Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur

Mata Christopher Mo dari yang dingin berubah marah, lalu menatap wanita yang ada di hadapannya dengan tidak percaya dan bertanya, "Kamu membohongiku?"

"Kakak Christopher, kamu dengar dulu penjelasanku. Aku tidak mempunyai perasaan apapun pada suamiku. Kamu baru merupakan cinta sesungguhnya dariku. Aku hanya suka padamu. Kamu jangan dengar perkataan adikmu, aku bersumpah ..." belum selesai berkata, Christopher Mo sudah memutuskan perkataannya.

"Ayahmu sudah meninggal, kenapa membohongiku sakit berat?" Christopher Mo tertawa dingin. Suaranya mengandung rasa kecewa, terlebih lagi merupakan proses sebelum puncak kemarahannya.

"Kakak Christopher, aku ..." begitu kebohongan diketahui, itu sama sekali tidak bisa diteruskan lagi. Berhentinya Jessica membuat Christopher Mo mengetahui kebenarannya.

"Pergi!" Christopher Mo berkata dengan dingin.

"Kakak Christopher!" wanita itu tetap memanggil tanpa menyerah. Christopher Mo berteriak ke arahnya, "Pergi!"

Wanita itu berjalan mundur dua langkah ke belakang. Dia melepaskan celemeknya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar untuk membereskan koper. Siapa sangka Christopher Mo masuk duluan ke dalam kamar, lalu melemparkan baju-baju wanita itu keluar seperti sampah.

Wanita itu berjongkok dan memungut satu per satu, sangat menyedihkan.

Aku akhirnya mengerti apa yang dinamakan pasti ada alasan orang mencapai keadaan menyedihkan. Ternyata untuk menggambarkan adegan di depan mata ini.

Jessica sudah pergi. Christopher Mo keluar dari dalam kamar. Dia melihatku, menyunggingkan senyum menyindir, "Christine, kebahagian kakakmu sekali lagi dirusakkan olehmu."

"Mau minum bir tidak?" aku menjawab dengan jawaban yang tidak nyambung dan menatap Christopher Mo, "Aku minum air sebagai pengganti bir, hari ini aku temani kamu minum."

Christopher Mo tersenyum dingin, "Minum air sebagai pengganti bir?"

Christopher Mo berjalan mendekat, lalu menaruh tangan di bahuku, menyuruhku duduk di samping meja makan. Dia sendiri menuang segelas besar bir dan meminumnya habis. Mungkin karena rasa pedas bir, seketika ekspresi wajahnya berubah .

"Christine, apa kamu tahu bagaimana aku melewati hari-hari di dalam penjara?" Christopher Mo menuang segelar penuh bir, lalu meminumnya sampai habis lagi, "Aku setiap hari seperti ini, bertahan, melihat pagi hari, menghitung malam, dan hari-hari terasa lebih berat daripada apapun juga."

Aku tidak menjawab apa-apa. Semua itu dia yang cari sendiri.

"Aku tidak mudah menemukan satu wanita, kamu malah membawa bukti membuktikan kalau dia adalah penipu." Christopher Mo tertawa pahit dengan pasrah, "Aku saja belum cukup tidurnya!"

Mendengar alasan ini, aku seketika tertawa. Alasan tidak tahu malu seperti itu, hanya Christopher Mo saja yang bisa mengatakannya.

Aku menepuk punggung Christopher Mo, lalu berkata lelah, "Kejar kembali saja kakak ipar. Dia adalah wanita yang baik. Meskipun dia pernah salah, tapi kalau sudah mengetahui kesalahan, maka semua ini bisa dilanjutkan kembali."

"Berselingkuh. Christine, berselingkuh." Christopher Mo sampai sekarang masih belum bisa melupakan wajah pria itu.

Aku sangat tidak mengerti. "Kalau begitu kamu sudah tidur dengan Jessica. Bukankah juga sudah selingkuh dari kakak ipar. Kalian sudah saling selingkuh. Jadi jangan saling merendahkan."

"Pria berbeda." Christopher Mo menjawab dengan tidak mau kalah.

"Kenapa pria berbeda?" aku membalas dengan kesal, "Wanita berselingkuh, selamanya memiliki titel tidak baik, tapi kalau pria berselingkuh, seperti biasa saja. Masyarakat sekarang begitu tidak adil. Apanya yang kesetaraan antara pria dan wanita. Sebenarnya tidak bisa adil untuk selamanya." aku berkata dengan penuh perasaan. Kalau bukan karena aku tidak boleh minum bir sekarang, aku benar-benar ingin minum sepuas-puasnya.

"Kalau CEO Yi berselingkuh, apa kamu akan memaafkan dia?" Christopher Mo minum sampai matanya merah, dan tidak berani bertanya apapun.

Aku tersentak. Memikirkan cukup lama, lalu menundukkan kepala dan menjawab, "Tidak."

Kalau aku setia terhadap pernikahan, maka aku juga berharap pasanganku bisa setia pada pernikahan. Kalau kesetiaan yang pada dasarnya harus dimiliki saja tidak ada, maka apa artinya lagi pernikahan ini.

Aku tiba-tiba merasa mudah sekali mengatakan ini pada orang lain, tapi kalau aku lakukan sendiri sangat sulit.

Aku tidak ingin memaksa Christopher Mo lagi. Dia sedih karena diselingkuhi, hanya dia sendiri yang bisa keluar dari rasa sakit itu dan keluar sendiri.

"Christine, kakak seumur hidup ini sedih. Dari kecil sampai besar, kamu lebih pintar dariku, apapun lebih bagus dariku. Coba kamu lihat kamu sendiri, tubuhmu bagus, wajahmu cantik, bahkan bisa menikah dengan orang kaya. Nasibmu sungguh baik sekali." Christopher Mo menatapku dengan iri.

Aku terdiam. Memangnya aku menikah dengan Jonathan lancar-lancar saja selama ini? Hari-hari penderitaan beberapa tahun ini hanya aku sendiri yang tahu. Melewati berapa banyak kesulitan. Bahkan kadang kala mencapai tahap tidak berdaya.

Christopher Mo sudah mabuk. Dia jatuh di meja makan. Sayur-sayur yang mengepulkan asap, perlahan-lahan berubah dingin. Ujung matanya terdapat jejak air mata. Sedih dan sakit hati.

Aku masuk ke kamar, membawakan selimut dan menyelimuti tubuhnya.

Aku pergi setelah itu. Sebenarnya di saat aku mengungkapkan kebenaran wanita itu, aku dapat dengan jelas merasakan kecanggungan di wajah Christopher Mo. Aku rasa dia sudah mengetahui kebenaran dari Jessica sejak awal. Hanya saja dia ingin ada orang yang menemani di sisi, tidak ingin hari-hari seperti ini terlalu singkat, tapi aku malah membongkar kebenaran ini dengan kejam.

Jalan di Kota F sangat dingin. Musim dingin kali ini sangatlah panjang, langkah musim semi juga sudah perlahan-lahan mendekat.

Aku menarik bajuku, mempererat baju di tubuhku, lalu mengendarai mobil di Kota F. Aku terbiasa di saat santai berjalan satu putaran di samping sungai Kota F.

Setelah memarkir mobil, suasana hatiku sama seperti sungai ini, tidak begitu erat lagi.

Angin bertiup di wajahku. Rasanya dingin, tidak begitu menusuk tulang. Aku memejamkan mata, menikmati semua ini.

"Apa ini Nona Mo?" sebuah suara terdengar dari belakangku. Aku menoleh ke belakang, dan seketika tersenyum.

"Yuna Mai?" aku sedikit terkejut. Karena perempuan ini pendiam, selalu mempunyai tampilan sangat sabar.

"Aku sudah melihatmu dari jauh. Hanya takut menghampiri, takut salah mengenali orang." Yuna Mai tersenyum kecil, lalu menghampiri dan berdiri sebaris denganku.

Aku melihat sungai yang lebar, bersama-sama menikmati pemandangan sungai ini.

"Yuna, akhir-akhir ini ngapain saja?" aku bertanya dengan perhatian padanya.

Dia terdiam sebentar, lalu menoleh menatapku dan berkata dengan suara kecil, "Kakak Mo, aku sudah menyatakan perasaan pada Tuan Ying."

Meskipun angin di sungai lumayan besar, membawa pergi suara Yuna Mai yang kecil itu, tapi aku tetap dapat mendengarnya dan terkejut untuk sebentar.

"Lalu?" tanyaku.

Wajah Yuna Mai menegang, dia tersenyum canggung dan menjawab, "Tidak ada lanjutannya. Kata dia aku masih kecil, aku bukanlah tipe yang dia suka. Dia menolakku dengan sungkan."

Refaldy Ying si keras kepala itu. Perempuan sebaik ini inisiatif menyatakan perasaan, malah ditolak?

Aku menggelengkan kepala dengan tidak berdaya. Sebenarnya dengan kondisi Refaldy Ying, dia tidak perlu buru-buru mencari wanita.

Aku menatap kejauhan dan menarik napas dalam. Lenganku digoyangkan oleh orang. Aku menatap Yuna Mai yang menggoyangkan lenganku dan bertanya bingung, "Ada apa?"

"Bagaimana kalau kamu pergi sebentar ke sana. Tuan Ying sedang foto-foto di samping sungai sana!" Yuna Mai bertanya padaku dengan lembut.

Aku menggelengkan kepala, "Tidak mau."

"Sebenarnya Tuan Ying sangat peduli padamu. Aku bisa melihatnya dengan jelas, dia suka padamu."

Perkataan Yuna Mai membuatku sedikit tersentak. Aku tersenyum datar, melihat Yuna Mai, lalu berkata dengan arti dalam, "Suka tidak berarti harus memiliki. Kalau mencintai seseorang, memangnya kenapa kalau ditolak olehnya. Mungkin di saat penyataan cinta berikutnya, dia sudah akan menerimamu."

"Yang kamu maksud, aku?" Yuna Mai mengedipkan matanya yang bulat, lalu mendorong kacamatanya, dan bertanya dengan sedikit senang.

"Bukan hanya kamu. Yang aku maksudkan semua orang yang mengejar kebahagiaan." aku berkata dengan datar.

"Wajahku sangat tipis." Yuna Mai berkata dengan malu, "Kalau ditolak sekali lagi. Aku bisa saja berpikiran tidak terbuka."

"Ditolak tidak bisa membuat orang meninggal. Kalau kamu terlalu mempedulikan harga dirimu. Aku beritahu kamu satu cara. Yaitu cari tempat dimana tidak ada orang yang mengenalmu, memulai hidup baru lagi. Hidup ini tidak ada hambatan yang tidak bisa dilalui. Di sini semuanya adalah lumpur. Kalau begitu aku cari saja tempat yang lebih terang. Yuna, kamu adalah gadis yang baik hati. Kehidupanmu seharusnya penuh dengan kesenangan." aku menghibur Yuna.

Mungkin karena pemotretan sana sedang mencari orang. Yuna tidak melanjutkan bicara denganku, dan langsung mengatakan sampai jumpa padaku.

Setelah berpisah dengan Yuna, aku pulang ke rumah. Ibu mertua sedang duduk di ruang tamu dengan wajah masam. Aku mendekat dan duduk di sampingnya, lalu bertanya dengan perhatian, "Ibu, ada apa?"

Frederik Ouyang adalah ayah kandung Jonathan?" ibu mertua menatapku dengan terkejut.

Aku bertanya dengan terkejut, "Siapa yang memberitahumu?"

"Mendengar nada bicaramu, kamu juga sudah tahu dari awal?" ibu mertua menatapku dengan tidak percaya. Dia memelototiku dan bertanya, "Christine, kapan kamu mengetahui hal ini. Kenapa tidak ada yang memberitahuku?"

"Ibu, maaf. Kita bukan bermaksud menutupi hal ini darimu. Hanya saja status dan kedudukan Frederik agak spesial. Ditambah lagi Jonathan juga tidak mengakuinya, jadi kita rasa tidak perlu diberitahukan." penjelasanku kurang kuat dan ibu mertua menatapku lurus.

"Apa aku sedang menyalahkanmu?" ibu mertua bertanya sambil mengangkat alis.

Aku mengedipkan mata dengan bingung. Ekspresi wajah dan nada bicaranya tadi, apakah dia sedang mencurigaiku?

"Aku tidak menyalahkanmu, juga tidak marah. Yang penting adalah kenapa kalian menyembunyikan semua masalah dariku. Aku tidak senang dengan itu. Frederik adalah ayah kandung Jonathan, lalu kenapa dia tidak mengakui? Takut aku marah?" ibu mertua menatapku dengan bingung.

Aku menggelengkan kepala, "Sebenarnya aku juga tidak mengerti kenapa Jonathan begitu membenci Frederik?"

"Sebenarnya Frederik lumayan kasihan juga. Tadi Cynthia menelepon kemari, menyuruh Jonathan pulang untuk melihat Frederik. Katanya Frederik terjatuh lagi. Kali ini lebih parah. Kalau orang sudah tua, yang paling kasihan adalah tidak ada anak yang menemani di sisi." ibu mertua berkata sambil menghela napas. Aku pun menggenggam tangannya.

"Ibu, tenang saja. Aku menemanimu. Juga ada Bernice, Bella. Kita akan menemanimu."

"Kamu ini mulutnya manis sekali." setelah ibu mertua berkata seperti itu, dia tersenyum, "Ada kalian, meskipun kesal, tetap saja sangat senang."

Aku bersender pelan di bahu ibu mertua. Hari-hari seperti ini sederhana dan senang.

Saat malam hari, Jonathan pulang. Aku mengatakan pada dia tentang ibu mertua, tentang Cynthia menelepon kemari dan sekarang ibu sudah mengetahui kebenarannya.

Jonathan menatapku dengan tenang dan bertanya, "Kamu mengatakan sebanyak ini, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu