Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
Mata Christopher Mo dari yang dingin berubah marah, lalu menatap wanita yang ada di hadapannya dengan tidak percaya dan bertanya, "Kamu membohongiku?"
"Kakak Christopher, kamu dengar dulu penjelasanku. Aku tidak mempunyai perasaan apapun pada suamiku. Kamu baru merupakan cinta sesungguhnya dariku. Aku hanya suka padamu. Kamu jangan dengar perkataan adikmu, aku bersumpah ..." belum selesai berkata, Christopher Mo sudah memutuskan perkataannya.
"Ayahmu sudah meninggal, kenapa membohongiku sakit berat?" Christopher Mo tertawa dingin. Suaranya mengandung rasa kecewa, terlebih lagi merupakan proses sebelum puncak kemarahannya.
"Kakak Christopher, aku ..." begitu kebohongan diketahui, itu sama sekali tidak bisa diteruskan lagi. Berhentinya Jessica membuat Christopher Mo mengetahui kebenarannya.
"Pergi!" Christopher Mo berkata dengan dingin.
"Kakak Christopher!" wanita itu tetap memanggil tanpa menyerah. Christopher Mo berteriak ke arahnya, "Pergi!"
Wanita itu berjalan mundur dua langkah ke belakang. Dia melepaskan celemeknya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar untuk membereskan koper. Siapa sangka Christopher Mo masuk duluan ke dalam kamar, lalu melemparkan baju-baju wanita itu keluar seperti sampah.
Wanita itu berjongkok dan memungut satu per satu, sangat menyedihkan.
Aku akhirnya mengerti apa yang dinamakan pasti ada alasan orang mencapai keadaan menyedihkan. Ternyata untuk menggambarkan adegan di depan mata ini.
Jessica sudah pergi. Christopher Mo keluar dari dalam kamar. Dia melihatku, menyunggingkan senyum menyindir, "Christine, kebahagian kakakmu sekali lagi dirusakkan olehmu."
"Mau minum bir tidak?" aku menjawab dengan jawaban yang tidak nyambung dan menatap Christopher Mo, "Aku minum air sebagai pengganti bir, hari ini aku temani kamu minum."
Christopher Mo tersenyum dingin, "Minum air sebagai pengganti bir?"
Christopher Mo berjalan mendekat, lalu menaruh tangan di bahuku, menyuruhku duduk di samping meja makan. Dia sendiri menuang segelas besar bir dan meminumnya habis. Mungkin karena rasa pedas bir, seketika ekspresi wajahnya berubah .
"Christine, apa kamu tahu bagaimana aku melewati hari-hari di dalam penjara?" Christopher Mo menuang segelar penuh bir, lalu meminumnya sampai habis lagi, "Aku setiap hari seperti ini, bertahan, melihat pagi hari, menghitung malam, dan hari-hari terasa lebih berat daripada apapun juga."
Aku tidak menjawab apa-apa. Semua itu dia yang cari sendiri.
"Aku tidak mudah menemukan satu wanita, kamu malah membawa bukti membuktikan kalau dia adalah penipu." Christopher Mo tertawa pahit dengan pasrah, "Aku saja belum cukup tidurnya!"
Mendengar alasan ini, aku seketika tertawa. Alasan tidak tahu malu seperti itu, hanya Christopher Mo saja yang bisa mengatakannya.
Aku menepuk punggung Christopher Mo, lalu berkata lelah, "Kejar kembali saja kakak ipar. Dia adalah wanita yang baik. Meskipun dia pernah salah, tapi kalau sudah mengetahui kesalahan, maka semua ini bisa dilanjutkan kembali."
"Berselingkuh. Christine, berselingkuh." Christopher Mo sampai sekarang masih belum bisa melupakan wajah pria itu.
Aku sangat tidak mengerti. "Kalau begitu kamu sudah tidur dengan Jessica. Bukankah juga sudah selingkuh dari kakak ipar. Kalian sudah saling selingkuh. Jadi jangan saling merendahkan."
"Pria berbeda." Christopher Mo menjawab dengan tidak mau kalah.
"Kenapa pria berbeda?" aku membalas dengan kesal, "Wanita berselingkuh, selamanya memiliki titel tidak baik, tapi kalau pria berselingkuh, seperti biasa saja. Masyarakat sekarang begitu tidak adil. Apanya yang kesetaraan antara pria dan wanita. Sebenarnya tidak bisa adil untuk selamanya." aku berkata dengan penuh perasaan. Kalau bukan karena aku tidak boleh minum bir sekarang, aku benar-benar ingin minum sepuas-puasnya.
"Kalau CEO Yi berselingkuh, apa kamu akan memaafkan dia?" Christopher Mo minum sampai matanya merah, dan tidak berani bertanya apapun.
Aku tersentak. Memikirkan cukup lama, lalu menundukkan kepala dan menjawab, "Tidak."
Kalau aku setia terhadap pernikahan, maka aku juga berharap pasanganku bisa setia pada pernikahan. Kalau kesetiaan yang pada dasarnya harus dimiliki saja tidak ada, maka apa artinya lagi pernikahan ini.
Aku tiba-tiba merasa mudah sekali mengatakan ini pada orang lain, tapi kalau aku lakukan sendiri sangat sulit.
Aku tidak ingin memaksa Christopher Mo lagi. Dia sedih karena diselingkuhi, hanya dia sendiri yang bisa keluar dari rasa sakit itu dan keluar sendiri.
"Christine, kakak seumur hidup ini sedih. Dari kecil sampai besar, kamu lebih pintar dariku, apapun lebih bagus dariku. Coba kamu lihat kamu sendiri, tubuhmu bagus, wajahmu cantik, bahkan bisa menikah dengan orang kaya. Nasibmu sungguh baik sekali." Christopher Mo menatapku dengan iri.
Aku terdiam. Memangnya aku menikah dengan Jonathan lancar-lancar saja selama ini? Hari-hari penderitaan beberapa tahun ini hanya aku sendiri yang tahu. Melewati berapa banyak kesulitan. Bahkan kadang kala mencapai tahap tidak berdaya.
Christopher Mo sudah mabuk. Dia jatuh di meja makan. Sayur-sayur yang mengepulkan asap, perlahan-lahan berubah dingin. Ujung matanya terdapat jejak air mata. Sedih dan sakit hati.
Aku masuk ke kamar, membawakan selimut dan menyelimuti tubuhnya.
Aku pergi setelah itu. Sebenarnya di saat aku mengungkapkan kebenaran wanita itu, aku dapat dengan jelas merasakan kecanggungan di wajah Christopher Mo. Aku rasa dia sudah mengetahui kebenaran dari Jessica sejak awal. Hanya saja dia ingin ada orang yang menemani di sisi, tidak ingin hari-hari seperti ini terlalu singkat, tapi aku malah membongkar kebenaran ini dengan kejam.
Jalan di Kota F sangat dingin. Musim dingin kali ini sangatlah panjang, langkah musim semi juga sudah perlahan-lahan mendekat.
Aku menarik bajuku, mempererat baju di tubuhku, lalu mengendarai mobil di Kota F. Aku terbiasa di saat santai berjalan satu putaran di samping sungai Kota F.
Setelah memarkir mobil, suasana hatiku sama seperti sungai ini, tidak begitu erat lagi.
Angin bertiup di wajahku. Rasanya dingin, tidak begitu menusuk tulang. Aku memejamkan mata, menikmati semua ini.
"Apa ini Nona Mo?" sebuah suara terdengar dari belakangku. Aku menoleh ke belakang, dan seketika tersenyum.
"Yuna Mai?" aku sedikit terkejut. Karena perempuan ini pendiam, selalu mempunyai tampilan sangat sabar.
"Aku sudah melihatmu dari jauh. Hanya takut menghampiri, takut salah mengenali orang." Yuna Mai tersenyum kecil, lalu menghampiri dan berdiri sebaris denganku.
Aku melihat sungai yang lebar, bersama-sama menikmati pemandangan sungai ini.
"Yuna, akhir-akhir ini ngapain saja?" aku bertanya dengan perhatian padanya.
Dia terdiam sebentar, lalu menoleh menatapku dan berkata dengan suara kecil, "Kakak Mo, aku sudah menyatakan perasaan pada Tuan Ying."
Meskipun angin di sungai lumayan besar, membawa pergi suara Yuna Mai yang kecil itu, tapi aku tetap dapat mendengarnya dan terkejut untuk sebentar.
"Lalu?" tanyaku.
Wajah Yuna Mai menegang, dia tersenyum canggung dan menjawab, "Tidak ada lanjutannya. Kata dia aku masih kecil, aku bukanlah tipe yang dia suka. Dia menolakku dengan sungkan."
Refaldy Ying si keras kepala itu. Perempuan sebaik ini inisiatif menyatakan perasaan, malah ditolak?
Aku menggelengkan kepala dengan tidak berdaya. Sebenarnya dengan kondisi Refaldy Ying, dia tidak perlu buru-buru mencari wanita.
Aku menatap kejauhan dan menarik napas dalam. Lenganku digoyangkan oleh orang. Aku menatap Yuna Mai yang menggoyangkan lenganku dan bertanya bingung, "Ada apa?"
"Bagaimana kalau kamu pergi sebentar ke sana. Tuan Ying sedang foto-foto di samping sungai sana!" Yuna Mai bertanya padaku dengan lembut.
Aku menggelengkan kepala, "Tidak mau."
"Sebenarnya Tuan Ying sangat peduli padamu. Aku bisa melihatnya dengan jelas, dia suka padamu."
Perkataan Yuna Mai membuatku sedikit tersentak. Aku tersenyum datar, melihat Yuna Mai, lalu berkata dengan arti dalam, "Suka tidak berarti harus memiliki. Kalau mencintai seseorang, memangnya kenapa kalau ditolak olehnya. Mungkin di saat penyataan cinta berikutnya, dia sudah akan menerimamu."
"Yang kamu maksud, aku?" Yuna Mai mengedipkan matanya yang bulat, lalu mendorong kacamatanya, dan bertanya dengan sedikit senang.
"Bukan hanya kamu. Yang aku maksudkan semua orang yang mengejar kebahagiaan." aku berkata dengan datar.
"Wajahku sangat tipis." Yuna Mai berkata dengan malu, "Kalau ditolak sekali lagi. Aku bisa saja berpikiran tidak terbuka."
"Ditolak tidak bisa membuat orang meninggal. Kalau kamu terlalu mempedulikan harga dirimu. Aku beritahu kamu satu cara. Yaitu cari tempat dimana tidak ada orang yang mengenalmu, memulai hidup baru lagi. Hidup ini tidak ada hambatan yang tidak bisa dilalui. Di sini semuanya adalah lumpur. Kalau begitu aku cari saja tempat yang lebih terang. Yuna, kamu adalah gadis yang baik hati. Kehidupanmu seharusnya penuh dengan kesenangan." aku menghibur Yuna.
Mungkin karena pemotretan sana sedang mencari orang. Yuna tidak melanjutkan bicara denganku, dan langsung mengatakan sampai jumpa padaku.
Setelah berpisah dengan Yuna, aku pulang ke rumah. Ibu mertua sedang duduk di ruang tamu dengan wajah masam. Aku mendekat dan duduk di sampingnya, lalu bertanya dengan perhatian, "Ibu, ada apa?"
Frederik Ouyang adalah ayah kandung Jonathan?" ibu mertua menatapku dengan terkejut.
Aku bertanya dengan terkejut, "Siapa yang memberitahumu?"
"Mendengar nada bicaramu, kamu juga sudah tahu dari awal?" ibu mertua menatapku dengan tidak percaya. Dia memelototiku dan bertanya, "Christine, kapan kamu mengetahui hal ini. Kenapa tidak ada yang memberitahuku?"
"Ibu, maaf. Kita bukan bermaksud menutupi hal ini darimu. Hanya saja status dan kedudukan Frederik agak spesial. Ditambah lagi Jonathan juga tidak mengakuinya, jadi kita rasa tidak perlu diberitahukan." penjelasanku kurang kuat dan ibu mertua menatapku lurus.
"Apa aku sedang menyalahkanmu?" ibu mertua bertanya sambil mengangkat alis.
Aku mengedipkan mata dengan bingung. Ekspresi wajah dan nada bicaranya tadi, apakah dia sedang mencurigaiku?
"Aku tidak menyalahkanmu, juga tidak marah. Yang penting adalah kenapa kalian menyembunyikan semua masalah dariku. Aku tidak senang dengan itu. Frederik adalah ayah kandung Jonathan, lalu kenapa dia tidak mengakui? Takut aku marah?" ibu mertua menatapku dengan bingung.
Aku menggelengkan kepala, "Sebenarnya aku juga tidak mengerti kenapa Jonathan begitu membenci Frederik?"
"Sebenarnya Frederik lumayan kasihan juga. Tadi Cynthia menelepon kemari, menyuruh Jonathan pulang untuk melihat Frederik. Katanya Frederik terjatuh lagi. Kali ini lebih parah. Kalau orang sudah tua, yang paling kasihan adalah tidak ada anak yang menemani di sisi." ibu mertua berkata sambil menghela napas. Aku pun menggenggam tangannya.
"Ibu, tenang saja. Aku menemanimu. Juga ada Bernice, Bella. Kita akan menemanimu."
"Kamu ini mulutnya manis sekali." setelah ibu mertua berkata seperti itu, dia tersenyum, "Ada kalian, meskipun kesal, tetap saja sangat senang."
Aku bersender pelan di bahu ibu mertua. Hari-hari seperti ini sederhana dan senang.
Saat malam hari, Jonathan pulang. Aku mengatakan pada dia tentang ibu mertua, tentang Cynthia menelepon kemari dan sekarang ibu sudah mengetahui kebenarannya.
Jonathan menatapku dengan tenang dan bertanya, "Kamu mengatakan sebanyak ini, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"
Novel Terkait
Your Ignorance
YayaPejuang Hati
Marry SuCintaku Pada Presdir
NingsiGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaCinta Yang Terlarang
MinniePergilah Suamiku
Danis1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)