Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 185 Acara Persahabatan
“Menurut kamu dia sengaja atau tidak?” Pertanyaanku yang tiba-tiba membuat Manager Bai tertegun.
Dengan cepat dia merespon : “Bagaimana aku tahu jelas, siapa yang mengunci kamu di gudang saja aku tidak tahu.”
Aku tersenyum lebar menatap Manager Bai, pria di depan aku ini jelas-jelas omong kosong, sama sekali tidak tampak wajah yang memerah, kalau bukan Julie yang menyuruhnya datang mencari tahu keadaan, bagaimana mungkin dia begitu rajinnya datang menjenguk karyawan yang baru bekerja dua hari ini.
Aku menatapnya dengan datar : “Tenang saja, aku orang yang tahu batas, kalau mau perhitungan, aku sudah lapor polisi.”
“Oh.” Manager Bai menjawab dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya, lalu menunjuk buah-buahan yang di meja dan berkata : “Banyak makan buah untuk menambah vitamin dan meningkatkan daya tahan tubuh.”
“Terima kasih Manager.” Dengan datar aku menatap mata Manager Bai yang berpura-pura tenang, yang kemudian pergi setelah duduk tidak berapa lama.
Aku dirawat inap satu malam di rumah sakit, keesokan harinya aku baru ke kantor, baru saja sampai, Greyson langsung meluncur ke tempat aku dengan kursi putarnya yang kokoh itu, lalu menyikut bahuku dengan pulpen dan bertanya : “Dengar-dengar kamu masuk rumah sakit?”
Aku membuka komputer, dan mengerlingkan mata dengan acuh tak acuh : “Bukan dengar-dengar, tapi memang masuk rumah sakit.”
“Kenapa tidak istirahat beberapa hari lagi, malah sudah datang untuk disiksa?” Canda Greyson sambil tertawa.
Aku melihat sekilas Julie yang diam-diam melirik ke aku, sengaja aku memperkeras suaraku, “Aku takut akan kehilangan pekerjaan kalau masih tidak kembali, kali ini tidak mati karena nyawaku beruntung, tidak tahu apakah lain kali masih akan seberuntung ini?”
“Dengar-dengar manajer Li di PT.Weiss kita yang mengantar kamu ke rumah sakit, dia adalah orang terkenal di depan CEO Yi, kali ini kamu mendapat rejeki di balik kesulitan.” Untuk pertama kalinya salah satu teman kantor wanita lainnya muncul, menatapku dengan kagum.
Kemudian satu teman kantor lainnya lagi juga berdiri, “Christine, kamu benar-benar beruntung sekali, kami khawatir dengan kamu, tapi disaat yang bersamaan juga ikut senang untuk kamu, untuk selanjutnya cari alasan untuk mendekati manajer Li, dengan begitu kamu bisa mendekati CEO Yi.”
Aku menatap para teman kantor yang bergosip ini dengan datar, tidak tahu harus menghadapi dengan suasana hati yang bagaimana.
Di saat ini juga, manager Bai keluar dari ruangan kantornya, setelah ia sengaja batuk dengan serius, satu per satu menjadi diam seketika.
“Semuanya hentikan pekerjaan kalian dulu, di sini aku ingin menekankan beberapa hal.” Selesai manager Bai berkata demikian, pandangan kami semua menuju ke dirinya,
“Kali ini terjadi kasus pengurungan di gedung, Christine yang di divisi kita sangat terluka dari sisi psikologi maupun fisiologi, aku harap kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Divisi kita seharusnya bersatu dan bersahabat, harus menciptakan sesuatu yang tidak mungkin untuk PT.Weiss, bukannya saling main siasat, hari ini aku tekankan sekali lagi, asalkan kamu ada kemampuan, maka aku akan mempekerjakan kamu dengan baik.”
Setelah manager Bai berbicara dengan semangat kobar-kobar, seluruh ruangan bertepuk tangan.
Aku menundukkan kepala melihat berkas di tanganku, tampak manager Bai berjalan ke arahku, lalu memperhatikan dengan lembut : “Kenapa tidak beristirahat beberapa hari lagi, pasti kesehatan kamu belum memulih total bukan?”
“Tidak apa-apa, tidak akan mati.” Aku agak menengadahkan kepala untuk menatap manager Bai, “Aku masih karyawan baru, harus mengejar langkah teman kantor lainnya, aku tidak ingin menyusahkan semua orang.”
“Pikiran seperti ini sangat bagus, tapi tetap harus perhatikan kesehatan.” Selesai mengatakan basa-basi yang menjijikkan itu, manager Bai menarik kembali senyum di bibir dan kembali ke ruang kantornya.
Satu pagian ini, tidak berhentinya aku merapikan berkas, juga menelepon untuk berkomunikasi dengan klien, pekerjaan seperti ini sangat mendetail, sibuknya sampai minum pun tidak sempat.
Tiba-tiba segelas kopi panas muncul di atas meja, aku melihat sebentar, ternyata Julie.
“Kelebihan satu gelas, buat kamu.” Bokong Julie bersandar di tepi mejaku, dengan ekspresi gengsi ia berkata, “Soal kamu dikunci, dikunci di gudang, aku bukan sengaja.”
Aku merapatkan bibir, mengangkat kopi yang ia beri dan mengecap sedikit, rasanya pas sekali, tidak terlalu manis. Julie bilang dia bukan sengaja, lalu kenapa dia pergi dari situ, kenapa mengunci dari luar, bisa-bisanya dia berbohong terang-terangan begini?
“Aku tahu.” Kataku dengan pelan, “Kalau disengaja, sekali mengakibatkan kematian, akibatnya akan sangat parah.”
“Christine, aku tidak tahu kesehatan kamu tidak baik, aku hanya merasa kamu terlalu berlagak, dan ingin memberi kamu pelajaran saja, aku bukannya ingin menghabiskan nyawa kamu.” Julie menjelaskan dengan cemas.
Aku mengerti, dia yang seorang karyawan lama meminta karyawan baru untuk membuatkan kopi namun ditolak, jadi dia merasa malu, sehingga ingin meminjam kesempatan untuk memberi pelajaran ke aku, agar aku bisa lebih patuh sedikit.
Tapi dia terlalu memandang remeh kecerdasanku, siasat senjata makan tuan ini malah membuat dia jinak dengan aku.
Dia takut masalah menjadi gawat, takut masuk penjara, takut bertanggung jawab, aku yakin lain kali jika ada karyawan baru, dia juga tidak berani berbuat seperti itu lagi.
“Aku bukannya berlagak, kalau lain kali kamu ingin meminum kopi, nada bicaranya diperlembut, jangan bicara dengan nada memerintah ke aku, maka aku akan membuatkannya untuk kamu.” Aku menatap Julie dengan datar, kuangkat kopi yang ia buat dan memuji : “Kopinya lumayan.”
“Kamu tidak menyalahkan aku?” Julie menatapku dengan tercengang.
“Kalau aku perhitungan, apakah sekarang kamu masih bisa berdiri di hadapanku?” Bibirku menyunggingkan senyum, “Semuanya sama-sama teman kantor, sama-sama mengeluarkan tenaga demi PT.Weiss.”
“Kamu benar-benar wanita yang aneh, tapi aku sendiri juga orang yang cerdik, jadi kita impas.” Perkataan Julie yang memuji dirinya sendiri membuat aku ingin tertawa.
Dengan Julie tidak mempersulit aku, kerjaan di seharian ini jadi lebih lancar.
Ketika pulang, dia tidak menyuruh aku lembur, melainkan diam-diam menanyakan apakah malam aku punya waktu.
Aku menatapnya dengan tidak mengerti, lalu bertanya : “Ada apa?”
Dia menundukkan kepala dan berbisik di telingaku : “Malam ini teman kantor wanita di divisi kita akan menghadiri satu acara persahabatan, kamu juga ikut saja.”
Acara persahabatan? Itu adalah acara perjodohan yang meminjam nama persahabatan, yang diperuntukkan bagi teman kantor wanita lajang untuk mencari suami atau pacar, aku yang punya sejarah pernikahan rumit begini mengikuti acara tersebut, sungguh tidak begitu sesuai.
Aku menggeleng, “Aku tidak.”
“Kenapa tidak? Aku dengar dari si Bai kamu sudah bercerai, kesempatan yang begitu bagus, kenapa tidak ingin ikut?” Julie tidak mengerti. Bai yang dia maksud, tanpa perlu dijelaskan lagi, pasti manager Bai.
Hanya dengan dia aku pernah mengungkit soal cerai, begitu cepat sudah sampai ke telinga Julie, tampak hubungan dua orang ini tidak biasa.
Melihat aku terdiam, Julie menatap aku dengan misterius : “Sudah punya pacar?”
Aku mengangguk, “Iya, sudah punya.”
“Biasa saja, apa hebatnya punya pacar, belum menikah, tentu saja harus memilih yang terbaik, wanita kalau salah memilih, seumur hidupnya akan menderita, harus melihat dengan luas, lalu memilih sana sini. Sudah aku putuskan untuk kamu, malam ini harus pergi, kamu akan menyesal kalau tidak pergi.” Tanpa memberi aku kesempatan untuk menjelaskan, dia langsung membuat keputusan sendiri.
Aku sungguh tidak mengerti teman kantor seperti ini, kemarin masih memberi aku pelajaran, sekarang sudah dekat bagaikan sahabat.
Mungkin sudah terlalu banyak yang aku alami, tapi memang ada orang yang demikian tak masuk akal yang tidak bisa dihadapi.
“Julie, aku......” Aku memanggilnya untuk menolak, namun dia malah menoleh dan tersenyum : “Tidak perlu berterima kasih denganku, membantu kamu mendapatkan pria yang baik, aku tidak akan menolak.”
aku menatap Julie dengan tidak berdaya, wanita ini sungguh punya dua sifat ekstrim yang bertolak belakang.
Jangan-jangan dia merasa hanya dengan menyingkirkan aku, atau membuat aku menemukan pasangan, dia dan manager Bai baru aman?
Tidak peduli apa tujuannya, pokoknya acara persahabatan malam ini aku tidak akan pergi, ini kalau ketahuan oleh Jonathan, pasti akan dikuliti olehnya.
Aku ingin kabur di saat Julie sedang mengoordinasi teman yang lain, belum sampai di depan pintu, aku ditarik kembali oleh teman kerja lainnya, dia menggandeng tanganku dengan erat dan berkata : “Kak Julie sudah bilang, kamu wajib ikut.”
Heh, kelihatannya malam ini harus menggila sesekali dengan para wanita yang belum menikah ini.
Julie menghitung jumlah orang, ada lima orang, termasuk dia sendiri, kalau naik taksi, tempat duduk di belakang pasti harus agak berdempetan.
“Aku ada mobil, biar aku antar kalian.” Di saat mereka sedang berunding bagaimana caranya ke sana, aku inisiatif untuk mengantar mereka, satu per satu dari mereka terkejut,
“Christine, kamu punya mobil?” Julie agak kaget.
Aku mengangguk, “Iya, mobil bekas.”
“Mobil bekas juga bagus, ayo kita berangkat!” Usai berkata, Julie memimpin tiga teman kantor lainnya, serta menarik aku turun ke bawah dengan lift.
Sesampainya di tempat parkir, mata mereka hampir meloncat keluar ketika melihat mobil Mercedesku.
Julie mendekat dan mengitari mobilku, serta sambil meraba dan menggesek, begitu semangat seolah-olah mobilnya sendiri, dia menatapku dengan tercengang dan bertanya : “Christine, tidak kelihatan, kamu begitu kaya?”
“Mobil bekas.” Aku menjawab dengan canggung, saat membuka pintu mobil, Julie duduk di kursi depan, sedangkan tiga orang lainnya duduk di kursi belakang. Setelah menyalakan mesin, kami meluncur keluar dari tempat parkir.
Julie meraba kursi mobilku, dengan curiga ia menatap aku yang sedang menyetir dan bertanya : “Ini pasti bukan mobil bekas, betul tidak? Ini jelas-jelas masih baru, Christine, siapa kamu sebenarnya? Siapa yang membeli mobil ini?”
“Habis dimodifikasi, tidak berharga sekali kok.” Aku agak menyesal sudah inisiatif mengajukan diri untuk mengantar mereka, kalau tahu akan begini, lebih baik naik taksi saja, lalu nanti naik taksi pulang ke PT.Weiss, baru pulang rumah,
“Jangan-jangan kamu dipelihara oleh seseorang?” Julie memberanikan diri menebak.
Aku benar-benar tidak bisa menghadapinya, langsung aku berkata : “Dulu aku jadi model, mobil ini aku beli dengan semua simpanan uangku.”
“Benar-benar rela sekali.” Julie mengeluh dengan sayu, “Jangan lihat aku tampak begitu berada, sebenarnya untuk membeli make-up juga tetap harus beli di online shop, terlalu mahal kalau beli di toko langsung.”
Aku menatap Julie dengan canggung, sungguh tidak tahu harus bagaimana mengumpamakan perasaan hatiku saat ini.
Perlahan mobil berhenti di lokasi yang ditunjuk Julie, mereka mengadakan acara persahabatan di sebuah clubhouse, selanjutnya aku memarkir mobil. Tampak pintu gerbang melengkung warna merah yang tampak meriah, serta karpet merah yang digelar sampai ke dalam.
Baru saja sampai, sudah tampak banyak pria yang berpakaian jas duduk di depan dengan alimnya. Julie melangkah maju, serta menarik aku duduk di sebelahnya.
Julie mendekatkan wajahnya dan berbisik : “Coba lihat orang ketiga dari sebelah kananku, seorang dokter bedah, dengan pemasukan enam ratusan juta per tahun, terus yang kelima dari kanan, dia adalah anak konglomerat, kalau menikah dengannya akan langsung menjadi nyonya muda.”
Aku melihat ke depan dengan acuh tak acuh, tiba-tiba muncul sosok yang familiar, membuat aku agak hancur.
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniTakdir Raja Perang
Brama aditioHalf a Heart
Romansa UniverseGet Back To You
LexyHis Second Chance
Derick HoBeautiful Love
Stefen LeeCinta Yang Berpaling
NajokurataMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)