Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 185 Acara Persahabatan

“Menurut kamu dia sengaja atau tidak?” Pertanyaanku yang tiba-tiba membuat Manager Bai tertegun.

Dengan cepat dia merespon : “Bagaimana aku tahu jelas, siapa yang mengunci kamu di gudang saja aku tidak tahu.”

Aku tersenyum lebar menatap Manager Bai, pria di depan aku ini jelas-jelas omong kosong, sama sekali tidak tampak wajah yang memerah, kalau bukan Julie yang menyuruhnya datang mencari tahu keadaan, bagaimana mungkin dia begitu rajinnya datang menjenguk karyawan yang baru bekerja dua hari ini.

Aku menatapnya dengan datar : “Tenang saja, aku orang yang tahu batas, kalau mau perhitungan, aku sudah lapor polisi.”

“Oh.” Manager Bai menjawab dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya, lalu menunjuk buah-buahan yang di meja dan berkata : “Banyak makan buah untuk menambah vitamin dan meningkatkan daya tahan tubuh.”

“Terima kasih Manager.” Dengan datar aku menatap mata Manager Bai yang berpura-pura tenang, yang kemudian pergi setelah duduk tidak berapa lama.

Aku dirawat inap satu malam di rumah sakit, keesokan harinya aku baru ke kantor, baru saja sampai, Greyson langsung meluncur ke tempat aku dengan kursi putarnya yang kokoh itu, lalu menyikut bahuku dengan pulpen dan bertanya : “Dengar-dengar kamu masuk rumah sakit?”

Aku membuka komputer, dan mengerlingkan mata dengan acuh tak acuh : “Bukan dengar-dengar, tapi memang masuk rumah sakit.”

“Kenapa tidak istirahat beberapa hari lagi, malah sudah datang untuk disiksa?” Canda Greyson sambil tertawa.

Aku melihat sekilas Julie yang diam-diam melirik ke aku, sengaja aku memperkeras suaraku, “Aku takut akan kehilangan pekerjaan kalau masih tidak kembali, kali ini tidak mati karena nyawaku beruntung, tidak tahu apakah lain kali masih akan seberuntung ini?”

“Dengar-dengar manajer Li di PT.Weiss kita yang mengantar kamu ke rumah sakit, dia adalah orang terkenal di depan CEO Yi, kali ini kamu mendapat rejeki di balik kesulitan.” Untuk pertama kalinya salah satu teman kantor wanita lainnya muncul, menatapku dengan kagum.

Kemudian satu teman kantor lainnya lagi juga berdiri, “Christine, kamu benar-benar beruntung sekali, kami khawatir dengan kamu, tapi disaat yang bersamaan juga ikut senang untuk kamu, untuk selanjutnya cari alasan untuk mendekati manajer Li, dengan begitu kamu bisa mendekati CEO Yi.”

Aku menatap para teman kantor yang bergosip ini dengan datar, tidak tahu harus menghadapi dengan suasana hati yang bagaimana.

Di saat ini juga, manager Bai keluar dari ruangan kantornya, setelah ia sengaja batuk dengan serius, satu per satu menjadi diam seketika.

“Semuanya hentikan pekerjaan kalian dulu, di sini aku ingin menekankan beberapa hal.” Selesai manager Bai berkata demikian, pandangan kami semua menuju ke dirinya,

“Kali ini terjadi kasus pengurungan di gedung, Christine yang di divisi kita sangat terluka dari sisi psikologi maupun fisiologi, aku harap kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Divisi kita seharusnya bersatu dan bersahabat, harus menciptakan sesuatu yang tidak mungkin untuk PT.Weiss, bukannya saling main siasat, hari ini aku tekankan sekali lagi, asalkan kamu ada kemampuan, maka aku akan mempekerjakan kamu dengan baik.”

Setelah manager Bai berbicara dengan semangat kobar-kobar, seluruh ruangan bertepuk tangan.

Aku menundukkan kepala melihat berkas di tanganku, tampak manager Bai berjalan ke arahku, lalu memperhatikan dengan lembut : “Kenapa tidak beristirahat beberapa hari lagi, pasti kesehatan kamu belum memulih total bukan?”

“Tidak apa-apa, tidak akan mati.” Aku agak menengadahkan kepala untuk menatap manager Bai, “Aku masih karyawan baru, harus mengejar langkah teman kantor lainnya, aku tidak ingin menyusahkan semua orang.”

“Pikiran seperti ini sangat bagus, tapi tetap harus perhatikan kesehatan.” Selesai mengatakan basa-basi yang menjijikkan itu, manager Bai menarik kembali senyum di bibir dan kembali ke ruang kantornya.

Satu pagian ini, tidak berhentinya aku merapikan berkas, juga menelepon untuk berkomunikasi dengan klien, pekerjaan seperti ini sangat mendetail, sibuknya sampai minum pun tidak sempat.

Tiba-tiba segelas kopi panas muncul di atas meja, aku melihat sebentar, ternyata Julie.

“Kelebihan satu gelas, buat kamu.” Bokong Julie bersandar di tepi mejaku, dengan ekspresi gengsi ia berkata, “Soal kamu dikunci, dikunci di gudang, aku bukan sengaja.”

Aku merapatkan bibir, mengangkat kopi yang ia beri dan mengecap sedikit, rasanya pas sekali, tidak terlalu manis. Julie bilang dia bukan sengaja, lalu kenapa dia pergi dari situ, kenapa mengunci dari luar, bisa-bisanya dia berbohong terang-terangan begini?

“Aku tahu.” Kataku dengan pelan, “Kalau disengaja, sekali mengakibatkan kematian, akibatnya akan sangat parah.”

“Christine, aku tidak tahu kesehatan kamu tidak baik, aku hanya merasa kamu terlalu berlagak, dan ingin memberi kamu pelajaran saja, aku bukannya ingin menghabiskan nyawa kamu.” Julie menjelaskan dengan cemas.

Aku mengerti, dia yang seorang karyawan lama meminta karyawan baru untuk membuatkan kopi namun ditolak, jadi dia merasa malu, sehingga ingin meminjam kesempatan untuk memberi pelajaran ke aku, agar aku bisa lebih patuh sedikit.

Tapi dia terlalu memandang remeh kecerdasanku, siasat senjata makan tuan ini malah membuat dia jinak dengan aku.

Dia takut masalah menjadi gawat, takut masuk penjara, takut bertanggung jawab, aku yakin lain kali jika ada karyawan baru, dia juga tidak berani berbuat seperti itu lagi.

“Aku bukannya berlagak, kalau lain kali kamu ingin meminum kopi, nada bicaranya diperlembut, jangan bicara dengan nada memerintah ke aku, maka aku akan membuatkannya untuk kamu.” Aku menatap Julie dengan datar, kuangkat kopi yang ia buat dan memuji : “Kopinya lumayan.”

“Kamu tidak menyalahkan aku?” Julie menatapku dengan tercengang.

“Kalau aku perhitungan, apakah sekarang kamu masih bisa berdiri di hadapanku?” Bibirku menyunggingkan senyum, “Semuanya sama-sama teman kantor, sama-sama mengeluarkan tenaga demi PT.Weiss.”

“Kamu benar-benar wanita yang aneh, tapi aku sendiri juga orang yang cerdik, jadi kita impas.” Perkataan Julie yang memuji dirinya sendiri membuat aku ingin tertawa.

Dengan Julie tidak mempersulit aku, kerjaan di seharian ini jadi lebih lancar.

Ketika pulang, dia tidak menyuruh aku lembur, melainkan diam-diam menanyakan apakah malam aku punya waktu.

Aku menatapnya dengan tidak mengerti, lalu bertanya : “Ada apa?”

Dia menundukkan kepala dan berbisik di telingaku : “Malam ini teman kantor wanita di divisi kita akan menghadiri satu acara persahabatan, kamu juga ikut saja.”

Acara persahabatan? Itu adalah acara perjodohan yang meminjam nama persahabatan, yang diperuntukkan bagi teman kantor wanita lajang untuk mencari suami atau pacar, aku yang punya sejarah pernikahan rumit begini mengikuti acara tersebut, sungguh tidak begitu sesuai.

Aku menggeleng, “Aku tidak.”

“Kenapa tidak? Aku dengar dari si Bai kamu sudah bercerai, kesempatan yang begitu bagus, kenapa tidak ingin ikut?” Julie tidak mengerti. Bai yang dia maksud, tanpa perlu dijelaskan lagi, pasti manager Bai.

Hanya dengan dia aku pernah mengungkit soal cerai, begitu cepat sudah sampai ke telinga Julie, tampak hubungan dua orang ini tidak biasa.

Melihat aku terdiam, Julie menatap aku dengan misterius : “Sudah punya pacar?”

Aku mengangguk, “Iya, sudah punya.”

“Biasa saja, apa hebatnya punya pacar, belum menikah, tentu saja harus memilih yang terbaik, wanita kalau salah memilih, seumur hidupnya akan menderita, harus melihat dengan luas, lalu memilih sana sini. Sudah aku putuskan untuk kamu, malam ini harus pergi, kamu akan menyesal kalau tidak pergi.” Tanpa memberi aku kesempatan untuk menjelaskan, dia langsung membuat keputusan sendiri.

Aku sungguh tidak mengerti teman kantor seperti ini, kemarin masih memberi aku pelajaran, sekarang sudah dekat bagaikan sahabat.

Mungkin sudah terlalu banyak yang aku alami, tapi memang ada orang yang demikian tak masuk akal yang tidak bisa dihadapi.

“Julie, aku......” Aku memanggilnya untuk menolak, namun dia malah menoleh dan tersenyum : “Tidak perlu berterima kasih denganku, membantu kamu mendapatkan pria yang baik, aku tidak akan menolak.”

aku menatap Julie dengan tidak berdaya, wanita ini sungguh punya dua sifat ekstrim yang bertolak belakang.

Jangan-jangan dia merasa hanya dengan menyingkirkan aku, atau membuat aku menemukan pasangan, dia dan manager Bai baru aman?

Tidak peduli apa tujuannya, pokoknya acara persahabatan malam ini aku tidak akan pergi, ini kalau ketahuan oleh Jonathan, pasti akan dikuliti olehnya.

Aku ingin kabur di saat Julie sedang mengoordinasi teman yang lain, belum sampai di depan pintu, aku ditarik kembali oleh teman kerja lainnya, dia menggandeng tanganku dengan erat dan berkata : “Kak Julie sudah bilang, kamu wajib ikut.”

Heh, kelihatannya malam ini harus menggila sesekali dengan para wanita yang belum menikah ini.

Julie menghitung jumlah orang, ada lima orang, termasuk dia sendiri, kalau naik taksi, tempat duduk di belakang pasti harus agak berdempetan.

“Aku ada mobil, biar aku antar kalian.” Di saat mereka sedang berunding bagaimana caranya ke sana, aku inisiatif untuk mengantar mereka, satu per satu dari mereka terkejut,

“Christine, kamu punya mobil?” Julie agak kaget.

Aku mengangguk, “Iya, mobil bekas.”

“Mobil bekas juga bagus, ayo kita berangkat!” Usai berkata, Julie memimpin tiga teman kantor lainnya, serta menarik aku turun ke bawah dengan lift.

Sesampainya di tempat parkir, mata mereka hampir meloncat keluar ketika melihat mobil Mercedesku.

Julie mendekat dan mengitari mobilku, serta sambil meraba dan menggesek, begitu semangat seolah-olah mobilnya sendiri, dia menatapku dengan tercengang dan bertanya : “Christine, tidak kelihatan, kamu begitu kaya?”

“Mobil bekas.” Aku menjawab dengan canggung, saat membuka pintu mobil, Julie duduk di kursi depan, sedangkan tiga orang lainnya duduk di kursi belakang. Setelah menyalakan mesin, kami meluncur keluar dari tempat parkir.

Julie meraba kursi mobilku, dengan curiga ia menatap aku yang sedang menyetir dan bertanya : “Ini pasti bukan mobil bekas, betul tidak? Ini jelas-jelas masih baru, Christine, siapa kamu sebenarnya? Siapa yang membeli mobil ini?”

“Habis dimodifikasi, tidak berharga sekali kok.” Aku agak menyesal sudah inisiatif mengajukan diri untuk mengantar mereka, kalau tahu akan begini, lebih baik naik taksi saja, lalu nanti naik taksi pulang ke PT.Weiss, baru pulang rumah,

“Jangan-jangan kamu dipelihara oleh seseorang?” Julie memberanikan diri menebak.

Aku benar-benar tidak bisa menghadapinya, langsung aku berkata : “Dulu aku jadi model, mobil ini aku beli dengan semua simpanan uangku.”

“Benar-benar rela sekali.” Julie mengeluh dengan sayu, “Jangan lihat aku tampak begitu berada, sebenarnya untuk membeli make-up juga tetap harus beli di online shop, terlalu mahal kalau beli di toko langsung.”

Aku menatap Julie dengan canggung, sungguh tidak tahu harus bagaimana mengumpamakan perasaan hatiku saat ini.

Perlahan mobil berhenti di lokasi yang ditunjuk Julie, mereka mengadakan acara persahabatan di sebuah clubhouse, selanjutnya aku memarkir mobil. Tampak pintu gerbang melengkung warna merah yang tampak meriah, serta karpet merah yang digelar sampai ke dalam.

Baru saja sampai, sudah tampak banyak pria yang berpakaian jas duduk di depan dengan alimnya. Julie melangkah maju, serta menarik aku duduk di sebelahnya.

Julie mendekatkan wajahnya dan berbisik : “Coba lihat orang ketiga dari sebelah kananku, seorang dokter bedah, dengan pemasukan enam ratusan juta per tahun, terus yang kelima dari kanan, dia adalah anak konglomerat, kalau menikah dengannya akan langsung menjadi nyonya muda.”

Aku melihat ke depan dengan acuh tak acuh, tiba-tiba muncul sosok yang familiar, membuat aku agak hancur.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu