukan main.
Sekembalinya aku ke kamar, aku melihat pesan yang dikirim oleh Jonathan. Dia memintaku untuk pergi ke atap untuk menemuinya, sekarang juga.
Aku melirik waktu yang tertera di layar ponselku, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam.
Lampu-lampu di kamar sudah dimatikan, lampu-lampu di koridor yang membimbingku berjalan, aku perlahan menaiki tangga dan sampai di atap,
Suasana di atap terasa suram dan gelap, hanya terlihat cahaya dari lampu-lampu jalanan nun jauh disana.
Aku dengan hati-hati berjalan mengelilingi atap, menertawakan kebodohanku sendiri. Untuk apa aku mendengarkannya? Pergi ke atap tengah malam begini, kalau tidak hati-hati pasti jatuh. Bisa-bisa besok ada berita tentang seorang model yang bunuh diri karena tidak tahan dengan segala kepahitan hidupnya dan tidak kuat menghadapi perceraian.
Aku melihat sekelilingku, angin malam terasa menusuk di tulang. Aku menyilangkan lengan di tubuhku agar terasa hangat.
Tiba-tiba, seseorang memelukku dari belakang. Aku merasa hangat, aku tahu siapa orang itu, Jonathan...... Wangi parfumnya yang begitu khas terasa familiar di hidungku.
Wajahnya begitu dekat dengan telingaku. Aku mendengarnya berbisik : "Kembalilah ke sisiku."
Aku tidak dapat berkata apa-apa, perasaanku campur aduk tidak karuan. Bagaimana dengan kata-kata menyakitkan tadi? Aku tidak berusaha melepaskan pelukannya, aku membiarkannya memelukku dengan tenang. Aku ingin kehangatan ini bertahan sebentar lagi...
Aku merasa, Tuhan sepertinya sedang mengujiku. Untuk apa dia mempertemukanku kembali dengan Jonathan di rumah sakit ini?
"Kenapa diam saja?" ujar Jonathan dengan dingin, dia melepaskan pelukannya. Dia menunduk dan menatapku.
Rambutku terlihat acak-acakan tertiup angin, Jonathan membantu merapikan rambutku. Aku mengangkat kepalaku dan melihat wajahnya, dia tersenyum tipis, lalu berkata : "Kebetulan sekali. Aku tanya, kenapa kamu berada di sini? Sakit?"
"Tidak." jawabku sembari menggelengkan kepala.
"Kamu selalu saja menyembunyikan masalah dariku." ujar Jonathan. Dia melepaskanku dan dengan marah membalikkan badannya. Aku berdiri mematung, menatap punggungnya yang lebar.
"Kamu sendiri kenapa disini? Nenekmu sakit?" mendengar pertanyaanku, Jonathan berbalik dan menatapku dengan pandangan keheranan.
"Bagaimana kamu bisa mengetahui nenekku? Sepertinya aku belum pernah mengenalkannya padamu. Kamu sudah pernah bertemu dengan nenekku?"
Kata-kata Jonathan membuatku tidak habis pikir. Aku memang bodoh. Aku selalu berhati-hati di hadapannya, tetapi selalu ada celah. Rasanya aku ingin mengubur diriku saja.
"Tidak, tidak. Orang tua dibawah itu tadi nenekmu kah? Aku hanya menebak-nebak." jawabku.
"Oh ya? Kalau begitu, coba tebak apa isi hatiku sekarang?"
Aku diam-diam menatapnya, dia berjalan perlahan mendekatiku, aku pun mundur perlahan, kemudian aku terjatuh karena lantai semen yang tidak rata. Jonathan dengan sigap menangkapku.
Aku memang menginginkan pelukannya, aku ingin menangis di pelukannya mengingat betapa sakitnya luka yang ditinggalkan setelah kehilangan bayi itu, tetapi semua kata-kata itu cukup kusimpan di hati.
"Aku mau turun." kataku sembari berusaha melepaskan tangannya di pergelangan tanganku, Jonathan menatapku lekat-lekat.
"Apa yang sedang kamu sembunyikan?" tanya Jonathan dengan curiga, tatapannya tajam.
"Tidak ada yang kusembunyikan. Aku tidak menyukaimu, puas?"
"Lalu kenapa masih mau menemuiku disini?" Jonathan semakin keras mencengkeram pergelangan tanganku.
"Itu......" Jawabanku yang sebenarnya adalah: aku ingin menemuinya. Tetapi aku tidak bisa mengatakannya.
"Karena aku takut ada yang mau lompat ke bawah, Malam ini anginnya kencang sekali, bisa-bisa ada yang tertiup angin lalu dicurigai bunuh diri. Kamu ini presiden PT. Weiss, jangan datang ke tempat seperti ini lagi." lanjutku mencari-cari alasan.
"Sepertinya aku belum cukup mengerti perempuan, apalagi perempuan sepertimu." ujar Jonathan sembari tersenyum dingin.
Mulutku terkunci rapat, aku tidak dapat berkata-kata lagi. Melihat senyumannya, melihat bayangan tubuhnya, air mataku mengalir, namun angin sudah menghapusnya sebelum air mataku jatuh.
Aku turun dan kembali ke kamar. Malam itu, aku tidak bisa tidur sama sekali. Aku terus mengingat Jonathan......Wajahnya, senyumannya, kata-kata terakhirnya......
Keesokan harinya, pagi hari.
Aku mengangkat telepon dari mama, dia menanyakan keberadaanku. Aku tahu aku tidak bisa membohonginya, aku langsung memberitahunya kalau aku sedang di rumah sakit.
Mendengar aku di rumah sakit, mama langsung naik motor menuju kesini. Dia membawakanku bubur dan beberapa sayur-sayuran untukku. Tetapi, begitu dia mendengar kata dokter kalau aku hamil anggur, emosi mama langsung tidak terkendali.
Mama menunjuk-nunjuk kepalaku, aku dimaki habis-habisan olehnya. Dia bilang ingin menuntut pertanggung jawaban Ardy, serta menuntut biaya rumah sakit. Setelah kuberi tahu kalau anak ini bukan anak Ardy, baru dia tenang.
"Anak siapa ini? Tidak mungkin tiba-tiba jatuh dari langit kan?" tanya mama sambil menatapku tajam.
"Ini bukan anak selingkuhanmu kan? Apa ketahuan oleh Ardy makanya dia menceraikanmu?"
"Ma, sudahlah. Anak ini sudah tidak ada, dia anak siapa sudah tidak penting lagi." kataku sambil menyandarkan tubuhku yang lelah di ranjang rumah sakit, mataku terasa berat.
"Ini anak pertamamu. Mama harus tanya dokter, apa akan ada efek untuk ke depannya." Sebelum aku bisa menghentikannya, mama sudah pergi keluar ruangan.
Yah, begitulah sifat mamaku. Dia tidak akan tenang sampai semuanya jelas. Tidak lama kemudian, dia kembali dan memberitahuku:
"Mama sudah tanya dokter, nanti kamu akan dikasih obat. Makannya cuma boleh 1 tablet, kalau makan 2, kamu tidak akan bisa hamil lagi."
"Iya, tahu." Jawabku tanpa ekspresi.
Sekitar jam 10, suster mulai membagikan obat, dokter memberikanku tiga tablet obat untuk mengeluarkan janin di perutku. Sehabis makan siang 1 tablet, kalau janin tidak keluar, 1 tablet lagi besok, kalau janin masih tidak keluar, lusa 1 tablet lagi, dan kalau janin masih belum keluar juga, harus dilakukan operasi.
Aku mengangguk mendengar penjelasan dari suster. Ketika aku menerima obat itu, ada pikiran yang berkecamuk di dalam kepalaku. Haruskah aku minum obat ini? Bagaimana kalau ternyata dokter salah? Bagaimana kalau ternyata anakku masih hidup?
Aku masih memiliki sedikit harapan, aku berharap kalau itu kesalahan diagnosis rumah sakit, tetapi kalau itu bukan kesalahan diagnosis, semakin lama anak ini berada di perutku, semakin besar bahaya bagiku.
"Sedang mikir apa kamu?" tanya mama. Mama mengernyitkan dahinya sembari memasukkan obat itu ke mulutku.
Efek obat itu baru terasa pada sore harinya, perutku mulai terasa sedikit sakit. Aku disarankan untuk banyak jalan, supaya janinnya keluar dengan mudah.
Keluar dengan mudah? Siapa yang tega membuang anak sendiri seperti itu? Pikiran demi pikiran berkecamuk di dalam pikiranku, aku tersenyum kecut.
Aku berjalan keluar dari kamar, aku tidak menggunakan lift, aku naik tangga demi tangga sampai tiba di atap.
Aku menyaksikan cahaya matahari yang perlahan terbenam, digantikan oleh langit malam. Rasa sakit di perutku juga terasa semakin intens, seperti ada yang bergerak di dalamnya. Aku terus berjalan mengelilingi atap, air mata jatuh membasahi pipiku, aku tahu, anak di perutku akan segera meninggalkan tubuhku.
Rasa sakit yang kurasakan, pasti dirasakan juga oleh anakku. Tetapi aku tidak berdaya, aku tidak bisa memilikinya.
Sepertinya anak ini sudah tidak sabar untuk keluar dari tubuhku, aku merasakan sesuatu yang basah keluar dari tubuh bagian bawahku, darah segar mengalir ke pahaku, aku tidak berani melihatnya. Aku berusaha fokus melihat ke depan saja.
Pandanganku menjadi sedikit buyar, tetapi kemudian aku melihat bayangan Jonathan.
Kenapa dia disini?
Aku berusaha melontarkan senyum kepadanya, dia sedang berjalan ke arahku. Setelah itu, aku jatuh di pelukannya yang hangat. Samar-samar, aku bisa mendengar suaranya yang memanggil-manggil namaku.
Aku tidak mengerti apa yang baru saja kualami. Ketika aku siuman, aku sudah kembali ke kamar dan melihat mama yang menatapku dengan sedih.
"Aku kenapa?" tanyaku masih setengah sadar, bibirku terasa kering sekali.
'Kamu pingsan di atap. Kalau saja bukan karena orang baik itu yang sudah membawamu turun, pasti kamu sudah mati kehabisan darah!" Mama terdengar marah dan khawatir pada saat yang bersamaan, dia sedikit memukul lenganku.
Orang baik? Jangan-jangan...... Jonathan? Apa dia tahu kalau aku keguguran?
Novel Terkait
Angin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeWahai Hati
JavAliusThis Isn't Love
YuyuDiamond Lover
LenaThat Night
Star AngelIstri Yang Sombong
JessicaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)