Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 35 Perpisahan
"Om, ayahku dari Italia membawakan souvenir, dia mengatakan om akan suka, memintaku memberikannya kepadamu."
Cynthia tersenyum manis, lalu dengan anggun memberikan sebungkus souvenir itu kepada papa Yoga.
"Ayahmu kok repot-repot." Papa Yoga dengan senang menerima souvenir itu.
Aku berdiri dalam diam di sampingnya, menundukkan kepala, sorotan dingin Jonathan terarah padaku, beberapa hari ini kami tidak ada komunikasi, aku tidak tahu hubungannya dengan Cynthia sudah sedekat apa.
Sedangkan aku, menuruti kata-kata Cynthia... menikah dengan seseorang.
"Oh iya, Cynthia, sini, tante kenalkan pacarnya Yoga." Mama Yoga memanggilnya kemari, Cynthia berjalan dengan anggun, sembari membuang sebuah senyum penuh keberhasilan padaku.
"Christine, kenalkan ini Cynthia, calon suaminya, Jonathan." Mama Yoga mengenalkan mereka padaku.
Calon suami? Aku tertawa pahit dalam hati, lalu mengangkat kepalaku, mengawasi Cynthia, pandangan mata kami bertemu di udara, hanya kami berdua yang mengerti makna dari pandangan itu, bagaimana dia sudah dengan paksa memisahkanku dengan Jonathan. Wanita jalang ini hanya menunjukan keanggunan, kemolekan, dan kecantikannya pada para darah biru.
Ketika aku menarik kembali tanganku, seketika tangan Cynthia terasa berat, seakan sedang menahanku, membuatku tertegun memandang senyum aneh terukir di sudut mulutnya.
Wanita jahat ini sedang punya rencana jahat apa lagi? Perasaan was-was itu muncul tiba-tiba dari kaki terus menuju dada, aku merasa ketakutan, sampai Yoga datang dan menarikku duduk di sebelahnya.
Orang tua Yoga dengan penuh semangat memberi kami ruang untuk berduaan, kami berdua pun masuk ke dalam villa.
Di dalam, aku, Jonathan, dan Cynthia bertiga masuk dalam peperangan lirikan, sedangkan Yoga dengan asik membincangkan masa depanku dengannya.
Semua rencana masa depannya itu dirancangnya sendiri, aku tidak merasa diriku adalah wanita di rancangan masa depannya itu, sebaliknya, semakin dia berceloteh tentang masa depannya, aku semakin merasa terbenam dalam dunia egoisku sendiri.
Aku jelas-jelas tidak mencintai Yoga, tapi aku mengenakan cincinnya di jari manisku, ketika ditemukan dengan orangtuanya pun, aku juga merasa sama canggungnya ketika aku bertemu dengan Yoga.
Sedangkan Jonathan, dia tak henti-hentinya menatapku dengan pandangan yang campur aduk, hanya ketika berbincang dengan Yoga saja pandangan dia beralih.
Aku bangkit berdiri tiba-tiba, mereka bertiga terkejut melihatku.
Yoga menarik tanganku, bertanya, "Ada apa?"
"Aku ingin pergi ke toilet sebentar." Belum sempat dia menanggapi, aku sudah berjalan pergi.
Duduk di sana tadi benar-benar penuh tekanan, sangat tidak nyaman. Jelas-jelas saling kenal, tapi harus berpura-pura tidak kenal, jelas-jelas mencintai Jonathan, tapi malah bersama Yoga... Aku khawatir kalau aku duduk terlalu lama disana aku bisa menjadi gila.
Aku secepat mungkin melangkah masuk ke dalam toilet dan bersembunyi disana, aku membuka kran air di depanku, dan dengan segenap hati aku membasuh wajahku. Namun saat air dingin itu mengenai kulit wajahku, alih-alih merasa dingin, hatiku semakin panas, tak sanggup untuk mengusir bayangan Jonathan yang terus melekat di sana.
Aku menatap bayangan serigala betina itu di cermin, lalu merasa geli. Christine, Christine... Akui saja, kamu tidak akan mampu melakukan seperti yang Jonathan lakukan, membalut dan memendam perasaannya, seakan tak punya beban hidup.
Aku adalah orang yang tidak bisa menyembunyikan wajahku dari apa yang aku rasa, aku merasa cemburu karena Cynthia akhirnya berhasil menjadi calon istri Jonathan, sedangkan aku, harus dengan terpaksa mematikan perasaan yang ada, berpura-pura semua seakan baik-baik saja, dan menjadi calon istri Yoga.
Aku tidak mau menjadi calon istri Yoga, aku tidak pernah membayangkan hidup berdua bersamanya, dia bagiku hanyalah seorang teman. Tidak ada di antara kami sebuah perasaan yang lebih dalam daripada itu.
Air mata kesedihan mulai mengalir membasahi pipi, aku dengan segera membasuh wajahku dengan air lagi.
Setelah menenangkan diri begitu lama, aku baru bisa mengendalikan ombak perasaan yang menderu-deru dalam hatiku. Saat keluar dari toilet, aku dikejutkan oleh Jonathan yang sedang berdiri di luar toilet, dia berjalan terlebih dahulu, lalu masuk ke toilet dan menutup pintu.
Aku melangkah mundur dengan gentar, di kamar mandi yang sempit itu, pandangan kami masing-masing jatuh pada sesuatu yang paling diinginkan hati masing-masing di dunia ini.
Aku menunduk, mataku menyapu ke segala arah...
Jonathan mendekat, menjepitku di antara dia dan tembok di belakangku, lalu dengan suara rendah bertanya padaku, "Kamu benar-benar sudah bisa menerima Yoga?"
Aku menelan ludah, tidak berani menatap sorotan mata yang tajam dan dingin itu, lalu dengan terpaksa menjawab, "Betul, aku sudah menerimanya, sama seperti kamu yang sudah menerima Cynthia."
Begitu mengucapkan itu, aku langsung menyadari ada sedikit nada cemburu, mataku kembali menyapu ruangan dengan liar, tapi tanpa sengaja pandangan mataku bertemu dengan pandangan matanya.
Aku menyambut pandangan matanya, "Aku baru saja salah bicara, bukan kamu yang sudah menerima Cynthia, tapi kalian berdua memang seharusnya bersama, hanya saja aku yang terlalu bodoh, baru bisa mempercayai mulut manismu, aku......"
Aku belum selesai bicara, Jonathan sudah menempelkan erat-erat bibirnya ke bibirku.
Aku ingin mendorongnya menjauh, tapi kedua tanganku dicengkramnya erat-erat pada tembok toilet, ciumannya yang sangat bertenaga membuatku tak sanggup untuk membuka mulut meneruskan kalimatku.
Setelah aku menyadari perlawananku sia-sia, aku berhenti meronta, membiarkannya melakukan apa yang dia mau, melihatku berhenti memberikan perlawanan, dia merasa aneh, bibirnya perlahan menjauh, aku bisa merasakan napasnya yang panas terengah-engah.
"Jonathan, ini semua ada artinya?" Sudut mataku memerah, memandang matanya yang dalam.
"Kenapa kamu terima lamaran Yoga?" Jonathan menurunkan suaranya dan bertanya dengan tajam.
"Aku menyukai dia." Aku kembali membelokkan fakta.
"Suka?" Jonathan tertawa dingin, "Suka apanya? Keahlian dia di atas ranjang? Atau teknik mencium yang lebih hebat dari aku?"
Aku tidak bersuara, menanggapi ironi Jonathan.
"Katakan padaku....." Selesai berkata demikian, dia melepaskan tanganku dan mengangkat daguku, membuatku harus menatap pandangan dia yang tajam itu.
"Yoga lebih baik dari padamu dalam segala hal, apa kamu puas dengan jawaban ini?" Aku menjawab dengan menahan nafas, aku dengan jelas merasakan dia memegang daguku dengan penuh tenaga, daguku mulai mati rasa.
"Baiklah." Jonathan melepasku, berjalan mundur, lalu memelototiku, "Mulai hari ini, setelah aku melangkah keluar dari pintu itu, Christine, nama ini di dalam hidupku tidak berarti apa-apa."
Aku menggigit kuat-kuat bibirku, tubuhku bergetar hebat, menahan diri untuk tidak menangis.
Ketika melihatnya membalikkan badan akan melangkah keluar, aku hampir saja memanggil namanya, tapi nama Jonathan itu seakan tertahan terjepit di tenggorokan, tidak bisa keluar dari mulutku.
Aku melihatnya membuka pintu, lalu keluar dan menutup pintu dengan keras.
Aku merasa kakiku lemas, aku terjatuh terduduk di lantai, air mata yang sudah mengumpul itu tak kuasa ku tahan lagi, butir demi butir mulai berjatuhan. Aku, Christine, tidak boleh berhati lemah lagi, aku selamanya tidak akan mampu melawan Cynthia, demi cinta yang tidak adil ini aku sudah melibatkan keluargaku, rasanya tak pantas aku meneruskannya, aku menyerah...
Jonathan, aku mencintaimu....
Cinta ini akan selamanya kukubur di hatiku yang terdalam, kita berdua tidak pernah dengan jujur mengungkapkan perasaan masing-masing, sampai saat ini aku bahkan tidak tahu apakah Jonathan benar-benar mencintaiku atau dia hanya sekedar mencintai tubuh ini.
Perasaannya persis seperti orangnya, selamanya akan menjadi sebuah misteri.
Aku tidak tahu sudah duduk disana berapa lama, sampai kudengar ada ketukan lembut di pintu, lalu aku dengar suara Yoga dari luar toilet, aku tersadar dari lamunanku, aku bangkit berdiri, dan meraih gagang pintu, kemudian menatap Yoga dalam diam.
"Kamu kenapa?" Yoga menjulurkan tangannya menyentuh sudut mataku, dia pastinya tahu aku baru saja menangis, itu terlihat sangat jelas.
"Aku sedikit tidak enak badan, aku ingin pulang." Setelah berkata demikian, Yoga menggandeng tanganku, lalu mengangguk.
"Apa kamu mau pergi ke kamarku sebentar untuk beristirahat?"
Aku dengan cepat menggelengkan kepala, "Tidak....tidak mau, aku mau pulang saja."
Yoga terasa sedikit canggung, lalu tersenyum kecil, "Baiklah, aku akan mengantarmu pulang."
Dia menggandeng tanganku, masuk ke dalam villa, lalu berpamitan dengan Jonathan dan Cynthia, dia berkata aku sedang tidak enak badan, dan dia ingin mengantarku pulang.
Cynthia dengan sengaja menggoda Yoga dengan berkata dia lebih memperhatikan kekasihnya daripada temannya.
Ketika mobil sudah keluar dari rumah Yoga, aku minta turun dari mobil, dia mengikutiku, lalu menghalangiku, tak rela melepasku, lalu dia menunduk dan berkata, "Christine, aku... aku ingin menciummu."
Aku bengong seketika, aku menatap dia, lalu dengan memaksakan senyum kecil di bibir, berkata, "ndut, beri aku sedikit waktu, ya?"
"Apa kamu masih tidak bisa melupakan lelaki itu?" Yoga menatapku dengan bingung.
Aku tertunduk diam.
Aku mengangkat kepala, terpaku sejenak, melihatnya mendekat, dan menempelkan bibirnya di pipiku dengan cepat, "Masuk sana! Istirahat baik-baik, aku akan memberimu waktu untuk melupakan lelaki itu."
Selesai berkata demikian, dia membalikkan badan, naik ke dalam mobil, dan pergi.
Aku bisa memahami, hati Yoga pasti keberatan, tapi dia terlalu mencintaiku, jadi dia hanya bisa menerimaku seutuhnya.
Ketika aku tersadar, tubuh dan hati ini terasa sangat lelah, dengan perlahan aku masuk ke dalam kamar, lalu menyalakan lampu, Sarah yang tadinya sedang tertidur, mengangkat tangan untuk menghalangi cahaya lampu, dengan pandangan bingung dia bangkit duduk, setelah melihatku, berkata, "Aku kira kamu malam ini tidak pulang."
Aku melepaskan syal yang membungkus leherku sambil berkata, "Kalau aku malam ini tidak pulang, mau tidur di mana?"
"Di tempat si gendut, kamu kan sudah menyetujui lamarannya, cepat atau lambat juga akan tinggal bersama." Sarah berkata dengan acuh tak acuh.
"Cepat atau lambat?" Aku tertawa sendiri, betul sekali, toh aku juga sudah tidak perawan lagi, masih perlu berpura-pura seperti apa lagi, misal aku masih perawan pun, tanpa pikir panjang akan kuberikan pada Jonathan, wanita yang tidak punya harga diri seperti aku ini, hanya akan dipandang remeh orang-orang.
"Kenapa?" Sarah mengira dia salah berbicara.
"Tak apa." Aku menjawab, "Tubuhku ini perlu di servis, sekarang sedang tidak tepat digunakan untuk melakukan hal-hal itu."
Sarah berkata sambil menutupi mulutnya dengan tangannya, "Si gendut mungkin sudah cemas menunggu."
"Sarah, apakah si gendut belum membantu suamimu soal urusan kerjaan?" Aku sudah selesai bertukar baju tidur, berjalan pelan ke tempat tidur, menatapnya, dan bertanya dengan penuh perhatian.
Begitu melihat Sarah menggelengkan kepala dengan tak berdaya, "Sebenarnya dia sudah membantu, tapi semua pekerjaan yang dia carikan harus minimal lulusan diploma, dia mana bisa memenuhi persyaratan itu?"
"Sarah, beberapa tahun ini hidupmu pasti berat!" Aku menatap Sarah dengan iba, menyentuh alisnya, usia dia sama denganku, tapi dia terlihat jauh lebih tua dariku.
Mungkin karena dia tidak baik-baik menjaga tubuhnya setelah melahirkan, terlalu banyak pekerjaan.
"Christine, aku minta tolong padamu." Sarah tiba-tiba menatapku dengan sungguh-sungguh.
Novel Terkait
Wonderful Son-in-Law
EdrickAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaYou're My Savior
Shella NaviMenaklukkan Suami CEO
Red MapleHalf a Heart
Romansa UniverseIstri ke-7
Sweety GirlLove In Sunset
ElinaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)