Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami

Terik matahari pagi yang menembus jendela membangunkanku.

Aku menutup mata menggunakan tanganku, menghalangi sinar matahari, aku bangun, melihat ke sekeliling tidak ada seorangpun.

Begitu teringat kegilaan semalam.

Jelas-jelas bisa menolak, tapi aku malah menerimanya begitu saja, aku menjadi ketagihan, mulai berinisiatif duluan dan menjadi sangat koperatif……

Aku merasa sangat malu sekali, juga merasa aku menjadi seorang yang sangat rendahan!

Aku mengerti, ini yang tidak bisa diberikan Ardy selama tiga tahun pernikahan kami, ternyata di dalam diriku aku juga memiliki sisi liar.

Betapa menyedihkan, aku menemukan kehangatan ini justru saat bersama dengan laki-laki lain.

Aku mengambil baju yang terjatuh di lantai, kepalaku terasa sangat berat, aku gemetar, kedua kakiku terjatuh di karpet, tiba-tiba muncul keinginan untuk menangis.

Ardy menelepon, dia mengatakan kemarin malam aku melakukan dengan sangat baik, Jonathan pemilik PT. Weiss bersedia menginvestasikan dananya ke perusahaan dia, krisis akhirnya berlalu.

Di dalam telepon, terdengar Ardy sangat gembira sekali, dari mulutnya terus terdengar kata-kata mengenai bagaimana masa depan perusahaan yang begitu indah, tapi tidak ada satu katapun yang mengungkit masalah kemarin malam, juga sama sekali tidak mempedulikan apa aku terluka atau tidak.

Setelah menutup telepon, aku mulai menangis, merobek baju terusan berwarna ungu, menggertakkan gigi, sekuat tenaga menggigit bibirku sendiri.

Bibirku sobek karena gigitanku sendiri, darah mengalir keluar, dengan sekuat tenaga aku bangkit berdiri dan berjalan masuk ke kamar mandi, menyalakan air, berendam dalam bath up, aku tidak tahu aku sudah berendam berapa lama, saat aku keluar dari kamar mandi, aku baru menyadari diatas lemari sebelah kasur terletak secarik kertas.

Aku mengambil dan melihat, tertulis nomor telepon.

Aku menebak sepertinya karena semalam aku terlalu bersemangat, sampai membuat laki-laki itu sangat puas, jadi dia ingin aku menyimpan nomor teleponnya, siapa tahu masih ada lain kali.

Aku tersenyum sinis, langsung merobek kertas itu menjadi serpihan kecil.

Setelah pulang ke rumah, aku mandi lagi, berulang kali menggosok tubuhku, aku ingin menggosok sampai bersih, tapi aku menyadari sama sekali tidak bisa, ciuman orang itu masih terasa menempel di tubuhku, aroma tubuhnya, juga bibirnya yang menjelajah seluruh tubuhku, masih teringat dengan jelas dalam otakku.

Hari itu Ardy pulang larut sekali, dia masih seperti biasanya, pergi ke pub, tempat dimana dia bisa menenangkan dirinya, minum sampai mabuk baru pulang ke rumah.

Aku berdiri sendirian di balkon, dia mencari aku, kemudian mendapati aku sedang berada di balkon, memeluk aku dari belakang, menempelkan wajahnya ke samping wajahku, tercium bau alkohol yang sangat menyengat, dia berkata: "Istriku, aku pulang."

Aku tidak bergerak, satu katapun tidak ada yang ingin aku ucapkan.

"Ada apa?" dia berkata dengan suara pelan, kedua tangannya pertama kalinya meraba pinggangku, tangannya masih bergerak pelan keatas, saat kedua tangannya hampir menyentuh buah dadaku, aku menghalangi tangannya, dengan kasar menghempaskan tangannya, berkata padanya: "Kenapa, sawah yang kering ada orang yang menyirami, kamu juga ingin mencoba bagaimana rasanya?"

Ardy menarik tangannya, berdiri tegap, senyumnya menghilang, menatap aku dengan tatapan yang berbeda, berkata: "Kemarin malam pasti kamu melakukan dengan sangat baik, sudah menahan selama tiga tahun, kemarin malam pasti nikmat sekali kan!"

Aku mengangkat tanganku, belum sampai memukul Ardy, tanganku sudah ditahan terlebih dahulu, "Christine, karena kamu sudah menyelamatkan perusahaan, aku juga tidak perhitungan dengan tubuhmu yang kotor, meskipun aku tidak menyentuh tubuhmu, aku juga tidak ingin ada bekas laki-laki lain di tubuhmu."

"Kamu bunuh aku saja." Aku mengerang, "Ardy, kamu mau menyiksa aku sampai kapan, apa sampai aku mati, baru kamu mau bercerai denganku."

Selama tiga tahun, tidak hanya sekali aku meminta bercerai, tapi setiap kali dia tidak menghiraukanku.

"Aku tidak mungkin bercerai, keluarga Santoso membutuhkan seorang istri, kamu bertahan saja untukku, suatu saat nanti akan ada akhirnya." Kata-kata Ardy seperti pisau yang tajam, membelah dadaku, sakit sekali, sakitnya sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Dia membalikkan badan pergi meninggalkan kamarku, aku pisah kamar dengannya selama tiga tahun, dia selalu tidur di kamar tamu. Tatapan mataku dingin, aku berteriak histeris, menarik rambutku sendiri.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu